.

Jumat, 29 September 2017

Alat Pendeteksi Gempa Bumi


ALAT PENDETEKSI GEMPA BUMI (SEISMOGRAF)





Pendahuluan

@G35-didik
                                                       Sumber indocropcircles.wordpress.com        

Indonesia merupakan negara yang berada di pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan lempeng Eurasia di Samudera Hindia. Tekanan yang disebabkan oleh pergerakan dan tumbukan antar lempeng tersebut dapat melepaskan energi. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi. Karena itu tak heran bila negara kita merupakan salah satu negara yang rawan akan gempa bumi.
Tentu masih hangat di ingatan kita akan gempa bumi di Yogyakarta pada 27 Mei 2006 lalu. Gempa berkekuatan 5,6 skala Richter tersebut menelan banyak korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan fatal pada bangunan, tempat tinggal, dan fasilitas-fasilitas umum. Yang disayangkan, tak ada peringatan dini akan gempa tersebut karena belum adanya alat peringatan gempa.
            Hal itulah yang melatarbelakangi kelompok kami untuk membuat alat penanda gempa sederhana dengan menggunakan salah satu prinsip yang dipelajari dalam fisika, yaitu getaran.(menurut Wulan, et al, 2012)

Akibat Letak Geologis Indonesia   
Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika (BMKG ) mencatat bahwa seringnya intensitas gempa yang terjadi di Indonesia merupakan akibat dari letak negara kita yang berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo- Australia. Bagian timur Indonesia juga merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Philipina, lempengPasifik dan lempeng Indo Australia.
BMKG sebagai badan yang bertugas memprediksi cuaca, bencana tsunami dan juga gempa bumi harus bisa memperikarakan kemungkinan- kemungkinan yang bisa diterjadi kapan saja dan dimana saja. Kemungkinan tersebut bisa berupa tsunami yang terjadi atau getaran dahsyat dari gempa bumi yang menimbulkan kerusakan parah.
Untuk mendeteksi gempa dan mengukur besarnya gempa bumi, BMKG memiliki sejumlah alat pendeteksi gempa  yang telah di pasang di berbagai titik di Indonesia sehingga menjadi sebuah jaringan. Berikut adalah beberapa alat pendeteksi gempa bumi yang sering digunakan untuk mengukur besaran gempa yang terjadi dan mengetahui lokasi hiposentrum.(menurut IlmuGeografi.com)

Klasifikasi pengukuran gempa
Seismograf menggunakan dua klasifikasi yang berbeda untuk mengukur gelombang seismik yang dihasilkan gempa, yaitu besaran gempa dan intensitas gempa. Kedua klasifikasi pengukuran ini menggunakan skala pengukuran yang berbeda pula. Skala pengukuran gempa tersebut terdiri dari Skala Richter dan Skala Mercalli. Skala Richter digunakan untuk menggambarkan besaran gempa sedangkan Skala Mercalli digunakan untuk menunjukkan intensitas gempa, atau pengaruh gempa terhadap tanah, gedung, dan manusia. (menurut id.wikipedia.org)

Sumber IlmuGeografi.com

 

Proses Terjadinya Gempa Bumi


Gempa bumi terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan yang sangat hebat oleh pergerakan lempeng-lempeng yang menjadi landasan benua. Sebagian besar terjadi ketika dua lempengan di kerak bumi saling bergesekan. Lempengan yang dimaksud yaitu lempeng samudera dan lempeng benua. Ketika lempeng saling bergesek dan bertumbukan, akan menghasilkan gelombang kejut, yang kita rasakan sebagai gempa bumi.
Lempeng samudera yang rapat massa lebih besar ketika bertumbukan dengan lempeng benua di area tumbukan (subduksi) akan bergerak menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat bergesekan dengan selubung bumi, yang lebih lanjut menyebabkan akumulasi energi di area patahan dan area subduksi. Akibatnya, di sekitar area-area tersebut terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Ketika batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses tersebut mengakibatkan getaran partikel ke segala arah yang disebut sebagai gelombang gempa bumi (seismic waves). Nah, di sekitar daerah tumbukan lempeng-lempeng itulah gempa bumi bisa terjadi. (menurut Ilmusiana)

Prinsip kerja seismografik
Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama gempa tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini dan menghitung besaran gempa.
Dahulu, seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal.
Seismograf modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer. Seismograf. (menurut id.wikipedia.org)











Mekanisme Pembuatan Alat Pendeteksi Gempa


13348136861143386363
Alat dan Bahan pembuatan skema deteksi gempa
1.    Pendulum/Bandul dari logam
2.    Tali/Benang penggantung
3.    Ujung kontak bisa berupa Baut/Sekrup/Jarum
4.    Bel rumah (yang menggunakan batery)
5.    Kabel serabut kecil secukupnya.
Prinsip kerjanya sangat sederhana, jika Anda membeli sebuah bel rumah maka akan anda dapati sebuah kabel yang berujung saklar. Fungsi saklar inilah yang kita ganti dengan "pendulum & ujung kontak". Jika pendulum bergoyang akibat gempa maka, pendulum akan bersentuhan dengan ujung kontak, maka bel akan berbunyi. Alat akan bekerja  lebih baik jika
1.    Kita pasangkan minimal 3 ujung kontak yang saling terhubung disekitar pendulum. Akan lebih baik lagi jika pendulum kita gantung menggunakan pegas, sehingga dapat bergerak naik dan turun. Tentunya perlu kita tambahkan lagi satu buah ujung kontak di bawah pendulum agar dapat menditeksi gerakan vertikal.
2.    Agar lebih sensitif terhadap gerakan disarankan agar ujung kontak dibuat dapat diatur jaraknya sedekat mungkin dengan pendulum.
3.    Pilih bel yang sensitif,  yaitu bel yang bisa berbunyi hanya dengan kontak yang singkat.Yang terakhir letakkan pendulum di tempat yang menyatu dengan bangunan, tidak mudah bergerak, dan terlindung dari angin, binatang kecil seperti tikus, cicak atau sejenisnya. Silakan bagi yang mau mencoba membuat sendiri alat deteksi gempa seperti diatas. Alat ini masih bisa dikembangkan agar lebih baik.(menurut Yosar Anwar)
   Tujuan
Alat penanda gempa sederhana ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1.    Untuk sarana peringatan dini bahaya gempa bumi dengan menggunakan alat sederhana dan biaya yang murah
2.     Untuk menerapkan prinsip fisika dalam kehidupan sehari-hari
3.    Untuk mengaplikasikannya dalam bentuk alat yang berguna
(menurut Wulan, et al, 2012)

Kesimpulan
Dari pembuatan alat penanda gempa ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Alat penanda gempa bumi ini bekerja atas prinsip getaran
2.    Getaran yang dihasilkan dapat menghasilkan energi listrik yang diubah menjadi energy bunyi.(menurut Wulan, et al, 2012)

Referensi








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.