.

Sabtu, 09 September 2017

Efektifitas mass rapid transit(MRT) jakarta



Efektifitas mass rapid transit(MRT) jakarta

Jakarta sebagai ibukota negara adalah pusat semua kegiatan ekonomi,politik,pendidikan dan kebudayaan menurut (pemendagri nomor 9 tahun 2015) jumlah penduduk jakarta sebesar 9.988.495 jiwa dengan luas daerah 664,01 Km2,dengan banyaknya penduduk yang memadati ibukota serta padatnya kegiatan-kegiatan yang ada dijakarta menimbulkan banyaknya masalah salah satunya kemacetan
,mungkin hal tersebut bisa dianggap wajar sama seperti ibukota negara-negara lainnya tapi dengan alasan tersebut tidak mengharuskan pemerintah menerima cukup seperti itu saja kemacetan yang tidak ada ujungnya,pemerintah harus tetap mencari solusi bagaimana mengatasi masalah tersebut,pada prosesnya pemerintah sudah melakukan beberapa cara guna mengatasi kemacetan ibukota contohnya yang sudah berjalan sejauh ini transjakarta Beroperasi sejak 15 januari 2004. Hingga tahun 2014 jumlah koridor yang dilayani bus Transjakarta telah sebanyak 12 Koridor.,Jalan Layang Non Tol Casablanca-Tanah Abang Jalan layang non tol ini diresmikan oleh Gubernur Joko Widodo dan aktif digunakan sejak 30 Desember 2013 dan 3in1 program pembatasan jumlah penumpang dalam sebuah kendaraan. Setiap kendaraan wajib berisi minimal 3 orang untuk dapat melalui kawasan ini. Berlaku di jalan protokol ibukota seperti Jalan Jenderal Sudirman, Jalan M.H. Thamrin, dan Jalan Gatot Subroto. Program ini berlaku pada pukul 07.00- 10.00 dan 16.30- 19.00 pada hari Senin hingga Jumat.(berita TEMPO/Imam Sukamto) akan tetapi dengan diterapkan 3 program pemerintah tersebut sejauh ini belum bisa banyak mengurangi kemacetan di jakarta namun pemerintah masih mempunyai program yang masih dalam proses pembangunan salah satunya mass rapid transit (MRT) jakarta.
Mass rapid transit adalah pembangunan transportasi massal berbasis rel yang mampu mengangkut 412 ribu penumpang per hari. Nilai investasi pembangunan sebesar Rp 17 triliun. Pendanaan berasal dari APBN, APBD dan sebanyak Rp 14 triliun berasal dari pinjaman JICA. Dibangun mulai dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia dengan panjang rute 15,5 kilometer. Direncanakan dibangun tahap ke dua dengan rute Bundaran HI-Kampung Bandan. Target selesai pada awal 2020. (berita TEMPO/Imam Sukamto) mungkin banyak dari sekian penduduk jakarta yang berharap banyak pada program MRT ini guna mengalihkan minat masyarakat dari kendaraan pribadi dan berpindah pada kendaraan umum.melihat dari transportasi yang sudah ada saat ini bisa dilihat masih kurang efektif dari segi pelayanan maupun kenyamanan membuat minat masyarakat terhadap transportasi umun kian rendah.maka dari itu agar program mass rapid transit (MRT) yang akan datang berjalan efektif  akan muncul banyak pertanyaan antara lain apa yang perlu dilakukan pemerintah selaku perencana program serta masyarakat selaku penguna ?,ya perlu kita sadari berhasilnya suatu program tidak selalu bergantung pada pemerintah saja masyarakatpun harus ikut andil guna memaksimalkan program MRT jakarta yang akan datang.
Bicara mengenai efektifitas transportasi bukan masalah yang sepele karena transportasi umum khususnya jakarta melibatkan sangat banyak orang yang mempunyai sifat yang berbeda-beda maka dari itu hal yang pertama harus ditekankan adalah kesadaran masyarakat itu sendiri,oleh karena itu guna mengefektifkan program MRT jakarta yang akan datang kita bisa melihat beberapa negara negara yang sudah lebih dulu mengunakan transportasi MRT,kita bisa melihat dari segi perilaku masyarakatnya sampai aturan aturan yang diterapkan pada transportasi tersebut.
Singapura memiliki 3,6 juta penduduk dan total luas tanah hanya 646 km menjadikannya salah satu populasi dan urbanisasi terbesar di dunia.indonesia ternyata sudah tertinggal jauh dengan tetangaanya singapura mengenai MRT ini karena singapura MRT sudah dibuka sejak tahun 1987 dan Bagian pertama dari MRT ini, antara Stasiun Yio Chu Kang dan Stasiun Toa Payoh.Tetapi ketertingalan tersebut tidak harus membuat indonesia berkecil hati ,kita bisa belajar dari singapura apa yang seharusnya dilakukan agar MRT lebih efektif.Pertama cara yang perlu dilakukan adalah semua moda transportasi harus terhubung dengan MRT agar penguna lebih mudah dan membuat antusias masyarakat terhadap angkutan umum menjadi tinggi karena tidak ribet,pengguna setelah turun dari MRT langsung bisa memilih menggunakan transportasi yang akan digunakan selanjutnya yang tidak jauh dari halte MRT.selain mengefektifkan waktu penguna angkutan penghubungan moda transportasi tersebut dapat mengurangi ojeg-ojeg dan angkot yang kenyataannya menjadi sebab kemacetan di jakarta. Woodlands Station salah satu contoh model integrasi tersebut. Sistem MRT terletak pada jalur layang,sedangkan taksi berada di jalur atas tanah, sementara persimpangan bus terletak pada jalur bawah tanah. Ini memungkinkan sehingga membuat komuter untuk mengubah mode dengan mudah.( Tai Chong Chew and Chong Kheng Chua)

Akses jalan setapak menuju stasiun MRT harus diberikan pemerintah agar masyarakat terpancing untuk lebih memilih berjalan kaki dari pada menggunakan kendaraan pribadi.agar minat berjalan kaki masyarakat naik pemerintah harus menyiapkan fasilitas jalan untuk pejalan kaki yang nyaman,baik nyaman dari suasanannya ataupun nyaman dari segi keselamatan. Asumsi lain adalah bahwa seseorang pasti akan memilih berjalan saat Jarak tempuh dari rumah ke stasiun MRT lebih rendah dari jarak tempuh total menggunakan moda transportasi lain ,penjumlahan jarak berjalan kaki dari rumah ke halte bus, atau stasiun LRT, dan Berjalan kaki dari bus atau LRT turun ke titik masuk MRT.( Sony Sulaksono WIBOWO). Ada tiga jenis jalur utama untuk mengakses angkutan umum, yaitu jalan setapak, trotoar dan jalan penyeberangan. Setiap jenis mungkin memiliki beberapa elemen yang mempengaruhi usaha berjalan kaki. Penyeberangan jalan, langkah (naik dan turun), konflik dengan kendaraan, dan sebagainya tetapi kendala tersebut dapat diatasi guna meningkatkan antusias masyarakat untuk berjalan kaki menuju stasiun, Ada beberapa contoh bagaimana komponen jalur berjalan meningkatkan upaya berjalankaki antara lain  penggunaan eskalator,penggunaan lift menghilangkan rasa malas akibat lelahnya naik turun tangga ataupun pemisahan akses jalan bagi pejalan kaki menghindarkan konflik dengan kendaraan.Penempatan jalan yang tinggi, seperti jembatan layang (jembatan pejalan kaki) dan underpass (terowongan).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.