@G21-RIKI
Pendahuluan
Padi
adalah makanan pokok bagi masyarakat indonesia. Sebagian besar petani melakukan
proses pengolahan padi pasca panen dengan menggunakan cara yang masih
tradisional, terutama pada proses perontokan bulir padi dari tangkainya. Cara manual
ini menimbulkan masalah secara ergonomis bagi operator, juga kurang produktif. Dengan
mengunakan alat yang masih tradisional proses perontokan padi menimbulkan
ketidaknyamanan bagi petani, dinilai alat tersebut masih kurang ergonomis. Kondisi
tersebut berdampak pada tingginya energi operator dan lamanya waktu yang
diperlukan, selain itu juga banyak kotoran yang bercampur dengan biji padi yang
telah dipisahkan sehingga dalam proses pemisahan harus menggunakan hembusan
angin.
Mesin Perontok Padi Ergonomis
Menurut Ahmad Hanafie, Andi Haslindah, dan
Muh. Fadhli Penerapan ergonomi pada
umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang
(redesain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas
kerja (benches), Masih dalam hal tersebut adalah bahasan menegenai rancang
bangun lingkungan kerja, karena jika sistem perangkat keras berupa maka akan
berubah pula lingkungan kerjanya. Banyak pekerjaan yang sebenarnya bisa dibantu
dengan suatu alat atau mesin, tetapi para pelaku produksi masih menggunakan
proses secara manual. Seperti halnya yang terjadi pada petani penghasil padi.
Sekarang ini masih banyak petani yang memakai cara manual untuk merontokkan
padi, ada yang sudah memakai alat tetapi masih menggunakan tenaga manusia
sebagai penggeraknya. Adapun tujuan untuk menganalisis waktu produksi
pengembangan rancangan mesin perontok padi (combine harverter), yang ergonomis.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas melalui solusi ergonomi.
Berdasarkan hasil penelitian waktu standar yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan dibutuhkan sebesar 1,72 menit, dengan kapasitas 20 kg. Dengan
pengembangan yang telah dilakukan dengan perubahan pada bagian kontrol bak
besar dan bak kecil, serta perbaikan pada bagian perontok, maka kerugian yang
ditimbulkan oleh mesin perontok padi pada kondisi ini setiap satu siklus
kegiatan sebesar 2% - 4%.
Menurut Anton
Kuswoyo Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan
sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan
secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional
kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu
gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok
dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan efisiensi
kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik.
Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di
indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas
besar [4]. Berbagai macam jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu:
a. Pedal
Thresher (Thresher Semi Mekanis)
b. Power
Thresher (Thresher Mekanis)
a. Pedal Thresher (Thresher Semi
Mekanis) Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat
sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah
dijinjing ketengah lapangan/sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok
padi. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan sebagai ”Mekanis” karena
tidak menggunakan mesin penggerak (bensin/diesel), tetapi menggunakan tenaga
manusia untuk menggerakkan.
b. Power Thresher (Thresher
Mekanis) Power Thresher ini dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi,
jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji – bijian yang
dihasilkan relatif bersih. Sebuah power thresher terdiri dari komponen-komponen
berikut ini:
1. Motor penggerak
2. Pully: Sebagai penerus putaran
V-Belt
3. Saluran pemasukan batang padi:
sebagai tempat memasukan padi saat akan dirontokkan
4. Tutup silinder: untuk
menjangkau sebaran padi supaya tidak semerawut
5. Silinder perontok: untuk
merontokkan padi
6. Saluran batang padi (kasar):
sebagai tempat sisa batang perontok padi yang kasar
7. Saluran batang padi (halus): tempat pembuangan sisa batang padi yang halus
8. Pully poros (Blower): sebagai
penggerak Blower
9. V- belt: sebagai menghubungkan
pully
10. Sarangan: untuk menyaring
padi agar terpisah dari kotoran (sisa batang)
11. Pengatur udara:mengatur besar–kecilnya udara yang masuk/keluar diblower
12. Saluran padi (gabah): untuk
mengeluarkan padi yang sudah tergiling (dirontokkan)
www.google.co.id/search?q=mesin+perontok+padi+yg+canggih |
Menurut Agus
Ruswandi, Trisna Subarna, dan Saeful Bachrein (2010) Ketersediaan pedal
thresher, power thresher, dan dryer cukup memadai, tetapi pemanfaatannya sangat
terbatas. Pedal thresher ternyata hingga saat ini tidak dimanfaatkan di ketiga
wilayah pengembangan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan (Tabel 4).
