.

Jumat, 08 September 2017

KINI LIMBAH PLASTIK BISA JADI BAHAN BAKAR


@G26-Lavenia. Semakin bertambahnya populasi manusia di bumi maka akan berdampak pada jumlah buangan atau limbah yang dihasilkan, terlebih limbah plastik. Seperti yang diketahui, plastik digunakan hampir di semua produk makanan ataupun minuman, karena sifatnya yang praktis selain itu plastik juga memiliki densitas yang rendah, bersifat isolasi terhadap listrik, mempunyai kekuatan mekanik dan ketahan bahan kimia yang bervariasi, murah dalam pembuatan, mudah didapat maka tak heran dari beberapa alasan tersebut masyarakat memilih plastik sebagai alat pembungkus makanan.

Namun dampak dari penggunaan plastik yang berlebihan tersebut, kini menjadi permasalah lingkungan karena semakin banyaknya limbah plastik akan berpengaruh terhadap estetika lingkungan dan berbahaya bagi mahluk hidup lainnya. Perlu diketahui bahwa plastik merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah yang berasal dari plastik sangat sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk dapat menguraikan limbah plastik secara alami membutuhkan waktu kurang lebih 100 tahun agar plastik dapat terurai dengan sempurna. Sedangkan jumlah plastik yang dihasilkan di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya.

Untuk mengatasi hal tersebut tentu saja diperlukan cara mengolah limbah plastik menjadi lebih tepat guna dan memiliki manfaat bagi alam, salah satu caranya dengan mendaur ulang limbah plastik menjadi bahan bakar, hal tersebut sangat selaras dengan kondisi Indonesia saat ini akan kebutuhan bahan bakar. Tidak dapat dipungkiri, saat ini permintaan pasokan bahan bakar sangat meningkat dengan mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar diharapkan mampu menjadi alternatif penggunaan bahan bakar yang dihasilkan dari fosil.

Baru baru ini, seorang pengajar listrik dasar dan elektrolisis pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Kota Madiun mampu mengatasi keresahan akan limbah plastik yang dihasilkan. Di tangan Tri Handoko, ribuan ton limbah plastik yang menggunung di tempat pembuangan akhir (TPA) kota Madiun, Jawa Timur, diubah menjadi bahan bakar minyak bernilai jual, seperti solar dan premium, dengan teknologi tepat guna. Inovasi Tri Handoko tersebut menginspirasi hingga lintas daerah. Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Kabupaten Banjarmasin pun melakukan studi banding. Sejumlah pengusaha menawarkan kerja sama bisnis. Peraih gelar master Mekatronika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini memulai riset ketika terlibat dalam tim peneliti bahan bakar minyak (BBM) alternatif berbahan dasar air yang menghebohkan Indonesia tahun 2008. Saat itu, ia mulai belajar hidrokarbon hingga memperdalam metode pengguntingan rantai karbon.

Sistem kerja yang digunakan adalah pirolisis atau destialasi kering. Limbah plastik dipanaskan di atas suhu leburnya hingga berubah menjadi uap. Proses pemanasan menyebabkan perekahan pada molekul polimer plastik menjadi potongan molekul yang lebih pendek. Selanjutnya, molekul-molekul ini didinginkan jadi fase cair. Cairan yang dihasilkan jadi bahan dasar minyak atau minyak mentah. Dengan destilasi ulang menggunakan temperatur berbeda, yakni mengacu pada titik uap, minyak mentah diproses menjadi premium atau solar. 

Konsep dasar penggolahan plastik mejadi bahan bakar adalah mengambil unsur karbon dari polimer penyusun plastik. Polimer penyusun plastik terdiri dari hidrokarbon yakni rangkaian antara atom karbon (CO2) dan hidrogen (H2O). Untuk menghasilkan premium perlu rantai hidrokarbon dengan molekul lebih pendek, yakni C6-C10. Untuk menghasilkan minyak tanah dan solar perlu rantai hidrokarbon dengan molekul lebih panjang, yakni C11–C15 (minyak tanah) dan C16-C20 (solar). Pada proses akhir perlu refinery, yakni pengolahan bahan baku minyak menjadi minyak siap digunakan. Caranya, dengan mencuci, penambahan aditif, mereduksi kandungan gum atau zat beracun, dan mengklasifikasikan atau mengelompokkan berdasarkan panjang rantai hidrokarbon.

Rangkaian alat yang digunakanpun reatif sederhana dan bisa digunakan dari material bekasuntuk membangunnya.  Alat terdiri atas saluran pemasukan atau intake manipul dari besi. Fungsinya, memasukkan sampah plastik ke dalam tangki reaktor di atas tungku pembakar. Bahan bakarnya bisa limbah kayu bekas atau gas elpiji. Bahkan, juga gas metan hasil pembakaran sampah sehingga lebih ekonomis. Untuk memperoleh uap, tangki reaktor dihubungkan kondensor atau pengembun yang berada di atas tangki. Diperlukan minimal dua kondensor untuk memisahkan uap yang mengandung rantai molekul pendek dengan uap yang mengandung rantai molekul panjang. Penyaluran uap ini menggunakan pipa besi sehingga tahan suhu tinggi atau panas.

Selanjutnya, pada setiap kondensor dipasang pipa penyalur untuk mengalirkan embun dari uap yang dihasilkan. Tetes demi tetes embun ditampung dalam botol sebelum proses refinery. Satu kg limbah plastik menghasilkan 1 liter bahan dasar minyak atau minyak mentah. Ketika diolah jadi premium atau solar, hasilnya tinggal 0,8-0,9 liter. Kotoran yang melekat pada plastik turut memengaruhi. Demikian pula kualitas plastik yang dipakai. Makin bagus kualitas plastik yang diolah, makin tinggi pula hasil yang didapat.

Proses pemurnian uap hidroarbon diembunkan menjadi cairan hidrokarbon. Semua alur prosesnya menempuh refinery (pemurnian) yaitu :
  • Mengubah uap menjadi fase cair melalui pengendapan
  • Pencucian dari kotoran, dengan cara dicampur detergen
  • Penambahan zat adiktif (jika diperlukan)
  • Reduksi kandungan gum dengan cara dicuci dan disaring
  • Mengklasifikasikan sesuai panjang rantai hidrokarbon
  • Memisahkan limbah berupa cairan

Hasil uji laboratorium SMKN 3 Kota Madiun menunjukkan, solar yang dihasilkandari  limbah plastik  dapat menghidupkan mesin pemotong rumput. Meski belum diuji coba pada kendaraan bermotor. Sedangkan premium limbah plastik telah diuji kromatografi gas pada laboratorium PT Sucofindo. Manfaat yang lebih diharapkan dari inovasi adalah membantu mengatasi masalah lingkungan, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan tawaran solusi mencari energi alternatif.

DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.