Pengembangan dan pemanfaatan
teknologi energi angin untuk listrik di indonesia merupakan upaya peningkatan kontribusi energi terbarukan
(ET) dalam membantu penyediaan energi listrik khususnya bagi pedesaan dan
daerah terpencil yang tidak terjangkau jaringan listrik PLN.
Dewasa ini informasi merupakan
salah satu kebutuhan baik untuk masyarakat kota, masyarakat desa dan seluruh
lapisan masyarakat. Salah satu cara utama agar dapat menikmati atau mendapatkan
informasi tersebut adalah tersedianya sarana media elektronika baik radio, TV
dan Iain sebagainya yang semuanya membutuhkan tenaga listrik yang saat ini pada
umumnya dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Bagi masyarakal desa dan
tempat-tempat terpencil yang masih belum terjangkau jaringan listrik, teknologi
baru yang dapat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di daerahnya untuk
pembangkit listrik selalu didambakan, sehingga tidak jauh ketinggalan dengan
daerah lain yang telah menikmati listrik.
Penyebaran pemukiman dan
pertumbuhan penduduk serta pertumbuhan industri mengakibatkan permintaan akan
energi semakin meningkat. Kenyataan menunjukkan bahwa belum semua dapat
menikmati energi dan baru sebagian masyarakat dapat menggunakan energi untuk
penerangan, TV, radio, kulkas, dan peralatan rumah tangga lainnya. Dengan
demikian, sumber-sumber energi alternatif seperti energi terbarukan harus
dikembangkan.
Pembangkit
Listrik Tenaga Angin atau sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu (PLTB) adalah salah satu pembangkit listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan
dan memiliki efisiensi kerja yang baik jikadibandingkan dengan pembangkit
listrik energi terbarukanlainnya. Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan energi kinetik angin yang masuk ke dalam area efektif turbin untuk
memutar baling-baling/kincir angin, kemudian energi putar ini diteruskan
ke generator untuk membangkitkanenergi listrik.
Pemanfaatan potensi angin dalam
penyediaan energi telah dikembangkan dan dimanfaatkan Peran energi angin dalam
penyediaan perlu ditingkatkan terutama penggunaannya bagi daerah pedesaan dan
terpencil. Dalam pengembangan teknologi energi angin perlu juga memperhitungkan
aspek ekonominya untuk mengetahui sejauh mana pengembangan sistem tersebut
layak dari sisi pengusaha, yaitu dari keuntungan,dan efisien bagi pengguna.
Untuk mengetahui layak tidaknya
sistem, penilaian utama adalah pada aspek keuangan. Dalam makalah ini dibahas
aspek ekonomi dan finansial SKEA yang meliputi perhitungan biaya investasi,
biaya operasional, perhitungan labarugi maupun kelayakan lainnya, seperti Cost
Benefit Analisys, Net Present Vclue (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Cost Benefit Ratio (C/B Ratio).
Perhitungan-perhitungan ini
digunakan untuk membandingkan dua Sistem Konversi Energi Angin, yaitu:
- SKEA, dengan Kapasitas terpasang 1 unit 10 kW = 10 kW, produksi tahunan 22.500 kWh.
- SKEA, dengan Kapasitas terpasang, 4 x 2,5 kW = 10 kW, produksi tahunan 41.360 kWh.
METODE ANAUSIS
Metode yang digunakan dalam
Analisa ekonomi sistem pembangkit listrik tenaga angin ini adalah metoda
deskriptif, atinya semua data ataupun fakta yang terkait diutarakan secara
jelas, dan kemudian dianalisis dengan memperhatikan faktor-faktor berpengaruh
untuk memberikan kesimpulan.
Data ataupun fakta yang terkait
akan digali dari berbagai sumber yang kompeten, antara lain :
- Proyek-proyek percontohan Sistem Konversi Energi Angin,
- Data Angin dan Prospek Pemanfaatan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin Di Indonesia,
- Analisa Ekonomi Pemanfaatan Sistem Pembangkit Listrik Tcnaga Angin,
- Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
SISTEM KONVERSI
ENERGI (SKEA)
Dalam rangka meningkatkan kemandirian penyediaan energi
berbasis lingkungan, Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai salah satu instansi pemerintah, yang
bergerak dalam penelitian dan pengembangan iptek kedirgantaraan telah melakukan
penelitian dan pengembangangan teknologi PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga
BaWAngin). Konfigurasi umum sistem terpasang, meliputi turbin angin, kontrol
panel, monitor, kabel daya dan distribusi, menara dan fondasi, baterai penyimpan
dan kelengkapan, dan inventer(mempakan pilihan tergantung pada skala
pemanfaatan).
