Manajemen Logistik dan Rantai Pasok Saat ini jasa
logistik tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan (in-house
logistics) tetapi juga oleh jasa logistik pihak ketiga (out-source logistics).
Banyak hal yang menjadi pertimbangan perusahaan untuk menggunakan in-house
logistics atau out-source logistics (Cooke, 1998; Budiman, 2012).
Pengelolaan logistik merupakan salah satu elemen dalam pengelolaan rantai pasok. Perusahaan-perusahaan yang mengembangkan jasa transportasi dan logistik tidak serta merta menjadi bagian dari rantai pasok yang terkelola, jika perusahaan logistik ini tidak membina kerjasama dengan aktor-aktor di rantai pasok tersebut, atau hanya bekerja berdasarkan pesanan yang diterima sewaktu-waktu. Resikonya adalah perusahaan terkadang tidak siap dengan jenis logistik yang dibutuhkan pelanggan, oleh karena itu diperlukan manajer logistik. Menurut Lambert, Garcia-Dastugue and Croxton (2008) manajer logistik itu berkontribusi dan mendapat manfaat ketika mengelola lintas fungsi diantaranya mengelola hubungan dengan pelanggan, pemasok, mengelola permintaan, mengelola jasa pelanggan, memenuhi order, komersialisasi produk dan fungsi lainnya. Proses pembentukan rantai pasok dan pengelolaannya dapat dipandang sebagai sebuah transformasi organisasi dari sistem konvensional kepada sistem baru. Banyak hasil penelitian yang memanfaatkan kajian terhadap rantai pasok yang berhasil daripada yang gagal.
Pengelolaan logistik merupakan salah satu elemen dalam pengelolaan rantai pasok. Perusahaan-perusahaan yang mengembangkan jasa transportasi dan logistik tidak serta merta menjadi bagian dari rantai pasok yang terkelola, jika perusahaan logistik ini tidak membina kerjasama dengan aktor-aktor di rantai pasok tersebut, atau hanya bekerja berdasarkan pesanan yang diterima sewaktu-waktu. Resikonya adalah perusahaan terkadang tidak siap dengan jenis logistik yang dibutuhkan pelanggan, oleh karena itu diperlukan manajer logistik. Menurut Lambert, Garcia-Dastugue and Croxton (2008) manajer logistik itu berkontribusi dan mendapat manfaat ketika mengelola lintas fungsi diantaranya mengelola hubungan dengan pelanggan, pemasok, mengelola permintaan, mengelola jasa pelanggan, memenuhi order, komersialisasi produk dan fungsi lainnya. Proses pembentukan rantai pasok dan pengelolaannya dapat dipandang sebagai sebuah transformasi organisasi dari sistem konvensional kepada sistem baru. Banyak hasil penelitian yang memanfaatkan kajian terhadap rantai pasok yang berhasil daripada yang gagal.
Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan adalah serangkaian kegiatan
yang meliputi Koordinasi, penjadwalan dan pengendalian terhadap pengadaan,
produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada
pelanggan yang mencakup administasi harian, operasi, logistik dan pengolahan
informasi mulai dari pelanggan hingga ke pemasok.
Terdapat
3 hal yang perlu diperhatikan:
1.
Tujuan
dari SCM adalah untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers,
manufacturers, warehouse dan stores. Tidak adanya koordinasi yang baik antara
pihak-pihak yang terkait akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Salah
satu dampak yang kerapkali terjadi adalah “Bullwhip effect”. Hal ini terjadi
karena kurangnya koordinasi dalam pertukaran informasi antara toko retail,
distributor dan perusahaan. Di satu sisi ketika manajer toko retail melihat
peningkatan permintaaan dari konsumen sejumlah 100 unit maka peningkatan 100
unit ini akan ditangkap distributor sejumlah 500 unit dan perusahaan akan
menangkap perningkatan permintaan tersebut sebesar 2500 unit. Kalau
diperhatikan, informasi jumlah 100 itu dapat sampai ke pihak perusahaan bagaikan
bola salju yang menggelunding dari atas ke bawah yang semakin lama semakin
besar. Dan hal ini akan menjadi lebih kacau lagi kalau pemenuhan kebutuhan itu
ditangkap pada waktu yang sudah berjalan cukup lama.
2.
SCM
mempunyai dampak terhadap pengendalian biaya.
3.
SCM
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan
kepada customer.
Supply Chain Management antara lain meliputi
penetapan:
1. Pengangkutan.
2. pembayaran
secara tunai atau kredit (proses transfer)
3. supplier
4. distributor
dan pihak yang membantu transaksi seperti bank
5. Hutang
maupun piutang
6. Pergudangan
7. Pemenuhan
pesanan
Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun
pengendalian persediaan.
PERKEMBANGAN SCM
Yang melatar belakangi
berkembangnya konsep SCM adalah akselerasi perubahan lingkungan bisnis
disebabkan berkembangnya secara cepat faktorfaktor penting, antara lain: a.
