Kompetensi
|
|
Komunikasi massa suatu kegiatan interaksi yang dilakukan orang banyak
melalui pengaturan institusi organisasi berkait dengan aktifitas penyampaian
informasi dengan sifatnya yang massal ditujukan kepada khalayak yang anonim
serta heterogen.
|
Memahami dan menjelaskan karakteristik masyarakat
|
Dennis McQuaile dalam Sutaryo (2005:113-114) menyebutkan
bahwa Herbert Blummer seorang sosiolog modern yang terkenal membuat definisi
massa dengan cara membandingkan istilah tersebut dengan bentuk bentuk
kolektivitas lainnya yang diketemukan dalam kehidupan sehari-hari khususnya kelompok
sosial (social group), kerumunan (crowd), dan publik (public).
Adapun kolektifitas massa memiliki sifat yang tidak sama
dengan kelompok sosial, kerumunan, maupun publik kuantitas orang yang terlibat
dalam kolektivitas massa relatif lebih banyak dibanding kelompok sosial,
kerumunan, maupun publik (McQuail, 1987:32).
KELOMPOK SOSIAL
|
KERUMUNAN
|
PUBLIK
|
MASSA
|
|
Tingkat instruksi
|
Tinggi dalam wilayah terbatas
|
Tinggi
|
Sedang meskipun anggotanya tersebar
|
Rendah
|
Tujuan
Atau objek perhatian
|
§ Tujuan bersama
§ Identitas
§ Kontak
|
Kejadian sedang berlangsung
|
§ Pandangan
§ Penentuan pilihan
|
Objek perhatian yang dikelola
|
Kontrol
Atau organisasi
|
§ Tinggi tetapi formal
§ internal
|
§ Rendah
§ Eksternal
|
§ Sedang
§ Formal – informal
|
§ Eksternal
§ Manipulatif
|
Kadar kesadaran
|
Tinggi
|
Tinggi, namun sementara
|
Bervariasi, dari sedang sampai
tinggi
|
Rendah
|
Perbedaan kolektif massa dengan kolektif kelompok sosial, kerumunan, dan
publik
(McQuail 1987:32)
Kelompok
Sosial.
Sebagai
gejala sosial, kelompok sosial berarti penting dalam kehidupan manusia,
melaluinya kegiatan dalam kehidupan manusia diberlangsungkan. Pada kenyataannya
sejak kita dilahirkan hingga meninggal, kita telah menjadi anggota dari
kelompok sosial. Keluarga menjadi kelompok sosial yang pertama kali kita masuki
pada saat kita dilahirkan. Seseorang yang baru lahir selain teridentifikasi
sebagai anggota keluarga, ia juga langsung menjadi anggota dari Rukun Tetangga
(RT), Rukun Warga (RW), dan anggota warga dari tempat ia
dilahirkan. Bertambahnya usia, keanggotaan seseorang
semakin meluas, dimasukinya kelompok teman bermain (peer group), kelompok organisasi formal pada institusi pendidikan
dasar hingga perguruan tinggi. Selain menjadi anggota kelompok tersebut di
atas, kita memiliki keanggotaan lain yang dikategori sebagai anggota dari jenis
seks, golongan darah, usia, ras dan suku bangsa, agama, orientasi politik,
stratifikasi pendidikan dan ekonomi.
Identifikasi
Kelompok Sosial
merupakan Suatu kumpulan individu yang dapat dikenali
sebagai kelompok sosial ketika memenuhi syarat berupa :
(1).
Adanya organisasi
(2). Hubungan sosial sesama anggota kelompok
(3).
Dan kesadaran jenis
(Bierstedt dalam Sunarto, 1993:88)
Berdasarkan tiga identifikasi kelompok demikian,
Bierstedt lantas membedakannya secara khusus ke dalam empat jenis kelompok :
(1). Kelompok statistik (statistical group)
(2). Kelompok kemasyarakatan (societal group)
(3). Kelompok sosial (social group)
(4). Kelompok asosiasi (associational group)
Kelompok statistik dikenali melalui contoh pengelompokkan
jumlah penduduk berdasarkan usia terdapat kelompok batita, balita, anak-anak,
remaja, dewasa, dan manula. Kelompok kemasyarakatan dicontohkan kelompok seks,
kelompok usia, kelompok agama, kelompok etnis. Pada jenis kelompok sosial
realisasinya didapati pada kelompok pertemanan, kelompok kekerabatan, kelompok
keagamaan. Kelompok asosiasi diwakili melalui organisasi politik, Senat
Mahasiswa, Korps Pegawai Negeri Sipil, Dharma Wanita, dan sebagainya.
Komunikasi
Kelompok.
Norma
dan peran adalah sistem yang mengatur proses komunikasi kelompok. Norma atau
norma sosial (social norm) berarti
aturan yang disepakati menyangkut idealisasi perilaku yang diharapkan dalam
interaksi antar anggota kelompok. Sedangkan peran mendeskripsikan aspek dinamis
dari status anggota kelompok merujuk pada ascribed
status (status yang diperoleh) maupun achieved
status (status yang diperjuangkan). Norma dan peran ini menjadi mekanisme pengontrol sirkulasi tatap muka (face to face) antar anggotanya.