Produksi energi turbin ditentukan berdasarkan daya angin
yang tersedia dan dengan memperhatikan kebutuhan energi (demand) dirancang
sistem yang efisien. Energi yang diperoleh berdasarkan atas surveei kebutuhan
lokasi dan data kebutuhan, kemudian dianalisa untuk mengetahui sejauh mana
penyediaan energi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Berdasarkan kriteria Sistem Konversi Energi Angin (SKEA),
sistem ini sangat sesuai dikembangkan dan digunakan di pedesaan atau daerah
terpencil yang bclum terjangkau jaringan listrik dan kecepatan anginnya
memadai. Saat ini LAPAN telah mampu mengembangkan SKEA dan telah membangun
instalasi SKEA di Jepara yang merupakan salah satu percontohan pemanfaatan
energi angin dan dirujukan sebagai sarana pemasyarakatan dan pengembangan
teknologi energi angin dengan harapan sistem ini merupakan salah satu altematif
penyediaan energi bebas polusi guna menunjang program listrik pedesaan.
DATA SISTEM
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN
Data untuk bahan Analisa Ekonomi Pemanfaatan Sistem Konversi
Energi Angin didasarkan dari data lapangan SKEA dan analisa dengan
membandingkan 2 sistem yang memiliki spesifikasi teknis dan biaya seperti
berikut:
- Kapasitas Terpasang, 1 kW, 10 kW Produksi Tahunan, pada V-ave 6m/s, 22.500 kWh;
• Umur
Teknis 8 tahun;
• Seluruh
kapasitas sistem digunakan oleh masyarakat;
• Jumlah
yang mampu dilayani sistem 102 paket atau keluarga;
• Setiap paket atau keluarga
menggunakan Energi 100 Wh
• Setiap
Hari digunakan selama 6 jam.
• Pembebanan Bunga Pinjaman 12% per tahun
• Jenis-jenis
pengeluaran / biaya seperti pada Tabel 4.1 berikut,
- Kapasitas Terpasang, 4 x 2,5, 10 kW, Produksi tahunan, pada V-ave, 6m/s, 41.360 kWh;
• Umur
Teknis 8 tahun;
• Seluruh
kapasitas sistem digunakan oleh masyarakat;
• Jumlah
yang mampu dilayani sistem 126 paket atau keluarga;
• Setiap paket atau keluarga
menggunakan Energi 150 Wh
• Setiap
Hari digunakan selama 6 jam.
• Pembebanan Bunga Pinjaman 12% per tahun
• Jenis-jenis
pengeluaran / biaya seperti pada Tabel 4.2 berikut,
TABEL 4.1 BIAYA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN SKEA
NO
|
INVESTASI
|
JUMLAH
|
NO
|
BIAYA TAHUNAN
|
JUMLAH
|
1.
|
Turbin Angin
|
Rp. 263.000.000,-
|
1.
|
Operator Lapangan
|
Rp. 2.400.000,-
|
2.
|
Menara
|
Rp. 10.000.000,-
|
2.
|
Bahan Operasional
|
Rp. 600.000,-
|
3.
|
Inverter
|
Rp. 90.000.000,-
|
3.
|
Pemeliharaan Rutin
|
Rp. 1.000.000,-
|
4.
|
Baterai dan Kelengkapan
|
4.
|
Suku Cadang
|
Rp. 1.000.000,-
|
|
5.
|
Kabel Daya
|
Rp. 600.000,-
|
5.
|
Penyusutan
|
Rp. 47.387.500,-
|
6.
|
Fondaasi
|
Rp. 4.000.000,-
|
6.
|
Bunga
|
|
7.
|
Back-up Genset
|
Rp. 9.500.000,-
|
7.
|
Asuransi
|
|
8.
