.

Sabtu, 17 September 2016

ERGONOMI DAN K3 KESELAMATAN KESEHATAN KERJA



I. JUDUL RESENSI: HUBUNGAN ANTARA MANUASIA DENGAN FASILITAS KERJA

II. IDENTITAS BUKU:


Judul Buku      : Ergonomi dan K3 Keselamatan Kesehatan Kerja
Penulis             : Dr. Wowo Sunaryo Kuswana, M.Pd.
Penerbit           : PT. Remaja Rosdakarya
Tahun Terbit    : 2016
Cetakan           : II
No. ISBN         : 978-979-692-565-0
Halaman          : 254
III. RIWAYAT KEPENGARANGAN

Dr. Wowo Sunaryo Kuswaana, M.Pd., lahir di Garut 1957 Jawa Barat, seorang pengajar (Lektor Kepala) di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pedidikan Indonesia. Pengalaman mengajar, sebagai Guru Tidak Tetap mulai dari SLTP, SMA, SMK, dan beberapa PTS di Jawa Barat.
Selain itu, dalam sela-sela kesibukan sebagai pengajar, juga terlibat dalam pengembangan pendidikan, antara lain: Tim Pengembang Kurikulum dan Uji Kompetensi Pendidikan Menengah Kejuruan di P3GT Bandung (Direktorat Menengah Kejuruan Depdiknas Tahun 1998-2000); Anggota Tim Pokja Manajemen Berbasis Sekolah (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun 2001-2003); Anggota Tim Pengembang Pusdiklat Departemen Kimpraswil Tahun 2003); Pengembang Uji Kompetensi Pendidikan Luar Sekolah (Pusat Pengujian Pendidikan Depdiknas Tahun 2009-2010); Instruktur pelatihan guru-guru (SLTP, SMA, dan SMK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sejak Tahun 2004-2001.
IV. SINOPSIS


Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik itu sendiri secara garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan system kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman” (Arif, 2009). Konsep ergonomi serta keselamatan kesehatan kerja merupakan konsep penting untuk diterapkan dalam suatu industri, khususnya dalam perancangan stasiun kerjanya. Kecenderungan yang ada saat ini adalah, pada industri skala kecil menengah. Konsep tersebut kurang begitu diperhatikan, sehingga dapat menimbulkan resiko kerja baik dari segi bahaya kondisi lingkungan fisik, sikap dan cara kerja (Laksmiwaty, 2009).
Tujuan penerapan ergonomi adalah untuk peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik, untuk melindungi kesalahan pekerja, untuk meminimalkan kesalahan pekerja, dan untuk memaksimalkan efisiensi sementara pekerja memberikan sedikit kenyamanan bagi pekerja saat dia melakukan tugas pekerjaan. Dengan penerapan ergonomi ini, maka akan tercipta lingkungan kerja aman, sehat dan nyaman sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien serta adanya jaminan kualitas kerja (Tim Ergoinstitute, 2008).
Keselamatan
Keselamatan  berasal dari bahasa  Inggris yaitu kata “safety”  dan  bisanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinta kecelakaan. Dalam mempelajari factor-faktor yang dapat menyebabkan manusia mengalami kecelakaan inilah berkembang berbagai konsep dan teori tentang kecelakaan (accident theories). Teori tersebut umumnya ada yang memusatkan perhatiannya pada factor penyebab yang ada pada pekerjaan atau cara kerja, ada yang lebih memperhatikan factor penyebab pada peralatan kerja bahkan ada pula yang memusatkan perhatiannya pada factor penyebab pada perilaku manusia (Alamsyah, 2004). Untuk memahami penyebab dan terjadinya sakit dan celaka, terlabih dahulu perlu dipahami potensi bahaya (hazard) yang ada, kemudian perlu mengenali (identity) potensi bahaya tadi, keberadaannya, jenisnya, pola interaskinya dan seterusnya. Setelah itu perlu dilakukan penilaian (asses, evaluate) bagaimana bahaya tadi dapat menyebabkan risiko (risk) sakit dan celaka dan dilanjutkan dengan menentukan berbagai cara (control, manage) untuk mengendalikan atau mengatasinya (Tresnaningsih, 2007).
Kesehatan
Kesehatan  berasal dari bahasa Inggris “health”, yang dewasa ini  tidak  hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara social. Dengan demikiana pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari factor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan lebih sehat (Sum’mamur, 1987).
Sebagaimana kita ketahui bahwa umumnya manusia selalu mempunyai pekerjaan (work occupation) dan sebagian besar waktunya berada dalam situasi bekerja sehingga dapat terjadi manusia akan menderita penyakit yang mungkin disebabkan oleh pekerjaannya atau menderita penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya. Karena alas an tersebut berkembang ilmu yang dikenal dengan kesehatan kerja (occupational health). Kesehatan kerja di samping mempelajari factor-faktor pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat (occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work related disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan (healt promotion) pada manusia pekerja tersebut (Alamsyah, 2004).   
Pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut.  Kenyataannya, kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus (comply) audit sistem manajemen K3.  Ada ungkapan bahwa “without ergonomics, safety management is not enough”. Keluhan yang berhubungan dengan penurunan kemampuan kerja (work capability) berupa kelainan pada sistem otot-rangka (musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari mekanisme dan sistem audit K3 yang ada pada umumnya.  Padahal data menunjukkan kompensasi biaya langsung akibat kelainan ini (overexertion) menempati rangking pertama (sekitar 30%) dibandingkan dengan bentuk kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain (Yanri, 2009).
Dengan demikian menjadi semakin jelas bahwa keselamatan dan kesehatan kerja pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan ilmiah dan sekaligus merupakan suatu program. Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugiankerugian lainnya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan adan keselamatan yang mungkin terjadi. Kata lain hakekat dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah tidan berbeda dengan pengertian bagaimana kita mengendalikan risiko (risk management) agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan (Sum’mamur, 1987).
V. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU

