PENGARUH STATUS SOSIAL TERHADAP RAGAM BAHASA
Komunikasi adalah
"suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi,
dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain" (Ruben
Brent D dan Lea P Stewart). Bahasa menjadi sebuah
alat dalam komunikasi yang mana bahasa dan komunikasi ini memiliki hubungan
yang tak terpisahkan dan merupakan interpretasi dari apa yang hendak
disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan.Bahasa yang digunakan dalam
menyampaikan suatu kalimat atau susunan kata yang dituturkan seseorang seringkali
dikaitkan dengan pandangan mengenai identitas diri penuturnya.Berbahasa yang
baik dan benar bukanlah berarti harus selalu menggunakan bahasa baku atau resmi
dalam setiap kesempatan, waktu dan tempat, melainkan harus menggunakan satu
ragam bahasa tertentu yang sesuai dengan fungsi ragam tersebut untuk satu
situasi dan keperluan tertentu.
Bahasa dapat dipelajari
dalam Linguistik.Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa manusia
(Langacker 1973: 5).Salah satu cabang ilmu Linguistik adalah sosiolinguistik
Hickerson (1980: 81) beragumen bahwa sosiolinguistik merupakan sebuah pembelajaran
pengembangan linguistik yang mengambil variasi bahasa sebagai fokusnya, dan
melihat variasi bahasa itu sendiri dalam konteks sosialnya. Sosiolinguistik berkonsentrasi pada korelasi antara faktor-faktor sosial
dengan variasivariasi linguistik. Berdasarkan sebuah statement dari Fishman
(1972: 4), sosiolinguistik adalah pembelajaran mengenai karakteristik
fungsi-fungsi penggunaan bahasa dengan karakteristik pengguna bahasa itu
sendiri. Sosiolinguistik pada dasarnya tidak berfokus pada struktur dari sebuah
bahasa, melainkan berfokus pada bagaimana bahasa tersebut digunakan dalam
konteks sosial dan budayanya. Salah satu konsentrasi dalam sosiolinguistik
adalah alih kode.
Setiap penutur bahasa mempunyai variasi bahasa tertentu dalam mengutarakan idenya.Bahasa
Indonesia mempunyai variasi atau ragam resmi dan ragam tak resmi atau informal.Suatu
kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa tidak semua kelas sosial mampu menguasai
variasi bahasa tertentu.Perbedaan tingkat pendidikan,kesejahteraan,pendapatan
dan pergaulan dapat mempengaruhi variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat
tersebut. Kita melihat bahasa yang digunakan dalam
kelompok-kelompok sosial masyarakat bervariasi yang menyebabkan variasi bahasa
tersebut bukanlah lokasi tetapi pendidikan dan jenis pekerjaan.Tingkat
pendidikan akan menyebabkan pemilihan jenis pekerjaan.Seorang yang berijazah
sarjana hukum tidak mungkin menjadi kuli di pelabuhan.Seorang yang beijazah
dokter tak mungkin menjadi penjual kangkung di pasar.Tingkat pendidikan yang
menyebabkan pemilihan jenis pekerjaan telah menyebabkan pula variasi bahasa
yang dipergunakan.Orang berijazah dokter tentu banyak mempergunakan
istilah-istilah yang berhubungan dengan kedokteran atau bahasa medis,sedangkan
seorang yang berijazah SDakan mempergunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
pendidikannya.Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan mempunyai wawasan yang lebih luas,baik itu mengenai cara bicara,bahasa
yang digunakan ataupun penempatan bahasa.Akan tetapi berbanding terbalik dengan
masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan rendah,mereka akan jauh lebih
mengenyampingkan susunan atau tatanan bahasa dalam berkomunikasi atau tidak
memperhatikan situasi dan keperluan.Dan juga masyarakat dengan kesejahteraan serta
pendapatan yang lebih tinggi akan mempunyai satu tingkat wawasan yang lebih
tinggi karena mereka lebih banyak memperoleh informasi terutama informasi yang
membutuhkan materi seperti majalah, surat kabar, tv, radio, dan lain-lain.Seorang sosiolog Inggris yang menyatakan bahwa (dalam Vorbert, 1976:4)
keberhasilan bermasyarakat para anggota kelompok sosial dan untuk memasuki
hak-hak sosial mereka tergantung pada tingkat pengorganisasian pesan-pesan
bahasa mereka. Peranan bahasa di sini sangat penting, karena tanpa bahasa
mereka tidak mungkin dapat mengutarakan isi hati atau idenya.
Seperti halnya dokter
dan pasien (masyarakat menengah kebawah),dokter akan lebih menggunakan bahasa
yang formal sedangkan pasien (masyarakat menengah kebawah) menggunakan bahasa
non-formal.Itu disebabkan karena dokter terbiasa dalam berbicara sesuai situasi
dan fungsi.Variasi bahasa yang digunakan antara dokter dan pasien (masyarakat
menengah kebawah) seperti penulis amati ini masih perlu penelitian yang lebih
matang.Dengan demikian para peneliti akan dapat membandingkan hasil penelitian
yang sudah ada dengan hasil penelitian yang akan diteliti sehingga hasilnya
dapat terpecaya.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Nur Indah Mayang.2016.Karakteristik
Ragam Bahasa Waria Perias Pengantin Di Kota Medan. Undergraduate
thesis, UNIMED.
R.Pangaribuan,Tangson.2010.Hubungan Variasi Bahasa Dengan Kelompok
Sosial Dan Pemakaian Bahasa.
Waridah.2015.Penggunaan Bahasadan Variasi Bahasa dalam
Berbahasadan Berbudaya.
Kalangit,Rani Frisilia.2016.Alih Kode Dalam Instagram (Suatu Analisis Sosiolinguistik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.