|
Pemasangan di lokasi
|
Rp. 2.000.000,-
|
|||
Jumlah
|
Rp. 379.100.000,-
|
Jumlah
|
Rp. 52.387.500,-
|
*) Jurnal Antariksa, Vol.4 No. 2 September 2001
TABEL 4.2 BIAYA PEMBANGUNAN DAN
PENGOPERASIAN SKEA
NO
|
INVESTASI
|
JUMLAH
|
NO
|
BIAYA TAHUNAN
|
JUMLAH
|
1.
|
Turbin Angin
|
Rp. 209.000.000,-
|
1.
|
Operator Lapangan
|
Rp. 2.400.000,-
|
2.
|
Menara
|
Rp. 30.000.000,-
|
2.
|
Bahan Operasional
|
Rp. 600.000,-
|
3.
|
Inverter
|
Rp. 36.000.000,-
|
3.
|
Pemeliharaan Rutin
|
Rp. 1.000.000,-
|
4.
|
Baterai dan Kelengkapan
|
Rp. 10.800.000,-
|
4.
|
Suku Cadang
|
Rp. 1.000.000,-
|
5.
|
Kabel Daya
|
Rp. 1.600.000,-
|
5.
|
Penyusutan
|
Rp. 38.787.000,-
|
6.
|
Fondaasi
|
Rp. 9.600.000,-
|
6.
|
Bunga
|
|
7.
|
Back-up Genset
|
Rp. 8.500.000,-
|
7.
|
Asuransi
|
|
8.
|
Pemasangan di lokasi
|
Rp. 4.800.000,-
|
|||
Jumlah
|
Rp. 310.300.000,-
|
Jumlah
|
Rp. 43.787.000,-
|
*) Jurnal Antariksa, Vol.4 No. 2
September 2001
ANALISA EKONOMI
Pada umumnya sebelum memulai suatu usaha oleh pemerintah
maupun swasta, perlu memperhitungkan manfaat atau untung-rugi dari usaha
tersebut. Analisa ekonomi adalah salah satu analisa yang biasa dilakukan oleh
pelaku usaha untuk mengetahui sejauh mana manfaat kegiatan tersebut terhadap si
pelaku usaha ataupun bagi masyarakat pengguna
produksi atau jasa yang dihasilkan.
Pemerintah sebagai pelaku usaha menerapkan analisa ekonomi
dari sudut pandang perekonomian secara makro. Titik berat dari analisa ini
adalah hasil total, produktivitas, atau keuntungan bagi masyarakat atau
perekonomian secara menyeluruh tanpa melihat siapa penyandang dana dan siapa
penerima hasil.
Di lain pihak, swasta sebagai pelaku usaha analisa
ekonominya didasarkan pada analisa biaya dan keuntungan (Cost-Benefit Analisys,
CBA). Keuntungan yang dimaksud adalah selisih dari penghasilan total (nilai
pasar dari barang atau jasa yang dihasilkan) dengan biaya total (jumlah
pengeluaran yang dapat diduga sebelumnya untuk menghasilkan barang atau jasa).
Dilihat dari analisa biaya dan keuntungan. tidak ada suatu perusahaan akan
melakukan kegiatan/proyek bila kegiatan tersebut membawa kerugian.
Tiga metode utama analisa keuntungan dan biaya Cost Benefit
Analysis dalam menentukan keputusan apakah melakukan atau tidak kegiatan atau
proyek, yaitu :
(1). Net Present Velue (NPV) dan Internal Rate of Return
(IRR).
(2). Internal Rate of Return (IRR)
Adalah tingkat bunga
pengembalian dari modal yang digunakan. Tingkat bunga (r) dapat dicari dengan
rumus :
Dalam analisa IRR selalu diharapkan lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku dan pada umumnya pengusaha selalu cenderung menanamkan
modalnya pada usaha yang menghasilkan IRR yang lebih besar.
(3). Benefit Cost Ratio (BCR)
Dapat dicari dengan rumus :
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.scribd.com/doc/146684811/Pembangkit-Listrik-Tenaga-Bayu-Angin-PLTB
2. http://repository.lapan.go.id/repository/516-445-2-PB.pdf
3. http://jendeladenngabei.blogspot.co.id/2012/11/pembangkit-listrik-tenaga-bayu-angin.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.