.

Jumat, 08 September 2017

KOTAK AJAIB " Mengubah udara menjadi air "

Pendahuluan

Air merupakan kebutuhan dasar manusia. Sudah menjadi anggapan umum di mana kita menemukan air, maka di sana ada harapan akan kehidupan. Di Bumi, badan air terbesar terdapat di laut sebesar 97 persen dan sisanya sebesar 3 persen adalah air tawar yang kita digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Air tawar adalah hal yang paling penting untuk kesejahteraan kita. Seperti mesin raksasa atau darah di tubuh kita, air bekerja siang dan malam. Siklus air dan ekosistem yang melekat adalah faktor utama bagi kehidupan planet ini. Dalam kehidupan manusia air tawar digunakan untuk minum, mengolah makanan, mandi, energi, transportasi, pertanian, industri, dan rekreasi.

Jumlah air yang terbatas dan semakin banyaknya manusia menyebabkan terjadinya krisis air bersih. Selain jumlahnya, kualitas air tawar yang ada pun semakin rusak. Perebutan penggunaan air bersih untuk berbagai penggunaan menyebabkan hilangnya akses yang layak terhadap air bersih bagi sebagian orang. Perilaku boros air bersih menyebabkan semakin banyak lagi orang yang kehilangan akses terhadap air bersih.

Menurut PBB, lebih dari satu miliar orang tidak memiliki akses terhadap air bersih, tiga miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang memadai, dan angka kematian akibat penyakit menular melalui air yang kurang bersih mencapai tiga juta kematian per tahun.
Namun bagi orang yang tinggal di daerah gersang, yang dilanda kekeringan tidak lama lagi akan dapat memperoleh air langsung dari sumber yang ada di sekitar mereka. Pasalnya, para ilmuwan telah mengembangkan sebuah kotak ajaib yang dapat mengubah udara dengan tingkat kelembaban rendah menjadi air.

Dengan menggunakan bahan bakar sinar Matahari, alat tersebut mampu memproduksi 2,8 liter air setiap 12 jam. Bahkan, alat tersebut dapat bekerja dalam lingkungan yang hanya memiliki kelembaban sekitar 20 persen.

“Kotak ini mengambil air dari udara dan kotak ini menangkapnya,” ujar Evelyn Wang, seorang insinyur mesin di Massachusetts Institute of Technology (MIT), seperti dikutip dari VOA News, Senin (17/4/2017). “Teknologi ini bisa jadi sangat bermanfaat untuk daerah-daerah terpencil di mana ada keterbatasan dalam infrastruktur,” lanjut Wang.
“Salah satu visi untuk masa depan adalah memiliki sumber air mandiri, di mana Anda bisa memilikinya di rumah yang berbahan bakar Matahari untuk menyediakan air dan memenuhi kebutuhan rumah tangga,” ujar Yaghi yang merupakan ahli kimia di University of California, Berkeley. “Bagi saya, hal tersebut mungkin saja terjadi karena percobaan ini. Saya menyebutnya air pribadi,” imbuh Yaghi yang juga bekerja sama dengan Evelyn Wang.


Pembahasan

Alat yang dideskripsikan di jurnal Science, menggunakan jenis kerangka logam organik atau MOF, yang Yaghi temukan 20 tahun lalu. MOF mengombinasikan logam seperti alumunium atau magnesium dengan molekul organik. Sejak ditemukan, lebih dari 20 ribu jenis MOF yang berbeda telah dibuat, dengan masing-masing memiliki sifat berbeda.



Pemanen yang dihasilkan menggunakan kristal MOF terkompresi antara penyerap sinar Matahari dan plat kondensor. Cara kerjanya adalah, saat udara melewati MOF berpori, molekul air menempel pada bagian dalam alat. Sinar Matahari memanaskan MOF dan mendorong molekul air menuju kondensor, di mana molekul tersebut berubah menjadi cairan. Prototipe saat ini hanya dapat menyerap sekitar 20 persen berat dalam air. Namun diperkirakan dengan menggunakan jenis MOF lainnya, bisa meningkatkan perolehan air dua kali lipat.

Kesimpulan

Menurut para ilmuwan, sekitar sepertiga penduduk dunia tinggal di daerah-daerah dengan tingkat kelembaban udara yang relatif rendah. Wilayah yang dilanda kekeringan seringkali diterpa udara kering, namun Wang mengatakan produk baru ini tetap dapat membantu mereka untuk mendapatkan air.

Sekarang dengan adanya alat ini kita dapat pergi ke daerah-daerah yang lumayan kering, kawasan-kawasan gersang. Kami dapat memasok mereka dengan alat ini, dan mereka dapat menggunakannya dengan mudah.

Sistem itu yang saat ini masih dalam fase purwarupa atau prototipe, menggunakan bahan yang menyerupai tepung pasir untuk menangkap udara dalam pori-porinya yang kecil. Ketika dipanasi oleh sinar matahari atau sumber lain, molekul-molekut air dalam udara yang terperangkap dirilis dan dikondensasi, pada intinya menarik air dari udara.



Daftar Pustaka


1 komentar:

  1. @G15-Fajar berikut adalah koreksi dari saya untuk artikel dari saudara ichsan.
    Dilihat dari segi judul sudah menarik, dapat membuat pembaca untuk lebih penasaran dengan isi artikel. Dilihat dari segi identitas juga sudah lengkap. Demikian dengan sub judul yang lumayan lengkap dengan adanya pendahuluan. Untuk setiap paragraf sudah baik dengan dicantumkannya penulis atau sumbernya. Tetapi sedikit kekurangan pada bagian daftar isinya, dimana hanya menampilkan linknya saja, tanpa mencantumkan nama penulis beserta tahun dan judul artikelnya.
    Demikian koreksi dari saya, terima kasih.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.