PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL
oleh : Farroszy Safana Putra (@J07-FARROSZY)
oleh : Farroszy Safana Putra (@J07-FARROSZY)
Sumber : Bagas Hugo
ABSTRAK
Dalam
Seminar Nasional Kebahasaan “Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pemersatu Bangsa Di
Daerah Perbatasan”, Mahsun (2014) mengatakan bahasa Indonesia adalah perekat jati
diri bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah salah satu alat pemersatu bangsa
yang dinilai berhasil semenjak pra kemerdekaan. Oleh bahasa persatuan, bahasa
Indonesia, kemultilingualan dan kemultikulturalan Indonesia dapat bersatu dalam
nasionalisme. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar semakin diremehkan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku banyak ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama situs jejaring sosial seperti facebook, instagram, dan
twitter. Ragam tidak baku dalam situs jejaring sosial melekat di generasi muda
dewasa ini dan ragam tidak baku akan mendominasi dan menggeser posisi ragam
baku di masa yang akan datang jika tidak ditangani serius dan segera.
PENDAHULUAN
Bahasa
Indonesia hidup berdampingan dengan bahasa asing dan juga bahasa daerah,
termasuk bahasa alay. Antara satu sama lain terjalin kontak bahasa. Tentu tidak
terhindarkan adanya saling memengaruhi di antara bahasa-bahasa yang terlibat
kontak tersebut. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin tergerus seiring dengan berkembangnya
zaman. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Indonesia dicampuradukkan dengan
bahasa asing seperti bahasa Inggris oleh penggunanya. Bahasa Indonesia baku
tidak dihargai dengan menggunakan singkatan dan ragam bahasa yang tidak bisa
dirumuskan. Bahkan, bentuk-bentuk baku bahasa Indonesia kerap dimodifikasi
dengan alasan tertentu. Kita bisa menyaksikan bahasa Indonesia digunakan dengan
tidak baik dalam situs jejaring sosial seperti facebook, instagram, dan
twitter. Dalam situs jejaring sosial tersebut, bahasa Indonesia yang baku
sering diabaikan, bahkan diremehkan. Masyarakat, terutama kaula muda, kerap
kali menggunakan bahasa tidak formal untuk menarik perhatian, tampak gaul, dan
mempersingkat waktu pengetikan. Padahal, hal tersebut dilakukan di muka umum,
di mana publik dapat menyaksikannya
1. Jejaring Sosial Situs jejaring sosial dapat diartikan
sebagai situs pelayanan yang memperbolehkan individual untuk (1) membangun
profil sebuah publik atau semi-publik dengan sistem kekerabatan, (2)
menghubungkan sebuah daftar dari pengguna lain yang telah terhubung, dan (3)
melihat dan menghubungi daftar yang terhubung tersebut kepada orang lain yang
didukung sistem (Boyd, Danah M. dan Nicole B. Ellison, 2008: 211). Ada ratusan
situs jejaring sosial di dunia yang sengaja dibuat untuk menghubungkan
orang-orang dalam berinteraksi satu sama lain (Lange, P. G., 2007: 1).
2. Ragam Tidak Baku Di dalam situs jejaring sosial,
masyarakat dapat mengekspresikan pendapatnya atau berkomunikasi dengan orang
lain. Tentu bahasa sangat dilibatkan dalam hal ini. Dengan beberapa faktor,
banyak penggunaan ragam bahasa Indonesia yang tidak baku. Ragam tidak baku
meliputi:
a.
Akronim atau
singkatan Kridalaksana menyebutkan bahwa singkatan adalah satu di antara hasil
pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi
huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf (1982: 162). Sementara akronim
adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain
yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah fonotaktik
bahasa yang bersangkutan (Kridalaksana, 1982: 5).
b.
Afiks Afiks adalah
bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna
gramatikalnya (Kridalaksana, 1982: 2). Terdapat macam-macam afiks yaitu:
prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks dan kombinasi afiks.
Afiks dalam bahasa Indonesia sangat produktif untuk pembentukan kata dalam
bahasa Indonesia. Pembubuhan afiks {me-}, {ber-}, {di-}, {ter-}, {per-}, {pe-},
{se-}, {ke-}, {kan-}, {-i} , {-an}, {ke-an-}, {peN-an}, {per-an}, {ber-an},
seperti pada contoh kata: menampung, berlari, dibeli, terawat, petinju, sebuah,
kedua, jatuhkan, jauhi, pakaian, kemalangan, pemaksaan, perolehan, berlarian.
Pada afiks tersebut mengandung makna yang berbedabeda.
c.
