.

Selasa, 21 Maret 2017

TEKNOLOGI DRONE

Drone adalah pesawat tanpa awak  yang dikendalikan dari jarak jauh. Dahulu mungkin orang mengenal drone atau pesawat tanpa awak digunakan oleh militer untuk memata-matai musuh di daerah konflik. Tapi kini Drone non militer menjadi hobi baru, penggunanya juga sangat beragam mulai dari anak sekolah hingga profesional.
Fungsi Drone
Drone atau pesawat tanpa awak selain digunakan untuk militer sudah mulai dikembangkan untuk misi pencarian dan penyelamatan.

Pesawat drone juga sudah mulai dikembangkan untuk keperluan jurnalistik, misalnya  untuk memotret, merekam video dan pengumpulan data. Selain itu  juga mulai dipergunakan untuk pengiriman barang dan makanan.

Fungsi drone bisa dikembangkan oleh siapa saja yang memiliki keahlian khusus, digunakan untuk apa dan seperti apa pengendaliannya. Belakangan ini drone masih dikendalikan secara manual atau menggunakan remote kontrol. Namun  sekarang drone bisa dikendalikan secara semi otomatasi menggunakan sistem algoritma pada unit kontrol drone itu sendiri.


Sejarah Drone Di kalangan Militer
Keamanan Personil Militer AS di Pakistan
Dalam operasionalisasinya, drone yang pada dasarnya dapat dioperasikan dari
jarak jauh, telah menawarkan efektifitas yang ditujukan untuk meminimalisir resiko
kematian dari penduduk sipil maupun angkatan bersenjata AS. Namun, dengan
melihat adanya korban sipil yang setiap tahun turut berjatuhan atas penggunaan drone
AS di Pakistan dalam menarget para teroris di Pakistan, sepertinya keuntungan ini
lebih dititkberatkan kepada keamanan dari angkatan bersenjata AS. Hal ini dapat
dipahami bahwa ketika AS berhasil membunuh target dengan drone, resiko yang
diterima dari personil AS akan lebih kecil daripada ketika mereka harus secara
langsung berhadapan dengan teroris. Dimana memungkinkan dalam kondisi tersebut
menempatkan personil militer AS pada kondisi terancam (Zenko, 2013:6).
Maka dari itu, dirasa menjadi teknologi yang dapat mengurangi bahaya dari
personil militernya, penggunaan drone tetap berlangsung hingga kini. Hal ini dapat
terjadi karena pada dasarnya terdapat keuntungan berupa rasa aman bagi para anggota
CIA yang seakan berperan menjadi anggota militer AS yang didapatkan dari
penggunaan drone tersebut.

Membantu Pengawasan AS di Pakistan
Tidak hanya sekedar alat pengawas drone juga memiliki kemampuan
mengudara dengan jangka waktu yang cukup panjang. Jika dibandingkan dengan jet
tempur F-16 dan A-10 yang hanya dapat bertahan selama kurang dari empat jam,
maka keunggulan drone adalah dapat bertahan di udara selama lebih dari 14 jam serta
dipenuhi dengan senjata ataupun rudal (Zenko, 2013:6). Dengan tidak adanya personil
militer sebagai pilot didalam drone, maka AS perlu memikirkan kondisi pilot
walaupun drone digunakan sepanjang hari untuk kebutuhan pengawasan di wilayah di
Pakistan dalam rangka mengantisipasi serangan dari teroris.
Dalam perspektif realisme, antisipasi bahaya sangat penting, mengingat sistem
yang anarki mengakibatkan tidak akan ada pertolongan sehingga mendorong negara
untuk menyediakan keamanannya sendiri (Mearsheimer, 1994:11). Selain itu, realis
yang percaya bahwa kapabilitas militer ditujukan untuk melemahkan potensi musuh,
hal ini juga dibuktikan dengan penggunaan drone dalam pengawasan di Pakistan,
seperti yang dinyatakan Byman bahwa:
Drones have also undercut terrorists’ ability to communicate and to train new
recruits. In order to avoid attracting drones, al Qaeda and Taliban operatives try to
avoid using electronic devices or gathering in large numbers. A tip sheet found
among jihadists in Mali advised militants to “maintain complete silence of all
wireless contacts” and “avoid gathering in open areas.” Leaders, however, cannot 85
give orders when they are incommunicado, and training on a large scale is nearly
impossible when a drone strike could wipe out an entire group of new recruits.
Drones have turned al Qaeda’s command and training structures into a liability,
forcing the group to choose between having no leaders and risking dead leaders.
(Byman, 2013)
Atas penjelasan tersebut menggambarkan bagaimana kemudian pengawasan
yang dihasilkan atas keunggulan drone, telah menimbulkan efek penangkalan bagi
teroris di Pakistan. Keterbatasan aktifitas mereka dimana mereka mengetahui bahwa
drone AS terus mengawasi mereka, akan perlahan menurunkan koordinasi mereka
seperti menyusun strategi ataupun melakukan aktifitas lain yang mana hal tersebut
akan mencurigakan bagi AS sehingga memotivasi AS untuk menyerang mereka.