A. Kelebihan
·         Sampul buku (cover) cukup baik meski kualitas pengeleman kertas sedikit kurang.
·         Bahasanya dapat dipahami dengan cukup baik
·         Bisa menjadi pedoman bagi pekerja untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosialnya.
·         Bisa menjadi pedoman agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahan.
·         Dari segi kesehatan kerja, dapat menjadi pedoman untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja, melindungi dari gangguan kerja, meningkatkan efisiensi kerja, dan menempatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan.
·         Dari segi keselamatan kerja, dapat menjadi pedoman untuk melindungi hak keselamatan pekerja, memelihara sumber produksi agar berdaya guna, menempatkan pekerja sesuai kemampuan, meningkatkan efisiensi dan produktivitas

·         B. Kekurangan
·        Dari segi penulisannya masih ada kesalahan ketik huruf atau kata-kata yang lewat dari proses editing yang akan mengganggu pembaca.   
VI. PENUTUP

Kemampuan manusia dalam melakukan aktivitas tidak hanya dibatasi oleh produktivitas yang tinggi. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah keamanan, kenyamanan, efisiensi kerja, dan yang terutama adalah kesehatan. Dalam melakukan aktivitasnya kesehatan fisik merupakan modal utama dalam pencapaian produktivitas kerja. Suatu lahan pekerjaan hendaknya memiliki peraturan yang tidak hanya menguntungkan perusahaan namun kondisi pekerjaannya juga.
Suatu program kerja perusahaan yang baik akan membawa dampak optimal bagi kemampuan atau kebolehan pencapaian kerja yang maksimal, namun tetap memperhatikan batasan manusia. Konseptual atau system yang dinamis akan terlihat dari cara kerja pekerja. System ini akan dinamis apabila ditunjang dengan kondisi fisik pekerja yang baik. Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan melakukan pendekatan yang sifatnya kuratif dengan jalan membatasi waktu dan beban kerja.
Dari kesehatan fisik, kesehatan lingkungan, dan kesehatan mental, ergonomic akan tercapai apabila kondisi fisik pekerja juga dalam kondisi optimal. Setiap pekerja akan mencapai kesehatan fisik optimal apabila memperhatikan tingkat konsumsi gizi, pemberdayaan tenaga yang baik, sikap tubuh yang baik, dan efisisensi waktu. Pekerja harus memahami berapa takaran energy yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut. Energy atau gizi tersebut meliputi jumlah, kualitas, frekuensi, selera, kebiasaan, kemampuan, dan variasi.


2 komentar:

  1. @B31-RISDA
    Komentar & Saran :Resensi bukunya sudah cukup baik, namun sinopsisnya bisa lebih diperingkat untuk menarik perhatian pembaca. Tulisan yang terlalu banuyak akan membuat pembaca bosan dan tidak mau melanjutkan membaca.

    BalasHapus
  2. @b22 budi kusnadi penulisannya ini cukup bagus dan mudah d pahami

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.