.

Kamis, 28 September 2017

Mesin Perontok Padi Modern
















@G21-RIKI

Pendahuluan
                Padi adalah makanan pokok bagi masyarakat indonesia. Sebagian besar petani melakukan proses pengolahan padi pasca panen dengan menggunakan cara yang masih tradisional, terutama pada proses perontokan bulir padi dari tangkainya. Cara manual ini menimbulkan masalah secara ergonomis bagi operator, juga kurang produktif. Dengan mengunakan alat yang masih tradisional proses perontokan padi menimbulkan ketidaknyamanan bagi petani, dinilai alat tersebut masih kurang ergonomis. Kondisi tersebut berdampak pada tingginya energi operator dan lamanya waktu yang diperlukan, selain itu juga banyak kotoran yang bercampur dengan biji padi yang telah dipisahkan sehingga dalam proses pemisahan harus menggunakan hembusan angin.

Mesin Perontok Padi Ergonomis
                Menurut Ahmad Hanafie, Andi Haslindah, dan Muh. Fadhli Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (redesain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (benches), Masih dalam hal tersebut adalah bahasan menegenai rancang bangun lingkungan kerja, karena jika sistem perangkat keras berupa maka akan berubah pula lingkungan kerjanya. Banyak pekerjaan yang sebenarnya bisa dibantu dengan suatu alat atau mesin, tetapi para pelaku produksi masih menggunakan proses secara manual. Seperti halnya yang terjadi pada petani penghasil padi. Sekarang ini masih banyak petani yang memakai cara manual untuk merontokkan padi, ada yang sudah memakai alat tetapi masih menggunakan tenaga manusia sebagai penggeraknya. Adapun tujuan untuk menganalisis waktu produksi pengembangan rancangan mesin perontok padi (combine harverter), yang ergonomis. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas melalui solusi ergonomi. Berdasarkan hasil penelitian waktu standar yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan dibutuhkan sebesar 1,72 menit, dengan kapasitas 20 kg. Dengan pengembangan yang telah dilakukan dengan perubahan pada bagian kontrol bak besar dan bak kecil, serta perbaikan pada bagian perontok, maka kerugian yang ditimbulkan oleh mesin perontok padi pada kondisi ini setiap satu siklus kegiatan sebesar 2% - 4%.
Menurut Anton Kuswoyo Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik. Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar [4]. Berbagai macam jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu:
a. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
b. Power Thresher (Thresher Mekanis)

a. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis) Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah lapangan/sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan sebagai ”Mekanis” karena tidak menggunakan mesin penggerak (bensin/diesel), tetapi menggunakan tenaga manusia untuk menggerakkan.

b. Power Thresher (Thresher Mekanis) Power Thresher ini dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi, jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji – bijian yang dihasilkan relatif bersih. Sebuah power thresher terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. Motor penggerak
2. Pully: Sebagai penerus putaran V-Belt
3. Saluran pemasukan batang padi: sebagai tempat memasukan padi saat akan dirontokkan
4. Tutup silinder: untuk menjangkau sebaran padi supaya tidak semerawut
5. Silinder perontok: untuk merontokkan padi
6. Saluran batang padi (kasar): sebagai tempat sisa batang perontok padi yang kasar
7. Saluran batang padi (halus): tempat pembuangan sisa batang padi yang halus
8. Pully poros (Blower): sebagai penggerak Blower
9. V- belt: sebagai menghubungkan pully
10. Sarangan: untuk menyaring padi agar terpisah dari kotoran (sisa batang)
11. Pengatur udara:mengatur besar–kecilnya udara yang masuk/keluar diblower
12. Saluran padi (gabah): untuk mengeluarkan padi yang sudah tergiling (dirontokkan)

www.google.co.id/search?q=mesin+perontok+padi+yg+canggih


Menurut Agus Ruswandi, Trisna Subarna, dan Saeful Bachrein (2010) Ketersediaan pedal thresher, power thresher, dan dryer cukup memadai, tetapi pemanfaatannya sangat terbatas. Pedal thresher ternyata hingga saat ini tidak dimanfaatkan di ketiga wilayah pengembangan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan (Tabel 4). Sebaliknya power thresher, meskipun sudah dimanfaatkan, tetapi dengan tingkat pengguna jasa yang masih sangat rendah, yaitu dengan rata-rata pada musim hujan dan kemarau masing-masing hanya 8% dan 0% di wilayah pengembangan Utara, 16% dan 10% di wilayah pengembangan Tengah, dan 4% di wilayah pengembangan Selatan. Dryer hanya dimanfaatkan oleh sebagian kecil petani (2%) di wilayah pengembangan Tengah. Sebagian kecil petani yang memanfaatkan jasa power thresher karena menyadari manfaatnya dalam mempercepat perontokan gabah dan mengurangi kehilangan hasil yang mencapai 5-7 ku/ha di Kabupaten Indramayu (wilayah pengembangan Utara) dan 10-12 ku/ha di Kabupaten Bandung (wilayah pengembangan Tengah).
Menurut Herwin riady mesin treser ini dapat digunakan untuk:
1) Merontok padi pasca panen dengan kualitas yang baik secara cepat dan otomatis dalam satu proses kerja.
2) Membantu para petani perontok padi untuk dapat bekerja lebih mudah, cepat dan praktis (hanya dalam satu proses kerja) dan meningkatkan produktivitas.

Potensi mesin tresher ini adalah:
1) Mampu bekerja dengan cepat dan praktis untuk merontokkan padi 2 hektar per hari per 4 jam kerja, karena mesin ini memiliki daya kerja 2 kali lebih cepat dibandingkan mesin tresher yang lama.
2) Dibandingkan dengan mesin tresher lama yang harganya lebih dari 12,5 jutaan, maka mesin ini jauh lebih menghemat biaya pembelian mesin sekitar 8 jutaan, sehingga berpeluang untuk semua petani memiliki mesin ini.
3) Dengan mudah mengatur kecepatan putaran mesin sesuai kondisi, karena dilengkapi dengan LCD pembaca putaran mesin.
4) Mesin tresher ini jauh lebih aman dan mudah dalam pemakaian dan pemindahannya

Menurut Agung Kristanto , Slamet Cahyo Widodo Setelah perancangan ulang fasilitas kerja berupa alat perontok padi yang ergonomis diimplentasikan dengan tujuan untuk mengurangi keluhan ketidaknyamanan pada operator, mengurangi konsumsi energi, memperbaiki sistem kerja dengan perubahan layout kerja, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Dengan adanya alat perontok yang sekarang, maka terdapat perbandingan dengan alat perontok awal.

Kesimpulan
Mesin perontok padi sangat dibutuhkan bagi para petani karena dapat mempercepat waktu proses perontokan dan juga dapa menghasilkan bijih padi yang lebih banyak karena tidak banyak yang ikut terbuang dengan kotoran


Daftar pustaka
Hanafie, Haslindah, dan Fadhli, PENGEMBANGAN MESIN PERONTOK PADI (COMBINE HARVERTER) YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI (2008)
Kuswoyo, RANCANG BANGUN MESIN PERONTOK PADI PORTABEL DENGAN PENGGERAK MESIN SEPEDA MOTOR (2017)
Ruswandi, Trisna Subarna, dan Saeful Bachrein (2010), PENGKAJIAN PEMANFAATAN MESIN PERONTOK GABAH (THRESHER) DAN MESIN PENGERING GABAH (DRYER) PADI SAWAH DI JAWA BARAT
Riady.H, MESIN TRESHER PADI OTOMATIS
Kristanto, Widodo, PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.