AIR
Oleh: Rifaldi Panjaitan (@J11-RIFALDI)
(Sumber: Penulis, 2020)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab, dampak dan penanggulangan dari banjir dan kekeringan, karena air merupakan bahan alam yang
diperlukan untuk kehidupan manusia,
hewan dan tanaman yaitu sebagai media
pengangkutan zat-zat makanan, juga
merupakan sumber energi serta berbagai
keperluan lainnya (Arsyad, 1989). Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat banjir dapat berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barang-barang berharga, hingga kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, tetapi bisa dikontrol dan dikurangi dampak kerugian yang ditimbulkannya. Bencana banjir, menduduki urutan ketiga penyebab kerugian ekonomi dari semua bencana alam di seluruh dunia (Findayani, 2015). Sedangkan kekeringan adalah kurangnya jumlah curah hujan bulanan dibandingkan dengan rata-rata bulanannya (Syahrial dkk, 2017).
Kata kunci: Banjir, kekeringan, penyebab, dampak, penanggulangan.
Pendahuluan
Air merupakan senyawa kimia yang
paling berlimpah di alam, namun demikian
sejalan dengan meningkatnya taraf hidup
manusia, maka kebutuhan air pun meningkat
pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang
yang "mahal". Di kota-kota besar, tidak mudah
mendapatkan sumber air bersih yang dipakai
sebagai bahan baku air bersih yang bebas dari
pencemaran, karena air banyak tersedot oleh
kegiatan industri yang memerlukan sejumlah
air dalam menunjang produksinya. Di sisi lain,
tanah yang merupakan celengan air sudah
banyak ditutup untuk berbagai keperluan
seperti perumahan, dan industri tanpa mempedulikan fungsi dari tanah tersebut
sebagai wahana simpanan air untuk masa
datang (Susana 2003).
Lingkungan dapat merupakan sumberdaya maupun bahaya (hazards). Kondisi lingkungan mengalami perubahan baik secara cepat maupun perlahan-lahan, oleh berbagai faktor penyebab, dan beragam dampaknya. Perubahan pada salah satu atau lebih dari komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen lainnya dari lingkungan tersebut dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan penduduk di suatu daerah, misalnya, akan berpengaruh positip maupun negatip terhadap komponen lingkungan dari daerah tersebut seperti lahan, air, flora dan fauna, dll. Pertumbuhan penduduk memerlukan pangan, tempat tinggal, air bersih, dll yang dapat dipenuhi oleh lingkungan. Perubahan guna lahan akan berpengaruh pada komponen lain termasuk sumberdaya air, tanah, dll (Rosyidie, 2013).
Bencana banjir merupakan kejadian alam
yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta
benda. Kerugian akibat banjir dapat berupa
kerusakan pada bangunan, kehilangan barangbarang berharga, hingga kerugian yang
mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan
sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, tetapi bisa
dikontrol dan dikurangi dampak kerugian yang
ditimbulkannya (Findayani, 2015).
Menurut Syahrial dkk, 2017, bencana kekeringan merupakan kejadian bencana yang
terjadi secara perlahan-lahan tanpa disadari sedang
terjadi. Kurangnya pasokan air yang berkepanjangan menyebabkan turunnya muka air tanah, sungai, dan
danau serta berkurangnya kelengasan tanah yang
mengakibatkan tumbuhan menjadi layu sehingga
produksi pangan akan menurun. Bencana kekeringan
yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan
kerusakan yang signifikan (Adidarma, dkk., 2011a).
Permasalahan
Banjir dan kekeringan merupakan masalah serius yang sering muncul ketika
musim hujan dan kemarau tiba. Banyak tempat di
Indonesia mengalami masalah kelebihan air atau surplus dan kekurangan
air atau defisit air atau kekeringan. Maka dari itu diperlukan penanggulangan agar masalah tersebut dapat terminimalisir.
Pembahasan
Terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan
fenomena alam (topografi, curah hujan), kondisi geografis daerah dan kegiatan manusia
yang berdampak pada perubahan tata ruang
atau guna lahan di suatu daerah. Banjir di
sebagian wilayah Indonesia, yang biasanya
terjadi pada Januari dan Februari, a.l
diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang
sangat tinggi, misalnya intensitas curah hujan
DKI Jakarta lebih dari 500 mm (BMKG,
2013).
Terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh
kegiatan manusia atau pembangunan yang
kurang memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi lingkungan. Banyak pemanfaatan
ruang yang kurang memperhatikan
kemampuannya dan melebihi kapasitas daya
dukungnya. Di wilayah perkotaan, ruang terbuka hijau dan
taman kota luasnya masih banyak yang
dibawah luas yang ideal untuk sebuah kota,
kini semakin berkurang terdesak oleh
permukiman maupun penggunaan lain yang
dianggap mampu memberikan keuntungan
ekonomi yang lebih tinggi. Akibat dari berkurangnya RTH kota maka
tingkat infiltrasi di kawasan tersebut menurun
sedangkan kecepatan dan debit aliran
permukaannya meningkat. Ketika turun hujan
lebat dalam waktu yang lama, maka sebagian
besar air hujan akan mengalir diatas
permukaan tanah dengan kecepatan dan
volume yang besar dan selanjutnya
terakumulasi menjadi banjir. Banyak kawasan
atau jalan-jalan di Bandung yang mengalami
hal seperti tersebut sehingga mirip sungai di
tengah kota (Rosyidie, 2013).
