Tamanan Jarak 'Physic Nut'
Tanaman jarak
penghasil biodiesel ini berasal dari jenis tanaman jarak pagar yang dalam
bahasa Inggris bernama 'Physic Nut' dengan nama species Jatropha curcas,
tanaman ini seringkali salah diidentifikasi dengan tanaman jarak yang dalam
bahasa Inggris disebut 'Castor Bean' dengan nama species Ricinus communis.
Kedua tanaman ini berasal
dari kerabat klasifikasi tanaman (family) yang sama yaitu 'Euphorbiaceae'.
Tidak sedikit dari kerabat klasifikasi tanaman Euphorbiaceae ini dikenal dengan
nama lokal Indonesia sebagai tanaman jarak. Bahkan Jatropha sendiri sebagai
sebuah 'genus' dalam klasifikasi tanaman memiliki 12 species, semuanya dikenal
dalam nama lokal sebagai 'tanaman jarak'.
Selain dikenal dengan nama lokal yang sama, tanaman jarak
'Physic Nut' dan 'Castor Bean' ini juga sama-sama banyak ditemukan di daerah
tropis seperti Indonesia, bahkan juga dari kedua jenis tanaman ini dapat
diperoleh ekstrak minyak dari bijinya. Hanya saja tanaman jarak 'Castor Bean'
seringkali terkait dengan produksi 'ricin' yaitu racun yang sangat berbahaya
dan banyak digunakan untuk penelitian terapi penyakit kanker, sedangkan tanaman
jarak 'Physic Nut' lebih banyak terkait dengan informasi 'biodiesel' atau
'biofuel'. Meskipun nama lokal sama, tentu saja kedua tanaman ini jelas berbeda
baik dalam bentuk morfologi tanaman maupun minyak yang dihasilkannya.
Minyak jarak pada Mesin
Menjelang pertengahan tahun 2004 yang lalu, DaimlerChrysler,
salah satu perusahaan otomotif terkemuka, berhasil mengujicobakan penggunaan
bahan bakar BTL (Biomass to Liquid) pertama di dunia pada mobil Mercedes-Benz
seri C (Mercedes-Benz C 220, red.), menempuh jarak 5.900 km dalan kondisi
lingkungan yang ekstrim di India (India Daily, 19/7/2004). Bahan bakar tersebut
kemudian diberi nama dagang SunDiesel, diperoleh dari minyak jarak dan
merupakan salah satu program DaimlerChrysler dalam mengembangkan Biodiesel.
Manfaat minyak jarak sebagai substitusi bahan bakar
sebetulnya telah lama diketahui. Misalnya melalui review yang dipublikasikan
oleh Gubitz dkk (1999) pada jurnal Bioresource Technology edisi 67, disebutkan
bahwa tahun 1997 grupnya di Austria, telah mempublikasikan hasil uji adaptasi
minyak jarak pada mesin diesel standar. Di dalam review tersebut juga
disebutkan bahwa jauh sebelum pengujian tersebut dilaksanakan, pada tahun 1982,
peneliti dari Jepang juga telah memperoleh hasil memuaskan dalam menguji
performansi mesin dalam menggunakan minyak jarak di Thailand.
Pengembangan Minyak jarak di Indonesia
Pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan
ilmiah di Indonesia, dipelopori oleh Dr. Robert Manurung dari Institut
Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 1997 dengan fokus ektraksi minyak dari
tanaman jarak. Sejak tahun 2004 yang lalu, penelitian ini mendapat dukungan
dari Mitsubishi Research Institute (Miri) dan New Energy and Industrial
Technology Development Organization (NEDO) dari Jepang (Kompas, 12/5/2005).
Menghadapi krisis kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM di
Indonesia, Pemerintah mulai menggali sumber-sumber energi alternatif. Minyak
jarak ini pun mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Setelah dirintis
oleh ITB kemudian diikuti oleh IPB, dan selanjutnya diikuti oleh lembaga
pemerintah pusat yaitu BPPT, dan oleh pemerintah daerah seperti Pemprov. Nusa
Tenggara Timur, Pemprov. Nusa Tenggara Barat, Pemkab. Purwakarta dan Pemkab.
Indramayu, serta oleh BUMN seperti PT. Pertamina, PT. PLN dan PT. Rajawali
Nusantara Indonesia (RNI), semua saling bekerja sama untuk pengembangan minyak
jarak sebagai bahan bakar minyak alternatif ini. Tidak ketinggalan Sekolah
Menengah Kejuruan bidang pertanian pun akan mengikuti pengembangan minyak jarak
ini, untuk bahan bakar minyak alternatif.
Daftar pustaka :
Bull, C. (1999). Appropriate Technology: Tools, Choices, and
Implications. New York:
Academic Press. pp. 3, 270. ISBN 0-12-335190-1.
"Design and technological
appropriateness: The quest for community survivability". Journal of
Sustainability Science and Management 9 (1): 1–17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.