Barcode (Kode Batang)
1.1 Mind Map Barcode oleh The, Eka Yuliarto |
Pendahuluan
Untuk saat ini orang lebih banyak atau sering
mengumpulkan data dalam bentuk sebuah barcode. Ini merupakan salah satu
teknologi masa kini, yang bertujuan untuk mempermudah pengecekan data. Sebuah
kode batang (atau barcode) adalah suatu kumpulan data optik yang dibaca mesin.
Sebenarnya, kode batang ini mengumpulkan data dalam lebar (garis) dan spasi
garis paralel dan dapat disebut sebagai kode batang atau simbologi linear atau
1D (1 dimensi). Tetapi juga memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk
geometri lainnya di dalam gambar yang disebut kode matriks atau simbologi 2D (2
dimensi). Selain tak ada garis, sistem 2D sering juga disebut sebagai kode
batang. Walaupun ada beragam simbol dan penggunaan tetapi semua tujuan yang
sama yaitu mengencode string karakter sebagai garis batang atau spasi.
Menurut,
Yudha Yudanto: “Pada tahun 1932, Wallace Flint membuat
sistem pemeriksaan barang di perusahaan retail. Awalnya, teknologi kode batang
dikendalikan oleh perusahaan retail, lalu diikuti oleh perusahaan industri.
Lalu pada tahun 1948, pemilik toko makanan lokal meminta Drexel Institute of
Technology di Philadelphia, untuk membuat sistem pembacaan informasi produk
selama checkout secara otomatis.
Kemudian
Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland, lulusan Drexel patent application ,
bergabung untuk mencari solusi. Woodland mengusulkan tinta yang sensitif
terhadap sinar ultraviolet. Prototype ditolak karena tidak stabil dan mahal.
Tangal 20 Oktober 1949 Woodland dan Silver berhasil membuat prototipe yang
lebih baik. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1952, mereka mendapat hak paten
dari hasil penelitian mereka. 1966: Pertama kalinya kode batang dipakai secara
komersial adalah pada tahun 1970 ketika Logicon Inc. membuat Universal Grocery
Products Identification Standard (UGPIC).
Perusahaan
pertama yang memproduksi perlengkapan kode batang untuk perdagangan retail
adalah Monach Marking. Pemakaian di dunia industri pertama kali oleh Plessey
Telecommunications. Pada tahun 1972, Toko Kroger di Cincinnati mulai
menggunakan bull’s-eye code. Selain itu, sebuah komite dibentuk dalam grocery
industry untuk memilih kode standar yang akan digunakan di industri.”
Menurut,
Tri Listyorini: “Kode batang (barcode) terutama UPC,
sudah menjadi bagian penting dalam peradaban modern. Penggunaan yang sudah
tersebar luas menjadikan kode batang terus digunakan dan berkembang dengan
baik,seperti:
Hampir semua barang yang dijual di toko grosir,
department store menggunakan dan
memiliki kode batang UPC. Hal ini sangat membantu dalam melacak seluruh item
yang dibeli dengan memunculkan harga dan data yang sebelumnya sudah program. Penggunaan
pada kartu anggota Ritel (hampir seluruh toko ritel seperti alat olah raga,
kosmetik, peralatan kantor, obat, dan factory outlet) untuk mengidentifikasikan
konsumen yang menjadi anggota. Pelacakan gerakan item, termasuk sewa mobil,
bagasi maskapai penerbangan. Sejak tahun 2005, maskapai menggunakan standar
IATA 2D kode batang di boarding pass Beberapa 2D kode batang embed hyperlink
halaman web page. Sebuah selular mampu dapat digunakan untuk membaca kode
batang dan browsing situs yang terhubung. Pada 1970-an dan 1980-an, perangkat
lunak kode sumber ini kadang-kadang dikodekan dalam kode batang dan dicetak di
atas kertas.”
Menurut,
Arief Susanto: “Terdapat 6 kategori barcode berdasarkan
kegunaannya, yaitu:
1. Barcode untuk keperluan retail. Barcode untuk
keperluan retail, salah satu contohnya adalah UPC (Universal Price Codes),
biasanya digunakan untuk keperluan produk yang dijual di supermarket. 2.
Barcode untuk keperluan packaging. Barcode untuk packaging biasanya digunakan
untuk pengiriman barang, dan salah satunya adalah barcode tipe ITF. 3. Barcode
untuk penerbitan. Barcode untuk keperluan penerbitan, sering digunakan pada
penerbitan suatu produk, misalkan barcode yang menunjukkan ISSN suatu buku. 4.
Barcode untuk keperluan farmasi. Barcode untuk keperluan farmasi biasanya
digunakan untuk identifikasi suatu produk obat-obatan. Salah satu barcode
farmasi adalah barcode jenis HIBC. 5. Barcode untuk keperluan non retail.
Barcode untuk kepentingan non retail, misalkan barcode untuk pelabelan
buku-buku yang ada di perpustakaan. Salah satu tipe barcode untuk keperluan non
retail ini adalah Code 39. 6. Barcode untuk keperluan lain.
Industri pengguna barcode dapat di lihat kembali
sepanjang tahun 1960, yang dipakai untuk mengidentifikasi lintasan mobil
(railroad car). Barcode linear umum dengan kode barcode UPC (universal product
code) mulai dipakai pada papan rak grosir pada awal 1970 untuk mengotomasi
proses indentifikasi barang-barang grosir. Saat ini, barcode ada dimana-mana
dan digunakan untuk identifikasi di hampir semua bidang bisnis. Ketika
teknologi barcode di terapkan dalam proses bisnis, maka ada prosedur yang
terotomasi untuk meningkatkan produktifitas dan mengurangi kesalahan manusia.
Barcode digunakan kapanpun ketika ada kebutuhan untuk keakuratan identifikasi
atau melacak sesuatu.”
Daftar Pustaka:
Malik, Jaja Jamaludin. (2010). Implementasi Teknologi
Barcode Dalam Dunia Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Susanto, Arief. (2014). Dalam http://jurnal.umk.ac.id/index.php/simet/article/view/225
diakses 14 September 2017
Yudanto, Yudha dan Listyorin, Tri. (2017). Dalam http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2011/03/sejarah-barcode-yudha.pdf
diakses 14 September 2017
Ian Sommerville. (2007). Software Engineering. Edisi
6, Jakarta: Erlangga.
Chandra Wijaya, Arizona 2009, Alat Pendeteksi Lokasi
Parkir Otomatis Menggunakan Sensor Dengan Kendali Mikrokontroler, AMIK MDP,
Palembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.