Global Warming merupakan isu besar yang
dibicarakan di seluruh dunia. Berbagai organisasi dan kelompok beramai-ramai
mengampanyekan gerakan gaya hidup yang hemat energi. Di
Indonesia, masih banyak hal yang perlu dibenahi untuk memaksimalkan Green
Living sebagai bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan. Beberapa waktu yang lalu, Presiden mengajak
masyarakat untuk menanam satu pohon. Namun,
nampaknya hal tersebut hanya momentum dan tidak ada tindakan lain untuk
melanjutkan program yang lain. Langkah paling mudah adalah memulai pola hidup
ramah lingkungan mulai dari lingkungan dan diri kita sendiri. Salah satunya
adalah kita bisa memaksimalkan Green Living atau Green Architecture.
https://media.treehugger.com/assets/images/2015/11/La-Tour-des-Cedres-corner.jpg.650x0_q70_crop-smart.jpg
Lalu,apa itu Green Architecture.? Menurut
para ahli Arsitektur hijau merupakan konsep arsitektur yang berusaha untuk
meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh moderasi dan efisiensi dalam
pemakaian bahan bangunan, energi, serta ruang pembangunan terhadap lingkungan
alam. Konsep ini juga biasa disebut arsitektur berkelanjutan. Di dalam konsep
arsitektur hijau, pendekatan utama yang digunakan yaitu kesadaran pada energi
dan konservasi ekologi dalam pengelolaan lingkungan. Sedangkan manfaat utama
dari green architecture diharapkan bisa melestarikan lingkungan alam sekitar
sehingga tetap layak huni bagi generasi yang akan datang.
Teori
Green Architecture
Menurut Siregar (2012) green architecture adalah gerakan untuk pelestarian
alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi (arsitektur ramah
lingkungan).
Menurut Pradono (2008) green (hijau) dapat diinterpretasikan sebagai
sustainable (berkelanjutan), earth friendly (ramah lingkungan), dan high
performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Konsep green
building yang telah lama berkembang di negara maju dapat diterapkan untuk
mengurangi polusi udara di lingkungan perkotaan.
Prinsip-Prinsip Green Architecture
Ada beberapa Prinsip-Prinsip dalam
Green Architecture, Menurut Brenda dan Robert Vale (1991) prinsip-prinsip Green Architecture terbagi dalam:
- Conserving Energy (Hemat Energi)
Sungguh sangat
ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit
mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama
untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain
bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan
lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan
potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat
energi, antara lain:
- Banguanan dibuat
memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi
listrik.
- Memanfaatkan energi
matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik
dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di
atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding
timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan
sinar matahari yang maksimal.
- Memasang lampu listrik
hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan
alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya
memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
- Menggunakan Sunscreen pada
jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi
panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
- Mengecat interior
bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk
meningkatkan intensitas cahaya.
- Bangunan tidak
menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan
cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
- Meminimalkan penggunaan
energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
- Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi
alami)
Melalui
pendekatan green architecture bangunan beradaptasi
dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim
dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan,
misalnya dengan cara:
- Orientasi bangunan
terhadap sinar matahari.
- Menggunakan sistem air
pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan
sejuk ke dalam ruangan.
- Menggunakan tumbuhan dan
air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar
bangunan.
- Menggunakan jendela dan
atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan
penghawaan yang sesuai kebutuhan.
- Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi
antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadaan bangunan baik dari
segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar,
dengan cara sebagai berikut.
- Mempertahankan kondisi
tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
- Luas permukaan dasar
bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara
vertikal.
- Menggunakan material
lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
- Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green
architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan
akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di
dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
- Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya
dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan
material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk
membentuk tatanan arsitektur lainnya.
- Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan
dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan.
Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan
lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak
mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada
secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
Kenyamanan Thermal
Menurut Setyowati,2009.
Manusia merupakan mesin biologis yang membakar makanan sebagai bahan bakar dan
mendapatkan panas sebagai hasil samping dari penghasilan panas tersebut.
Manusia memerlukan suhu yang sangat konstan, tubuh kita mencoba untuk
mempertahankan suhu sekitar 98.6ºF dan sedikit penyimpangan akan menimbulkan
stress/beban yang cukup tinggi. Tubuh kita memiliki sejumlah mekanisme untuk
mengatur aliran udara hingga bisa terjamin bahwa panas yang hilang akan sama
dengan panas yang di hasilkan, dan juga bahwa keseimbangan termal akan berada
di sekitar 98.6ºF. Sebagian panas yang hilang terjadi saat di hirupnya udara
lembab dan hangat ke dalam paru-paru, namun sebagian besar panas tubuh akan
hilang melalui kulit. Kulit mempertahankan aliran panas dengan mengendalikan
jumlah darah yang mengalirinya.
Untuk menciptakan
kenyamanan thermal harus memahami tidak hanya mekanisme hilangnya panas dari
badan manusia, tetapi juga terhadap empat kondisi lingkungan yang dapat
menjadikan panas hilang. Empat kondisi itu adalah :
1. Suhu
udara. Suhu udara akan menentukan kecepatan panas yang akan hilang yang
sebagian besar dengan cara konveksi. Konveksi adalah saat gas atau cairan
mendapatkan konduksi, cairan tersebut akan mengembang dan menjadi tidak begitu
padat. Arus konveksi alami cenderung membuat lapisan dengan suhu berbeda.
2. Kelembaban.
Sebagian besar penguapan uap air pada kulit merupakan fungsi kelembaban udara.
3. Kecepatan
udara. Gerakan udara yang terjadi karena adanya pemanasan udara yang
berbeda-beda, sifat aliran udara semakin kasar permukaan yang dilalui, semakin
tebal lapisan udara yang tertinggal didasar dan menghasilkan perubahan pada
arah serta kecepatannya. Gerakan udara dapat mempengaruhi kondisi iklim,
gerakan udara menimbulkan pelepasan panas dari permukaan kulit oleh proses
penguaapan. Pengaliran udara alami sebaiknya dioptimalkan pada ruangan,
ventilasi silang adalah merupakan faktor yang sangat penting bagi kenyamanan
ruangan, karena itu di daerah tropis basah, posisi bangunan yang melintang
terhadap arah angina sangat baik. Jenis, posisi, dan ukuran lubang jendela pada
sisi atas dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang.
4. Mean
Radiant Temperature. Saat MRT memiliki perbedaan yang sangat besar dari suhu
udara, efeknya harus dipertimbangkan.
Daftar Pustaka
11. Iswanto Hadi Yanuar,dkk. 2013. DESAIN PENGEMBANGAN GREEN ARCHITECTURE DI
KAWASAN DAGO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA. Dalam : http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKM-P/article/viewFile/39/39
33. Hindarto,
P. 2008. Konsep Green
Architecture/Arsitektur Hijau oleh Budi Pradono. Dalam : http://www.astudioarchitect.com/2008/11/konsep-green-architecture-arsitektur_10.html
44. Anisa. 2010. APLIKASI GREEN
ARCHITECTURE PADA RUMAH TRADISIONAL/Kenyamanan Thermal oleh Setyowati. Jurnal
Teknologi Vol.6, No.2, Juli 2014. Dalam : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek/article/view/219/194
@F27-Nurkhafi
BalasHapusKonsep Dan judulnya menarik, namun penulisan daftar isi kurang baik.