Secara umum dampak banjir dapat bersifat
langsung maupun tidak langsung. Dampak
langsung relative lebih mudah diprediksi dari
pada dampak tidak langsung. Dampak yang
dialami oleh daerah perkotaan dimana
didominasi oleh permukiman penduduk juga
berbeda dengan dampak yang dialami daerah
perdesaan yang didominasi oleh areal
pertanian (Rosyidie, 2013).
Kodoatie dan Syarief (2006) memberikan
beberapa contoh dampak atau kerugian banjir
a.l hilangnya nyawa atau terluka, hilangnya
harta benda, kerusakan permukiman,
kerusakan wilayah perdagangan, kerusakan
wilayah industri, kerusakan areal pertanian,
kerusakan system drainase dan irigasi,
kerusakan jalan dan rel kereta api, kerusakan
jalan raya, jembatan, dan bandara, kerusakan
system telekomunikasi, dll.
Mengingat banjir sudah terjadi secara rutin,
makin meluas, kerugian makin besar, maka
perlu segera dilakukan upaya-upaya untuk
mencegah dan menanggulangi dampaknya,
yang dapat dilakukan secara structural maupun
non structural (Grigg, 1996 dalam Kodoatie
dan Syarief, 2006).
Upaya secara struktural a.l berupa tindakan
menormalisasi sungai, pembangunan waduk
pengendali banjir, pengurangan debit puncak banjir, dll. Upaya ini telah dilakukan di
beberapa daerah. Selain beragam upaya
tersebut, juga dilakukan early warning system
(peringatan dini) supaya pihak yang terkait
dapat melakukan antisipasi sejak dini sehingga
dapat meminimalisir dampaknya. Upaya agar
setiap rumah membuat sumur resapan untuk
menampung air hujan, sehingga dapat
mengurangi banjir dan menambah cadangan
air tanah (Rosyidie, 2013).
Kekeringan dapat disebabkan karena suatu wilayah tidak mengalami hujan atau kemarau dalam kurun waktu yang cukup lama atau curah hujan di bawah normal, sehingga kandungan berkurang atau bahkan tidak ada. Konsumsi air yang berlebihan pun dapat menjadi penyebab kekeringan, hal tersebut disebabkan konsumsi air berlebih tidak diimbangi dengan sumber air yang berlebih pula. Konsumsi air berbanding terbalik dengan sumber air, artinya bencana ini dapat terjadi saat konsumsi air sudah melampaui batasnya namun sumber air hanya mengeluarkan air dengan jumlah yang sama (terbatas). Vegetasi pun dapat menjadi penyebab dari bencana ini, wilayah yang masih memiliki vegetasi yang lebat pasti memiliki cadangan air yang lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah yang tidak memiliki vegetasi atau lahan gundul. Kekeringan juga dapat terjadi karena masyarakat suatu daerah belum bisa mengelola sumber daya air yang ada secara baik, ataupun prasarana sumber daya air yang kurang. Kekurangan sumber air pun dapat menjadi penyebab bencana ini (Suwiji, 2019).
Manusia, tumbuhan, dan hewan merupakan contoh dampak yang nyata dari peristiwa kekeringan yang terjadi bahkan sampai menyebabkan penurunan populasi baik dari manusia, tumbuhan, maupun hewan ketika kekeringan yang terjadi sudah sangat ekstrem (Suwiji, 2019).
Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekeringan yaitu meningkatkan ketersediaan sumber air, baik itu sumber air dari tanah, sumur gali, maupun penampungan air hujan. Penggunaan air secukupnya merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan ketika sumber daya air sudah menipis karena apapun yang berlebihan pun pasti tidak akan baik. Jadi cukup gunakan air secukupnya saja (Suwiji, 2019).
Kesimpulan
Dampak banjir dan kekeringan merupakan bencana yang sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut keberlangsungan makhluk hidup di dunia. Oleh karena itu diperlukan tindakan penanggulangan maupun pencegahan untuk mengatasi bencana ini yang dilakukan oleh pemerintah, diri sendiri, masyarakat luas, maupun stakeholders terkait.
Daftar Pustaka
Adidarma, W.K., Marwati, L., Levina, Subrata, O.,
2011a, Model Monitoring Kekeringan dalam
Kerangka Manajemen Bencana yang Memberikan
Informasi Secara Spasial dan Temporal,
Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Air, Bandung.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika
(2013): Analisis Hujan Bulan Januari 2013.
Buletin BMKG.
Findayani, Aprilia. 2015. KESIAP SIAGAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BANJIR
DI KOTA SEMARANG. Jurnal Geografi. Dalam: https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/viewFile/8019/5561. Diakses tanggal 13 Maret 2020.
Kodoatie, Robert, J dan Roestam Sjarief
(2006): Pengelolaan Bencana Terpadu.
Penerbit Yarsif Watampone, Jakarta.
Rosyidie, Arief. 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya,
Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013, hlm.241 - 249. Dalam: http://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/viewFile/4110/2196. Diakses tanggal 13 Maret 2020.
Susana, Tjutju. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Jurnal Oseana, Volume XXVIII, Nomor 3, 2003: 17-25. Dalam: http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxviii(3)17-25.pdf. Diakses tanggal 13 Maret 2020.
Suwiji, Nabila Shaffana Zhafira. 2019. Kekeringan: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Penanggulangan. Dalam: https://foresteract.com/kekeringan/2/. Diakses tanggal 13 Maret 2020.
Syahrial dkk. 2017. Analisis Kekeringan Menggunakan Metode Theory of Run
di DAS Krueng Aceh. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil ISSN 0853-2982. Dalam: https://media.neliti.com/media/publications/141941-ID-analisa-kekeringan-menggunakan-metode-th.pdf. Diakses tanggal 13 Maret 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.