.

Jumat, 24 Maret 2017

Baju Nanoteknologi


            Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer (1 nm = 1/1,000,000,000 m). Menurut pendapat T. Kawai (dalam Rochman Nurul Taufiqu, 2008), ”nanoteknologi merupakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menyusun satu persatu atom atau molekul, sehingga tercipta dunia baru”.
            Nanoteknologi memang belum terlalu popular di masyarakat umum. Pemahaman nanoteknologi di Indonesia sendiri, masih belum begitu luas, hanya segilintir orang yang benar-benar memahami tentang nanteknologi ini. Ratno mengatakan
(dalam Nanoteknologi: Riset Masa Lalu, Sekarang, dan Akan Datang, 2016), “Pengembangan berbasis bahan baku local akan melahirkan produk-produk nano buatan dalam negeri pula. Dengan demikian kemandirian daya saing industry akan semakin meningkat dan kesejahteraan rakyatpun tercapai”.
            Pemanfaatan nanoteknologi pada baju diantaranya untuk menguraikan noda makanan dan minuman, memungkinkan baju ini membersihkan sendiri tanpa harus dicuci, walaupun masih dalam penelitian, jadi masih belum dipastikan baju ini tidak perlu dicuci karena terkena noda. “Dibidang biologi bisa dikembangkan tekstil anti bakteri, karena salah satu masalah besar di dunia ini adalah adanya bakteri yang dikenal dengan superbugs, sudah sekali mematikan mereka”, kata Ramanathan (dalam Ilmuwan Australia Buat Baju yang Tak Perlu Dicuci, 2016)
            Di Indonesia sendiri baju nanoteknologi ini, sudah mulai diteliti dan dikembangkan juga. Rochman Nurul Taufiqu mengatakan (dalam Saatnya Tak Perlu Cuci Baju, 2008), “Tekstil berkarakter nano merupakan bahan pakaian yang unggul dan mulai dikembangkan di dunia, demikian oula keramik berkarakter nano (nanokeramik) yang lebih baik penampilannya dan tidak bisa kotor”.
            Akan tetapi, dibalik semua keuntungan nanoteknologi ini ada ketakutan yang bisa muncul suatu saat, bahaya dari partikel-partikael nano ini jika masuk ke dalam tubuh manusia bisa memicu kanker. Menurut Packaroff (dalam Keunggulan dan Bahaya Teknologi Nano, 2011), “Tidak semua serat memicu kanker. Akan tetapi kita harus mengamati unsur berbentuk serat, dan biasanya hanya ujicoba yang dapat membantu menegaskan, apakah seratnya dapat memicu kanker. Pada pipa-nano karbon terdapat perbedaan amat mencolok”.


Daftar Pustaka

Rochman Nurul Taufiqu. 2008. “Peluang dan Strategi Pengembangan Nanoteknologi di Indonesia”. Jurnal Riset Industri Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Riset Industri, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=331037&val=7744&title=PELUANG%20DAN%20STRATEGI%20PENGEMBANGAN%20NANOTEKNOLOGI%20DI%20INDONESIA, di unduh pada tanggal 23 Januari 2017.

Anonim. (2008 13 September). Saatnya Tak Perlu Cuci Baju. Forum Sains. [Online]. Tersedia: http://www.forumsains.com/ilmu-dan-teknologi-nano/saatnya-tak-perlu-cuci-baju/. [23 Maret 2017].

Brown Rachel. (2016). Ilmuwan Australia Buat Baju yang Tak Perlu Dicuci. [Online]. Tersedia:  http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/ilmuwan-australia-kembangkan-baju-yang-tak-perlu-dicuci/7385110, [4 Mei 2014].

Anonim. (2016). Nanoteknologi: Riset Masa Lalu, Sekarang, dan Akan Datang. [Online]. Tersedia: http://www.bppt.go.id/layanan-informasi-publik/2648-nanoteknologi-riset-masa-lalu-sekarang-dan-akan-datang, [8 Juni 2016].

Gollmer Anggatira (2017). Keunggulan dan Bahay Nano Teknologi. [Online]. Tersedia: http://www.dw.com/id/keunggulan-dan-bahaya-teknologi-nano/a-15272273. [23 Maret 2017].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.