Jenis Jenis Drone
Drone ada 2 jenis (Berdasarkan baling baling)  :
  • Fixed wing Drone ( Tunggal)
Drone jenis ini berbentuk seperti pesawat komersial dan digunakan untuk proses yang cepat, daya jangkau lebih cepat serta lebih luas, biasanya untuk pemetaan (mapping) atau  konsepnya seperti scaning. Drone jenis Fixed wins memiliki Energi lebih irit baterai karena single baling baling.

Multicopter Drone (Multi)
Untuk Anda yang ingin membuat video yang bagus sangat cocok memilih drone yang multi copter dikarenakan Lebih stabil dan daya angkut serta kekuatan untuk mengangkat beban (kemera) bisa yang lebih berat. Semakin banyak baling baling semakin stabil dan lebih aman.

Jenis baling baling :
a.       3 baling baling (3Copter)
b.      4 baling baling (Quadcopter)
c.       6 baling baling (HexaCopter)
d.      8 Baling baling (Octacopter)
Dengan mengetahui jenis dan dan fungsinya diharapkan Anda bisa memilih drone yang sesuai untuk keperluan dan tidak salah dalam membeli walaupun hanya untuk sekedar hobi.


Sejarah Singkat tentang Drone (Pesawat Tanpa Awak)

Pesawat Nir-Awak atau Pesawat TerbangTanpa Awak atau disingkat PTTA, atau dalam bahas Inggris disebut UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau sering disebut juga sebagai Drone, adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri. Penggunaan terbesar dari pesawat tanpa awak ini adalah dibidang militer.
Drone (Pesawat tanpa Awak) sebenarnya ide yang berkembang sejak awal abad 19, sebelum Perang Dunia I. Wikipedia yang merujuk makalah dari Centre for Telecommunications and Information Engineering (CTIE) Monash University menyebut bahkan konsep pesawat tanpa awak ini pertama kali digunakan 22 Agustus 1849. Saat itu, Austria yang menguasai mayoritas wilayah Italia meluncurkan sekitar 200 balon udara tanpa awak ke Venesia. Balon-balon itu memuat bom yang dilengkapi dengan sumbu waktu. Ada pula informasi bahwa balon itu juga memakai sekering listrik yang diaktifkan dengan sinyal melalui kabel-kabel tembaga yang dipasang di sekitar balon. 
Kemudian, pada 8 November 1898, Nicolas Tesla, penemu AS keturunan Serbia mematenkan remote control atau pengendali jarak jauh temuannya. Remote control ini menjadi dasar ilmu robotik kontemporer. Tesla membuat kapal dan balon yang bisa dikendalikan dari jarak jauh. Setelah itu teknologi berkembang dengan pesatnya. Teknologi pesawat-pesawat aeromodel yang dikendalikan jarak jauh pun berkembang pesat. Pesawat itu dimanfaatkan di bidang sipil mulai dari untuk hobi dan olahraga, keperluan pembuatan film, pemetaan, pengintaian dan akhirnya sebagai senjata mematikan.
Seiring dengan berkembangnya jaman maka teknologi yang dipakai dalam drone semakin semakin canggih, selain itu kegunaan drone juga terus berkembang tak hanya dalam bidang militer saja.
Berikut kegunaan/manfaat drone :
1.    Jurnalis
Drone digunakan sebagai alat untuk mengambil foto, video, maupun pengumpulan data. Sering kita jumpai drone di area peperangan untuk mengetahui secara live apa yang sedang terjadi. Sebab, untuk mengirim langsung wartawan dan cameramen tentu resikonya sangat membahayakan. Bukan tak mungkin wartawan dan cameramen tersebut dianggap musuh sehingga menjadi korban salah sasaran.

2.    SAR  (Search And Rescue)
Manfaat Drone dalam dunia SAR (Search And Rescue) membantu korban bencana alam dan berbagai bencana lainnya. Pada beberapa kasus, drone memang efektif digunakan untuk penyelamatkan manusia. Misalnya pada kasus bencana banjir. Drone bisa diterbangkan pada area yang membahayakan untuk menemukan apakah masih ada korban yang selamat. Drone juga bisa digunakan untuk memberikan suplai bantuan sementara. Sebab, mungkin area untuk menjangkau wilayah tersebut sangat membahayakan.

3.    Penelitian
Digunakan dalam penelitian dikarenakan kemampuannya untuk banyak hal. Selain bisa mengambil gambar hewan atau binatang tertentu, drone juga bisa digunakan untuk memantau kondisi suatu area yang ingin diteliti namun tak terjangkau.
4.    Perfilman 
     Sering kita jumpai drone bisa digunakan untuk membawa kamera. Karena itu alat ini bisa membantu proses pengambilan gambar terutama untuk film documenter. Kualitas gambar yang dihasilkan sendiri sangat tergantung dengan spesifikasi drone dan kamera yang Anda gunakan. Semakin bagus kualitas drone dan kamera, semakin baik pula gambar yang bisa Anda hasilkan. Hingga hari ini sendiri, spesifikasi drone yang makin canggih semakin memungkinkan Anda untuk mengambil gambar dengan resolusi tinggi.  
5.    Hobi
Anda bisa menggunakan drone untuk murni bermain dengan alat ini atau malah untuk mendukung hobi Anda yang lain seperti fotografi. Dengan drone Anda bisa mengambil gambar yang sulit Anda ambil sendiri maka dengan drone ini akan lebih membantunya. 

