Penduduk
indonesia yang sebagian besar berprofesi sebagai petani membuat indonesia
sebagai negara agraris,tetapi akhir akhir ini sebagai negara agraris indonesia
banyak melakukan impor bahan pangan,menurut (kementrian penidustrian republik indonesia) Defisit tujuh komoditas pangan utama nasional terus
meningkat. Pada 2011, volume impor beras, jagung, gandum, kedelai, gula, susu,
dan daging mencapai 17,6 juta ton senilai US$ 9,4 miliar. Defisit pangan tahun
yang sama 17,35 juta ton dengan nilai US$ 9,24 miliar karena ekspor hanya 250
ribu ton dengan nilai US$ 150 juta.Pada 2011, data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan, impor beras Indonesia dari sejumlah negara mencapai 2,75 juta ton
dengan nilai US$ 1,5 miliar atau 5% dari total kebutuhan dalam negeri.
Sementara itu, volume impor kedelai tercatat 60% dari total konsumsi dalam
negeri sekitar 3,1 juta ton dengan nilai US$ 2,5 miliar, jagung (11% dari konsumsi
18,8 juta ton, US$ 1,02 miliar), gandum (100%, US$ 1,3 miliar), gula putih
(18%, US$ 1,5 miliar), daging sapi (30%, US$ 331 juta), dan susu (70%).data
tersebut jelas sangat menjadi pukulan yang telak bagi pemerintah dan masyarakat
indonesia.satu pertanyaan saya pribadi kenapa bisa dengan penduduk yang
mayoritas berprofesi sebagai petani indonesia masih mengimpor bahan pangan dari
luar negara indonesia.
Tetapi
dengan fakta mengenai tingginya impor bahan pangan indonesia,pertanian
indonesia sudah memiliki beberapa peningkatan dalam hal teknologi
pertanian,teknologi pertanian memang sangat perlu guna meningkatkan
produktifitas pertanian diindonesia ,tidak hanya produktifitas saja kualitas
juga harus diperhatikan guna menghasilkan bahan pangan yang mempunyai daya jual
tinggi,beberapa teknologi yang sudah ada diindonesia adalah alat Penanam padi jarwo transplanter dan Mesin
Pemanen Padi Indo Combine Harvester tetapi teknologi ini penggunaannya belum
merata,belum bisa dirasakan menyeluruh oleh semua petani diindonesia karena
terbatasnya biaya,disini peran pemerintah sangat diperlukan,pemerintah
seharusnya memberikan bantuan baik berupa dana ataupun berupa pengetahuan
teknologi yang sudah digunakan di negara negara yang pertaniannya begitu
maju,contoh saja jepang ,luas wilayah dan penduduk jepang sebenarnya jauh lebih
sedikit jika dibandingkan dengan indonesia,tetapi mereka mengembangkan
teknologi pertanian yang sangat baik dan yang membuat pertanian di jepang maju menurut
(Nur
Romdlon 02 Oktober 2015) pertama perhatian pemerintah, Di Jepang, pertanian
benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Tata niaga pertanian Jepang telah
diatur sedemikian rupa, salah satunya adalah masalah tumbuhan yang ditanam
petani. Menurut Rahmat, apa yang ditanam sudah diatur sesuai dengan permintaan
pasar. Tak ada petani yang ngeyel ingin bertani sesuka mereka.kedua harga pokok
yang terkontrol, Tak hanya masalah apa yang ditanam, pemerintah juga turut
campur tangan terhadap harga produk pertanian. Pengaturan itu dilakukan oleh
bagian pemerintah semacam Dinas Pertanian di Indonesia. Kebanyakan hasil
pertanian dibeli oleh pemerintah sehingga pemerintah bisa mengendalikan harga
yang layak.ketiga Teknologi yang canggih, Kuatnya industri otomotif di Jepang
juga berdampak pada pertanian. Sistem pertanian di Jepang telah menggunakan
teknologi yang canggih. Untuk menanam, menyirami, hingga memanen, petani Jepang
telah dibantu dengan mesin. Jika di Indonesia membajak sawah masih menggunakan
bajak tunggal, di Jepang membajak telah menggunakan bajak enam sehingga 1-2 jam
telah selesai.dan Etos kerja yang tinggi, Bertani di Jepang juga menerapkan jam
kerja seperti bekerja di kantoran. Setiap petani di Jepang akan memunyai
sejumlah karyawan yang membantu mengelola lahan pertanian seluas 7-10 ha. Jam
kerjanya pun ditentukan. Kerja secara normal dilakukan selama delapan jam mulai
dari pukul 02.00 dini hari. Istirahat yang dilakukan karyawan tidak dihitung
jam.