Bentuk yang tidak
beraturan dan tidak bisa dirumuskan Bentuk yang tidak beraturan dan tidak bisa
dirumuskan adalah bahasa Indonesia yang digunakan menggunakan ragam tidak baku
dalam bentuk kata atau frasa yang secara sintaksis tidak berterima. Penggunaan
bahasa jenis ini berorientasi pada pemahaman dan konteks yang sama antara
penutur dan petutur.
d.
Kode yang
bercampur PROSIDING SEMNAS KBSP V E-ISSN: 2621-1661 279 Nababan mengatakan
bahwa campur kode adalah suatu keadaan bilamana orang mencampur dua (atau lebih)
bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse)
tanpa ada sesuatu dalam situasi bahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu
(dalam Suwandi, 2008: 87). Kode yang bercampur adalah hasil dari campur kode
yang biasanya terjadi pada situasi informal.
PERMASALAHAN
Penggunaan
bahasa Indonesia yang benar semakin diremehkan. Penggunaan bahasa Indonesia
yang tidak baku banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama situs
jejaring sosial seperti facebook, instagram, dan twitter. Ragam tidak baku
dalam situs jejaring sosial melekat di generasi muda dewasa ini dan ragam tidak
baku akan mendominasi dan menggeser posisi ragam baku di masa yang akan datang
jika tidak ditangani serius dan segera.
KESIMPULAN
Banyaknya
ragam tidak baku dan bahasa-bahasa asing yang digunakan oleh orang-orang di
zaman sekarang mengidentifikasikan bahwa Bahasa Indonesia saat ini sedang dalam
keadaan yang berkembang ke arah penyimpangan. Dilihat dari bukti-bukti
penggunaan ragam tidak baku di media sosial, dapat disimpulkan bahwa
orang–orang cenderung lebih memperhatikan fungsi praktis asal terjadi
keberterimaan di antara kedua atau lebih yang terlibat dalam pembicaraan.
Apabila penyimpangan-penyimpangan tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
di media sosial itu terus terjadi, maka akan menyebabkan lunturnya penggunaan
bahasa Indonesia. Apalagi tidak bisa ada kontrol yang nyata dari pemerintah
maupun yang berkepentingan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang benar di
media sosial. Hal yang bisa dilakukan hanyalah melakukan imbauan. Akan tetapi,
masyarakat Indonesia sendiri, terlebih pengguna media sosial cenderung
mengabaikan hal itu, dan lebih tertarik kepada isu-isu yang berpotensi menjadi
bahan hiburan atau yang berkenaan dengan masalah sosial yang pembahasannya bisa
lebih panjang dan menarik. Kebanyakan orang menganggap pembahasan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sendiri sebagai pembahasan yang
membosankan.
Hal
itu membuat semakin jarangnya penggunaan bahasa Indonesia yang benar oleh
masyarakat Indonesia sendiri. Pada akhirnya, semakin rendahnya kesadaran bangsa
Indonesia terhadap pentingnya bahasa Indonesia akan memungkinkan kesalahan
tentang penggunaan bahasa Indonesia ini diturunkan ke generasi selanjutnya,
entah itu dalam penggunaannya di media sosial maupun dalam penuturan
keseharian.
Bahasa
Indonesia berkembang ke arah yang tidak diharapkan. Dari media sosial, didapat
ragam bahasa Indonesia yang tidak baku, berupa akronim atau singkatan, afiks,
bentuk yang tidak beraturan dan tidak bisa dirumuskan, dan kode yang bercampur.
Saat ini, banyak masyarakat kurang menghargai dan cenderung meremehkan bahasa
Indonesia. Hal tersebut karena proses akulturasi bahasa yang mengutamakan
fungsi prasktis dan keberterimaan anatara penutur dan mitra tutur, baik di
dunia media sosial maupun di dunia nyata, sehingga kebanyakan dari mereka
mengesampingkan kaidah dari penggunaan bahasa Indonesia itu. Pada akhirnya,
penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku akan berlanjut ke generasi selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Kelima). Jakarta: Balai Pustaka. Boyd, Danah M. dan Nicole B. Ellison. 2008.
Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship. Journal of
Computer-Mediated Communication. Volume 13: 211. Kridalaksana, Harimurti. 1982.
Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Lange, P. G. 2007. Publicly private and
privately public: Social networking on YouTube. Journal of Computer-Mediated
Communication. Volume: 13: 1. Suwandi, Sarwiji. 2008. Serbalinguistik (Mengupas
Pelbagai Praktik Berbahasa). Surakarta: UNS Press. Yusuf, Oik. 2016. Jumlah
Pengguna Facebook di Indonesia Terus Bertambah.
http://tekno.kompas.com/read/2016/10/20/17062397/jumlah.pengguna.facebook.di.indonesia.
terus.bertambah. [Diakses 24 Maret 2020].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.