Sebaliknya power thresher, meskipun sudah dimanfaatkan, tetapi dengan tingkat
pengguna jasa yang masih sangat rendah, yaitu dengan rata-rata pada musim hujan
dan kemarau masing-masing hanya 8% dan 0% di wilayah pengembangan Utara, 16%
dan 10% di wilayah pengembangan Tengah, dan 4% di wilayah pengembangan Selatan.
Dryer hanya dimanfaatkan oleh sebagian kecil petani (2%) di wilayah
pengembangan Tengah. Sebagian kecil petani yang memanfaatkan jasa power
thresher karena menyadari manfaatnya dalam mempercepat perontokan gabah dan
mengurangi kehilangan hasil yang mencapai 5-7 ku/ha di Kabupaten Indramayu
(wilayah pengembangan Utara) dan 10-12 ku/ha di Kabupaten Bandung (wilayah
pengembangan Tengah).
Menurut Herwin
riady mesin treser ini dapat digunakan untuk:
1) Merontok
padi pasca panen dengan kualitas yang baik secara cepat dan otomatis dalam satu
proses kerja.
2) Membantu
para petani perontok padi untuk dapat bekerja lebih mudah, cepat dan praktis
(hanya dalam satu proses kerja) dan meningkatkan produktivitas.
Potensi mesin
tresher ini adalah:
1) Mampu
bekerja dengan cepat dan praktis untuk merontokkan padi 2 hektar per hari per 4
jam kerja, karena mesin ini memiliki daya kerja 2 kali lebih cepat dibandingkan
mesin tresher yang lama.
2)
Dibandingkan dengan mesin tresher lama yang harganya lebih dari 12,5 jutaan,
maka mesin ini jauh lebih menghemat biaya pembelian mesin sekitar 8 jutaan,
sehingga berpeluang untuk semua petani memiliki mesin ini.
3) Dengan
mudah mengatur kecepatan putaran mesin sesuai kondisi, karena dilengkapi dengan
LCD pembaca putaran mesin.
4) Mesin
tresher ini jauh lebih aman dan mudah dalam pemakaian dan pemindahannya
Menurut Agung
Kristanto , Slamet Cahyo Widodo Setelah perancangan ulang fasilitas kerja
berupa alat perontok padi yang ergonomis diimplentasikan dengan tujuan untuk
mengurangi keluhan ketidaknyamanan pada operator, mengurangi konsumsi energi,
memperbaiki sistem kerja dengan perubahan layout kerja, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas. Dengan adanya alat perontok yang sekarang, maka
terdapat perbandingan dengan alat perontok awal.
Kesimpulan
Mesin perontok
padi sangat dibutuhkan bagi para petani karena dapat mempercepat waktu proses
perontokan dan juga dapa menghasilkan bijih padi yang lebih banyak karena tidak
banyak yang ikut terbuang dengan kotoran
Daftar pustaka
Hanafie, Haslindah, dan Fadhli, PENGEMBANGAN
MESIN PERONTOK PADI (COMBINE HARVERTER) YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI (2008)
Kuswoyo, RANCANG BANGUN MESIN
PERONTOK PADI PORTABEL DENGAN PENGGERAK MESIN SEPEDA MOTOR (2017)
Ruswandi, Trisna Subarna, dan
Saeful Bachrein (2010), PENGKAJIAN PEMANFAATAN MESIN PERONTOK GABAH (THRESHER)
DAN MESIN PENGERING GABAH (DRYER) PADI SAWAH DI JAWA BARAT
Riady.H, MESIN TRESHER PADI
OTOMATIS
Kristanto, Widodo, PERANCANGAN
ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN
KUALITAS KEBERSIHAN PADI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.