Perkembangan Drone di Indonesia
Sebenarnya pengembangan teknologi drone di Indonesia sudah ada sejak tahun 2000, tetapi tidak dapat berkembang sesuai dengan harapan, karena ternyata pengembangannya tidak hanya dapat dilakukan oleh satu badan saja. Kemudian dibentuk asosiasi yang melibatkan PT Dirgantara Indonesia (DI), Lembaga Elektronik Nasional (LEN), BPPT dan LAPAN yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing untuk mengembangkan pesawat tanpa awak. Selain dikembangkan oleh asosisasi yang sudah dibentuk, pengembangan drone juga dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi yaitu UGM, ITB dan ITS.
LAPAN menyebut drone dengan LAPAN LSU (LAPAN Surveillance Unmanned (LSU) dan BPPT menyebutnya dengan PUNA (Pesawat Udara Nirawak). PUNA memiliki fungsi untuk memantau banjir, gunung berapi, kebakaran hutan, jumlah titik api pada kebaran hutan, pemetaan wilayah dan pertahanan negara bahkan digadang-gadang nantinya akan mampu menjadi pelengkap persenjataan TNI.
Menurut Haryo Ajie Nogoseno, Pengamat Persenjatan Militer Indonesia mengatakan TNI mempunya 2 jenis UAV/PUNA yaitu Wulung dan Heron yang merupakan hasil produksi Indonesia. Wulung difungsikan untuk menjaga perbatasan wilayah tetapi masih sebatas sebagai pengawas. Sedangkan Heron yang teknologinya lebih canggih, akan difungsikan sebagai pengintai.
LAPAN kini mengembangkan pesawat ringan generasi kedua yang disebut LSA (LAPAN Surveillance Aircraft). Pesawat ini nantinya akan mampu membawa 2 awak dan digunakan untuk mengumpulkan, verifikasi dan validasi data, cara kerjanya akan lebih efisen daripada satelit (selengkapnya silahkan baca artikel “Pesawat Ringan Generasi Kedua Indonesia“).
Fakultas teknik UGM mengembangkan UAV model Quadcopter. Sejenis helikopter yang memiliki 4 baling-baling, sehingga mampu terbang ke segala arah baik vertikal maupun horisontal. Pesawat ini sudah diuji cobakan untuk mengambil gambar Candi Borobudur pasca erupsi Gunung Merapi. Fasilitas pengambilan gambar di pesawat dibekali sistem pemodelan citra berbasis fotogrametri.

Fungsi Dan Penggunaan Drone Di Indonesia
Terdapat dua fungsi pokok :
Kepentingan pribadi
Hanya sebagai penyaluran hobi misalnya untuk pengambilan gambar pribadi. Kemampuannya untuk mengambil gambar pribadi tentunya mutlak mengalahkan fungsi tongsis
Kepentingan profesional
Digunakan untuk kepentingan pekerjaan misalnya untuk fotografi, jurnalistik, videografi, bahkan industri film, dan militer tentunya.
Aturan Penggunaan Drone Di Indonesia
Dengan semakin banyaknya jurnalis menggunakan drone untuk mendukung pekerjaannya, maka Kementrian Perhubungan membuat Undang-undang No.90/2015 tentang pengendalian pengoperasian pesawat tanpa awak di ruang udara yang dilayani Indonesia. Undang-undang ini baru diresmikan pada 12 mei 2015 yang isinya di antaranya adalah melarang pengoperasian drone di kawasan udara terlarang, di kawasan udara terbatas, dan kawasan keselamatan operasi penerbangan suatu bandar udara. Drone juga dilarang diterbangkan lebih dari 500 kaki atau 150 m. Untuk ketinggian yang lebih dapat meminta ijin pada Dirjen Pehubungan Udara paling lambat 14 hari sebelum dioperasikan.

Daftar Pustaka

Artikel Jurnal
Callam, Andrew. 2010. Drone Wars: Armed Unmanned Aerial Vehicles. 18(3)
Winter.
Coleman, Michael & David H. Gray. (2014). The Legality behind Targeted Killings
and the Use of Drones in the War on Terror, 5 (1) Winter, pp. 37-53.
Kroenig, Matthew & Barry Pavel. (2012). How to Deter Terrorism, (35)2 Spring, pp.
21-36.
Mearsheimer, John J. (1994) The False Promise of International Institutions.
International Security, 19 (3) Winter, pp. 5-49.
Mohamad Rosyidin: Realisme versus Liberalisme: Suatu Perbandingan
Paradigmatis, (jurnal tidak dipublikasikan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2013).

http://ilmupengetahuan.org/drone-indonesia/ , [di akses pada tanggal 21 maret 2017]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.