Mengenai
penggunaan teknologi kita harus melihat dari dampak jangka pendek dan jangka
panjangnya, Ekosistem alam lama-kelamaan semakin rusak karena adanya
pencemaran. Pencemaran itu disebabkan oleh bahan-bahan kimia beracun akibat
tingginya intensitas pemakaian pupuk, pestisida dan herbisida. Demikian
pula dengan ketahanan (resistensi) hama yang semakin meningkat terhadap
pestisida akibat penyemprotan yang semakin tinggi serta pencemaran air
tanah maupun sungai oleh senyawa nitrat akibat peggunaan pupuk yang
berlebihan. Pertanian modern juga telah mengurangi keragaman spesies
tanaman secara drastis akibat penerapan sistem monokultur secara besar-besaran. Ekosistem
alam yang semula tersusun sangat kompleks, berubah menjadi ekosistem yang
susunannya sangat sederhana akibat berkurangnya spesies tanaman
tersebut. Hal ini bertentangan dengan konsep pertanian berkelanjutan, yang
selain memperhatikan pemenuhan kebutuhan manusia yang selalu meningkat dan
berubah, sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan
dan melestarikan sumber daya alam. Untuk itu perlu adanya sistem pertanian
terpadu agar keseimbangan ekosistem alam bisa dijaga. Sistem pertanian semakin
tergantung pada input-input luar antara lain: kimia buatan (pupuk, pestisida),
benih hibrida, mekanisasi dengan pemanfaatan bahan bakar minyak dan juga
irigasi. Bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan akan produk pertanian, maka
teknologi baru untuk pengembangan varietas baru, seperti jagung, padi, gandum
serta tanaman komersial lainnya juga nampak semakin menantang. Namun
demikian, pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak seimbang, bisa
menimbulkan dampak besar, bukan hanya terhadap ekologi dan lingkungan, tetapi
bahkan terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik diantaranya dengan adanya
ketergantungan pada impor peralatan, benih serta input lainnya. Akibat
selanjutnya adalah menyebabkan ketidakmerataan antar daerah dan perorangan yang
telah memperburuk situasi sebagian besar petani lahan sempit yang tergilas oleh
revolusi hijau (Sach, 1987 dalam Reijntjes, Haverkort, dan Bayer, 1999).
Banyak
cara yang dapat digunakan dalam peningkatan produktifitas dan kualitas bahan
pangan diindonesia,tinggal bagaimana kerjasama pemerintah dan petani untuk
memaksimalkan cara cara atau program program yang ada,karena pemerintah dan
petani mempunyai perannya masing masing.
Refferensi :
kementrian penidustrian
republik indonesia
Nur Romdlon
02 Oktober 2015
Sach, 1987 dalam
Reijntjes, Haverkort, dan Bayer, 1999
Muhammad Idris –
detikFinance, 16 Mar 2017
Tota Suhendrata, PROSPEK PENGEMBANGAN MESIN TANAM
PINDAH BIBIT PADI DALAM RANGKA MENGATASI KELANGKAAN TENAGA KERJA TANAM BIBIT PADI,September
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.