Tuntutan konsumen yang semakin kritis. b. Infrastruktur telekomunikasi,
informasi, transportasi, dan perbankan yang semakin canggih memungkinkan
berkembangnya model baru dalam aliran material / produk. c. Daur hidup produk
sangat pendek seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan
pasar. d. Kesadaran konsumen akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan dalam
kehidupan, menuntut industri manufaktur memasukkan konsep-konsep ramah
lingkungan mulai dari proses perancangan produk, proses produksi maupun proses
distribusinya
Supply Chain mencakup 3 bagian :
1.
Upstream Supply Chain Bagian ini mencakup
supplier first-tier dari organisasi (dapat berupa perusahaan manufaktur atau
asembling) dan suppliernya, yang didalamnya telah terbina suatu
hubungan/relasi.
2.
Internal Supply Chain Bagian ini mencakup semua
proses yang digunakan oleh organisasi dalam mengubah input yang dikirim oleh
supplier menjadi output, mulai dari waktu material tersebut masuk pada
perusahaan sampai pada produk tersebut didistribusikan, diluar perusahaan
tersebut.
3.
Downstream Supply Chain Bagian ini mencakup
semua proses yang terlibat dalam pengiriman produk pada customer akhir.
Persyaratan
Penerapan Supply Chain Management
Sebagai suatu konsep yang melibatkan banyak pihak sebagai
mata rantai, Supply Chain Management menuntut beberapa persyaratan yang tidak
hanya terkait dengan material, tetapi juga informasi. Syarat utama dari
penerapan Supply Chain Management tentunya dukungan manajemen. Manajemen semua
level dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari
proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian.
Selain dukungan manajemen, syarat lain merupakan syarat yang melibatkan faktor
eksternal yaitu pemasok dan distributor. Sebelum membangun komitmen dan
melaksanakan ‘kontrak kerja’ dengan para pemasok, maka perusahaan terlebih
dahulu harus melaksanakan evaluasi pemasok. Sebagi catatan, melaksanakan
evaluasi pemasok untuk pemasok yang ‘bermain’ dalam pasar yang monopoli
tentunya sulit dan tidak bisa dilaksanakan, sehingga yang perlu dilakukan untuk
kondisi ini adalah membangun kemitraan dalam suatu kesepakatan. Evaluasi
pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih dari
satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi
pemasok, yaitu : keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan material.
Beberapa contoh indikator dari setiap kriteria evaluasi pemasok adalah sebagai
berikut (Gaspersz, 2002) :
1.
Keadaan umum pemasok - Ukuran atau kapasitas
produksi - Kondisi financial - Kondisi operasional - Fasilitas riset dan desain
- Lokasi geografis - Hubungan dagang antar industri
2.
Keadaan pelayanan - Waktu penyerahan material -
Kondisi kedatangan material - Kuantitas pemesanan yang ditolak - Penanganan
keluhan dari pembeli - Bantuan teknik yang diberikan - Informasi harga yang
diberikan
3.
Keadaan material - Kualitas material -
Keseragaman material - Jaminan dari pemasok - Keadaan pengepakan (pembungkusan)
Dari ketiga kriteria tersebut, bobot
(berdasarkan tingkat kepentingan) yang terbesar diberikan pada kriteria keadaan
material, karena keadaan material akan mempengaruhi kinerja fungsi produksi dan
operasi khususnya kualitas produk.
SIMPULAN
Secara umum manfaat
Supply Chain Management bagi perusahaan adalah: pertama, Supply Chain
Management secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan
mengantarkannya kepada konsumen akhir. Kedua, Supply Chain Management berfungsi
sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai
mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Untuk dapat
menerapkan Supply Chain Management secara efektif, perusahaan harus mampu
menyediakan dan mengelola database terkait yang memadai (lengkap dan akurat)
serta membangun partnership dengan supplier maupun distributor yang terpilih.
Pada akhirnya Supply Chain Management secara menyeluruh dapat menciptakan
sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan aliran
material baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Fizzanty Trina, kusnandar http://download.portalgaruda.org/article.php?article=198525&val=6560&title=PENGELOLAAN%20LOGISTIK%20DALAM%20RANTAI%20PASOK%20PRODUK%20PANGAN%20SEGAR%20DI%20INDONESIA1. (19 september 2016)
Anonym, http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-supply-chain-management-manajemen-rantai-pasokan/
Jurnal DINAMIKA TEKNIK, Vol 8 No 1 Januari 2014, h.25
– 34 ISSN: 1412-3339
Anwar, Sariyun Naja. 2011. Manajemen rantai pasokan. Jurnal
Dinamika Informatika
Vol 3, No 2 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=109975&val=545&title=MANAJEMEN%20RANTAI%20PASOKAN%20(SUPPLY%20CHAIN%20MANAGEMENT)%20:%20%20KONSEP%20DAN%20HAKIKAT
Vol 3, No 2 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=109975&val=545&title=MANAJEMEN%20RANTAI%20PASOKAN%20(SUPPLY%20CHAIN%20MANAGEMENT)%20:%20%20KONSEP%20DAN%20HAKIKAT
Widyrto, Agus. 2012. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis
Volume 16, Nomor 2, Desember ,hlm. 91-98 http://journals.ums.ac.id/index.php/benefit/article/download/1362/918
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.