.

Jumat, 13 Maret 2020

AIR

AIR

Oleh: Rifaldi Panjaitan (@J11-RIFALDI)


(Sumber: Penulis, 2020)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab, dampak dan penanggulangan dari banjir dan kekeringan, karena air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan dan tanaman yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga merupakan sumber energi serta berbagai keperluan lainnya (Arsyad, 1989). Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat banjir dapat berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barang-barang berharga, hingga kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, tetapi bisa dikontrol dan dikurangi dampak kerugian yang ditimbulkannya. Bencana banjir, menduduki urutan ketiga penyebab kerugian ekonomi dari semua bencana alam di seluruh dunia (Findayani, 2015). Sedangkan kekeringan adalah kurangnya jumlah curah hujan bulanan dibandingkan dengan rata-rata bulanannya (Syahrial dkk, 2017).

Kata kunci: Banjir, kekeringan, penyebab, dampak, penanggulangan.

Pendahuluan

Air merupakan senyawa kimia yang paling berlimpah di alam, namun demikian sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air pun meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang "mahal". Di kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak tersedot oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang produksinya. Di sisi lain, tanah yang merupakan celengan air sudah banyak ditutup untuk berbagai keperluan seperti perumahan, dan industri tanpa mempedulikan fungsi dari tanah tersebut sebagai wahana simpanan air untuk masa datang (Susana 2003). 

Lingkungan dapat merupakan sumberdaya maupun bahaya (hazards). Kondisi lingkungan mengalami perubahan baik secara cepat maupun perlahan-lahan, oleh berbagai faktor penyebab, dan beragam dampaknya. Perubahan pada salah satu atau lebih dari komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen lainnya dari lingkungan tersebut dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan penduduk di suatu daerah, misalnya, akan berpengaruh positip maupun negatip terhadap komponen lingkungan dari daerah tersebut seperti lahan, air, flora dan fauna, dll. Pertumbuhan penduduk memerlukan pangan, tempat tinggal, air bersih, dll yang dapat dipenuhi oleh lingkungan. Perubahan guna lahan akan berpengaruh pada komponen lain termasuk sumberdaya air, tanah, dll (Rosyidie, 2013). 

Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat banjir dapat berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barangbarang berharga, hingga kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, tetapi bisa dikontrol dan dikurangi dampak kerugian yang ditimbulkannya (Findayani, 2015). 

Menurut Syahrial dkk2017, bencana kekeringan merupakan kejadian bencana yang terjadi secara perlahan-lahan tanpa disadari sedang terjadi. Kurangnya pasokan air yang berkepanjangan menyebabkan turunnya muka air tanah, sungai, dan danau serta berkurangnya kelengasan tanah yang mengakibatkan tumbuhan menjadi layu sehingga produksi pangan akan menurun. Bencana kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan (Adidarma, dkk., 2011a).

Permasalahan

Banjir dan kekeringan merupakan masalah serius yang sering muncul ketika musim hujan dan kemarau tiba. Banyak tempat di Indonesia mengalami masalah kelebihan air atau surplus dan kekurangan air atau defisit air atau kekeringan. Maka dari itu diperlukan penanggulangan agar masalah tersebut dapat terminimalisir. 

Pembahasan

Terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam (topografi, curah hujan), kondisi geografis daerah dan kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tata ruang atau guna lahan di suatu daerah. Banjir di sebagian wilayah Indonesia, yang biasanya terjadi pada Januari dan Februari, a.l diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang sangat tinggi, misalnya intensitas curah hujan DKI Jakarta lebih dari 500 mm (BMKG, 2013). 

Terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau pembangunan yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lingkungan. Banyak pemanfaatan ruang yang kurang memperhatikan kemampuannya dan melebihi kapasitas daya dukungnya. Di wilayah perkotaan, ruang terbuka hijau dan taman kota luasnya masih banyak yang dibawah luas yang ideal untuk sebuah kota, kini semakin berkurang terdesak oleh permukiman maupun penggunaan lain yang dianggap mampu memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi. Akibat dari berkurangnya RTH kota maka tingkat infiltrasi di kawasan tersebut menurun sedangkan kecepatan dan debit aliran permukaannya meningkat. Ketika turun hujan lebat dalam waktu yang lama, maka sebagian besar air hujan akan mengalir diatas permukaan tanah dengan kecepatan dan volume yang besar dan selanjutnya terakumulasi menjadi banjir. Banyak kawasan atau jalan-jalan di Bandung yang mengalami hal seperti tersebut sehingga mirip sungai di tengah kota (Rosyidie, 2013).

Secara umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung relative lebih mudah diprediksi dari pada dampak tidak langsung. Dampak yang dialami oleh daerah perkotaan dimana didominasi oleh permukiman penduduk juga berbeda dengan dampak yang dialami daerah perdesaan yang didominasi oleh areal pertanian (Rosyidie, 2013).