Intensitas perjumpaan anggota kelompok baik secara intensif maupun kadang kala
dipahami setiap anggotanya bahwa mereka dapat mengelola umpan balik secara
verbal dan non verbal merujuk pada keberadaan peran yang dimiliki sejalan
dengan aturan normatif yang berlaku dalam kelompoknya.
Kerumunan.
Kerumunan atau crowd
merupakan kumpulan individu yang dikenali melalui situasi ketika sejumlah
orang oleh adanya kebutuhan tertentu secara tidak sengaja saling berinteraksi,
memiliki kesadaran perorangan yang lenyap (the
law of the mental unity of crowds). Pada sifatnya yang berupa kerumunan
ekspresif dan kerumunan bertindak setiap orang dapat memusatkan perhatian pada
satu hal yang menstimulasi pada dilakukannya hasrat bertindak. Contoh dari
kerumunan; kumpulan orang yang menanti angkutan umum, kumpulan orang sambil
lalu yang menyaksikan tabrakan di jalan raya, kumpulan orang dalam peristiwa
huru hara Mei 1998, maupun kumpulan individu dalam aksi demostrasi.
Komunikasi
Kerumunan.
Kegiatan komunikasi terjadi melalui tatap muka. Face to face dalam konteks kerumunan
menghilangkan makna dari tatap muka itu sendiri atau dikenal dengan mama tatap
muka terminologinya memuat makna ketika anggota kelompok sedianya melihat dan
mendengar anggota lain dan sekaligus mengatur feedback secara verbal maupun non verbal (Bungin, 2008:267).
Keadaan ini tidak dijumpai dalam komunikasi kerumunan. Aktifitas melihat dan
mendengar dipahami sebagai ritual yang landasan aktifitasnya dilakukan melalui
komunikasi dalam konteks proses sosial. Artinya komunikasi bersifat
berkesinambungan dan tidak memiliki akhir, konteks ini tidak terjadi dalam
komunikasi antar anggota kerumunan manakala situasi yang mendekatkan mereka
dalam interaksi usai maka kelompok ini akan membubarkan diri.
Publik.
Pola
kumpulan individu yang ketiga ini dikatakan Blumer (McQuail, 1987:32)
bercirikan jumlah anggota relatif besar, sifat keanggotaan tersebar dan
bertahan lama. Keanggotaan pada kolektifitas publik terbentuk melalui adanya
masalah atau pandangan tertentu yang perlu dikomunikasikan dalam kehidupan
publik. Pada sistem politik demokratis kolektifitas
publik ini tumbuh subur, ketika setiap orang
berkesempatan mengakses informasi dan mengelola informasi berkait kepentingan
nasional.
Komunikasi
Publik.
Komunikasi retorika atau public communication telah dikenal di tengah masyarakat sejalan
dengan perkembangan sistem demokrasi modern. Konteks komunikasi publik
menempatkan komunikator yang berbicara di depan publik dengan tujuan memberi
informasi, menghibur dan membujuk. Pada tujuan membujuk atau persuasi, menjadi
benang merah dalam tradisi komunikasi retorika. Retorika (rhetoric) dimaknai sebagai kemampuan yang dimiliki pembicara untuk
mempengaruhi orang banyak.
Massa.
Khalayak atau massa dikenali sebagai kumpulan individu
yang dalam jumlah relatif lebih besar dibanding kelompok sosial, kerumunan, dan
publik. Sifat keanggotaan tersebar dan tidak saling kenal (anonim) serta majemuk, kesadaran diri dan identitas diri cenderung
lemah jika disandingkan kelompok sosial, perilaku anggotanya diarahkan untuk
suatu tindakan tertentu, tidak mampu bergerak serentak atau terorganisir
mencapai tujuan tertentu, komposisi selalu berubah dan berada dalam batas
wilayah yang tidak tetap – penting digarisbawahi jika objek perhatian tertentu
mengarahkan khalayak untuk menetapkan perilaku yang seragam sejurus dengan efek
yang diharapkan komunikator (McQuail, 1987:33).
Komunikasi
Massa.
Sebagai
suatu konsep, mass comunication atau
komunikasi massa mulai dikenal sejak Johann Gutenberg menciptakan mesin cetak
pada Abad Pertengahan. Komunikasi massa didefinisikan sebagai konteks
komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan menyasar
pada khalayak. Sumber komunikasi massa atau komunikator tidak lain adalah suatu
organisasi formal yang menempatkan peran komunikator profesional sebagai
pengelola pesan-pesan yang diproses melalui standarisasi dan selalu
diperbanyak. Sedangkan penerima pesan atau mass
audience adalah khalayak. Interaksi sosial antara pengirim dan penerima
bersifat satu arah, impersonal, acap kali merujuk sifat non-moral dengan
pengertian komunikator menanggalkan peran tanggung jawab terhadap konsekuensi
pesan yang disampaikan. Komunikasi massa idealnya memunculkan kontak sosial
secara serentak antara satu pengirim kepada banyak penerima, menciptakan
pengaruh luas dalam waktu singkat, serta menimbulkan respon
seketika dari banyak penerima secara serempak.
Dafatar Pusaka
Dennis McQuaile dalam Sutaryo (2005:113-114)
SUTARYO. (2005). Sosiologi
Komunikasi. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.