Kodoatie dan Syarief (2006) memberikan beberapa contoh dampak atau kerugian banjir a.l hilangnya nyawa atau terluka, hilangnya harta benda, kerusakan permukiman, kerusakan wilayah perdagangan, kerusakan wilayah industri, kerusakan areal pertanian, kerusakan system drainase dan irigasi, kerusakan jalan dan rel kereta api, kerusakan jalan raya, jembatan, dan bandara, kerusakan system telekomunikasi, dll.

Mengingat banjir sudah terjadi secara rutin, makin meluas, kerugian makin besar, maka perlu segera dilakukan upaya-upaya untuk mencegah dan menanggulangi dampaknya, yang dapat dilakukan secara structural maupun non structural (Grigg, 1996 dalam Kodoatie dan Syarief, 2006).

Upaya secara struktural a.l berupa tindakan menormalisasi sungai, pembangunan waduk pengendali banjir, pengurangan debit puncak banjir, dll. Upaya ini telah dilakukan di beberapa daerah. Selain beragam upaya tersebut, juga dilakukan early warning system (peringatan dini) supaya pihak yang terkait dapat melakukan antisipasi sejak dini sehingga dapat meminimalisir dampaknya. Upaya agar setiap rumah membuat sumur resapan untuk menampung air hujan, sehingga dapat mengurangi banjir dan menambah cadangan air tanah (Rosyidie, 2013).

Kekeringan dapat disebabkan karena suatu wilayah tidak mengalami hujan atau kemarau dalam kurun waktu yang cukup lama atau curah hujan di bawah normal, sehingga kandungan air di dalam tanah berkurang atau bahkan tidak ada. Konsumsi air yang berlebihan pun dapat menjadi penyebab kekeringan, hal tersebut disebabkan konsumsi air berlebih tidak diimbangi dengan sumber air yang berlebih pula. Konsumsi air berbanding terbalik dengan sumber air, artinya bencana ini dapat terjadi saat konsumsi air sudah melampaui batasnya namun sumber air hanya mengeluarkan air dengan jumlah yang sama (terbatas). Vegetasi pun dapat menjadi penyebab dari bencana ini, wilayah yang masih memiliki vegetasi yang lebat pasti memiliki cadangan air yang lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah yang tidak memiliki vegetasi atau lahan gundul. Kekeringan juga dapat terjadi karena masyarakat suatu daerah belum bisa mengelola sumber daya air yang ada secara baik, ataupun prasarana sumber daya air yang kurang. Kekurangan sumber air pun dapat menjadi penyebab bencana ini (Suwiji, 2019).

Manusia, tumbuhan, dan hewan merupakan contoh dampak yang nyata dari peristiwa kekeringan yang terjadi bahkan sampai menyebabkan penurunan populasi baik dari manusia, tumbuhan, maupun hewan ketika kekeringan yang terjadi sudah sangat ekstrem (Suwiji, 2019).

Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekeringan yaitu meningkatkan ketersediaan sumber air, baik itu sumber air dari tanah, sumur gali, maupun penampungan air hujan. Penggunaan air secukupnya merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan ketika sumber daya air sudah menipis karena apapun yang berlebihan pun pasti tidak akan baik. Jadi cukup gunakan air secukupnya saja (Suwiji, 2019).

Kesimpulan


Dampak banjir dan kekeringan merupakan bencana yang sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut keberlangsungan makhluk hidup di dunia. Oleh karena itu diperlukan tindakan penanggulangan maupun pencegahan untuk mengatasi bencana ini yang dilakukan oleh pemerintah, diri sendiri, masyarakat luas, maupun stakeholders terkait.

Daftar Pustaka

Adidarma, W.K., Marwati, L., Levina, Subrata, O., 2011a, Model Monitoring Kekeringan dalam Kerangka Manajemen Bencana yang Memberikan Informasi Secara Spasial dan Temporal, Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Bandung.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (2013): Analisis Hujan Bulan Januari 2013. Buletin BMKG.

Findayani, Aprilia. 2015. KESIAP SIAGAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BANJIR DI KOTA SEMARANG. Jurnal Geografi. Dalam: https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/viewFile/8019/5561. Diakses tanggal 13 Maret 2020.

Kodoatie, Robert, J dan Roestam Sjarief (2006): Pengelolaan Bencana Terpadu. Penerbit Yarsif Watampone, Jakarta.

Rosyidie, Arief. 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013, hlm.241 - 249. Dalam: http://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/viewFile/4110/2196. Diakses tanggal 13 Maret 2020.

Susana, Tjutju. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Jurnal Oseana, Volume XXVIII, Nomor 3, 2003: 17-25. Dalam: http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxviii(3)17-25.pdf. Diakses tanggal 13 Maret 2020.

Suwiji, Nabila Shaffana Zhafira. 2019. Kekeringan: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Penanggulangan. Dalam: https://foresteract.com/kekeringan/2/. Diakses tanggal 13 Maret 2020.


Syahrial dkk. 2017. Analisis Kekeringan Menggunakan Metode Theory of Run di DAS Krueng Aceh. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil ISSN 0853-2982. Dalam: https://media.neliti.com/media/publications/141941-ID-analisa-kekeringan-menggunakan-metode-th.pdf.  Diakses tanggal 13 Maret 2020.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.