ANALISIS TEMPERATUR
LINGKUNGAN, BERAT BADAN DAN TINGKAT BEBAN KERJA TERHADAP DENYUT NADI PEKERJA
GROUND HANDLING BANDARA
B.Penulis ;
atna Purwaningsih, Aisyah Program
Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro-Semarang Jl. Prof.
Sudarto,SH,Semarang
C.Nama jurnal :
Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No.
1, Januari 2016
D.Latar belakang masalah :
Iklim kerja yang panas sudah menjadi
salah satu penyebab yang sangat penting pada abad ini. Temperatur lingkungan
yang ekstrim (panas) akan mempengaruhi respon fisiologis serta penurunan
kinerja akibat dampak psikologis.
Lingkungan kerja. panas akan memberikan beban tambahan bagi pekerja. Untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh, maka organ-organ tubuh bekerja lebih keras. Bila ini dikombinasikan dengan denyut nadi, maka beban yang diterima pekerja dapat menjadi sedemikian besarnya sehingga kelelahan akan terjadi dalam waktu yang pendek (Hendra, 2003). Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan yang panas, maka darah. akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja.
Disamping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat. Peningkatan denyut nadi akan menyebabkan munculnya keluhan subjektif pada pekerja, sehingga dapat mengurangi performansi pekerja Haditia (2012), dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh suhu tinggi lingkungan dan beban kerja terhadap konsentrasi kerja juga menyatakan bahwa konsentrasi pekerja yang direpresentasikan melalui uji inspeksi visual secara signifikan dipengaruhi oleh faktor suhu lingkungan serta menyatakan bahwa faktor suhu dan beban kerja berkontribusi sebagai penyebab kecelakaan kerja. Aktivitas fisik yang berat serta lingkungan kerja yang panas, menyebabkan beban fisik yang diterima tubuh petugas Apron, ground handling meningkat.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap beban mental petugas yang dapat beresiko terjadinya kelelahan kepada pekerja. Berdasarkan observasi lapangan yang telah dilakukan, diketahui tingginya suhu lingkungan kerja yang rata-rata berada diatas 30° Celcius. Hal ini berakibat terjadinya gangguan kerja dan terjadinya penurunan performansi kerja serta menyebabkan kebutuhan energi yang diperlukan pekerja meningkat. Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan temperatur tempat kerja, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PermenakerTrans PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk Temperatur Tempat Kerja, Ditetapkan : Nilai Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak melebihi dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.
NAB terendah untuk ruang kerja adalah 25 °C untuk beban kerja yang berat dan NAB tertinggi adalah 32,2 °C untuk beban kerja yang ringan, tergantung pada beban kerja dan pengaturan waktu kerja (Depnakertrans, 2011). Di Indonesia salah satu faktor yang menonjol sebagai penyebab gangguan kesehatan pekerja adalah lingkungan kerja yang panas. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Fabri dan Pasha (2010), mengenai kebisingan dan tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja pada tenaga kerja, menyatakan bahwa tekanan panas merupakan salah satu faktor terjadinya perasaan kelelahan kerja yang dirasakan oleh tenaga kerja. Selain itu, pengaruh tekanan panas juga berdampak bagi kesehatan pekerja. Salah satunya adalah terjadinya kristalisasi urin pada pekerja yaitu berupa kristalisasi urin kalsium oksalat.
Lingkungan kerja. panas akan memberikan beban tambahan bagi pekerja. Untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh, maka organ-organ tubuh bekerja lebih keras. Bila ini dikombinasikan dengan denyut nadi, maka beban yang diterima pekerja dapat menjadi sedemikian besarnya sehingga kelelahan akan terjadi dalam waktu yang pendek (Hendra, 2003). Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan yang panas, maka darah. akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja.
Disamping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat. Peningkatan denyut nadi akan menyebabkan munculnya keluhan subjektif pada pekerja, sehingga dapat mengurangi performansi pekerja Haditia (2012), dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh suhu tinggi lingkungan dan beban kerja terhadap konsentrasi kerja juga menyatakan bahwa konsentrasi pekerja yang direpresentasikan melalui uji inspeksi visual secara signifikan dipengaruhi oleh faktor suhu lingkungan serta menyatakan bahwa faktor suhu dan beban kerja berkontribusi sebagai penyebab kecelakaan kerja. Aktivitas fisik yang berat serta lingkungan kerja yang panas, menyebabkan beban fisik yang diterima tubuh petugas Apron, ground handling meningkat.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap beban mental petugas yang dapat beresiko terjadinya kelelahan kepada pekerja. Berdasarkan observasi lapangan yang telah dilakukan, diketahui tingginya suhu lingkungan kerja yang rata-rata berada diatas 30° Celcius. Hal ini berakibat terjadinya gangguan kerja dan terjadinya penurunan performansi kerja serta menyebabkan kebutuhan energi yang diperlukan pekerja meningkat. Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan temperatur tempat kerja, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PermenakerTrans PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk Temperatur Tempat Kerja, Ditetapkan : Nilai Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak melebihi dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.
NAB terendah untuk ruang kerja adalah 25 °C untuk beban kerja yang berat dan NAB tertinggi adalah 32,2 °C untuk beban kerja yang ringan, tergantung pada beban kerja dan pengaturan waktu kerja (Depnakertrans, 2011). Di Indonesia salah satu faktor yang menonjol sebagai penyebab gangguan kesehatan pekerja adalah lingkungan kerja yang panas. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Fabri dan Pasha (2010), mengenai kebisingan dan tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja pada tenaga kerja, menyatakan bahwa tekanan panas merupakan salah satu faktor terjadinya perasaan kelelahan kerja yang dirasakan oleh tenaga kerja. Selain itu, pengaruh tekanan panas juga berdampak bagi kesehatan pekerja. Salah satunya adalah terjadinya kristalisasi urin pada pekerja yaitu berupa kristalisasi urin kalsium oksalat.
E.Masalah/pertanyaan
penelitian
Dalam
penelitian ini, sistem yang akan dibahas adalah sistem pada ground handling
Bandara Ahmad Yani Semarang dimana penelitian tersebut bersifat cross sectional
atau hanya dilakukan dalam suatu waktu tertentu dengan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif. Terdapat 2 jenis data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer, berasal dari data kuantitatif hasil
pengukuran yaitu berupa temperatur lingkungan kerja, data durasi aktivitas, dan
denyut jantung/menit.
Serta data kualitatif yang digunakan untuk memvalidasi data kuantitatif, berupa hasil dari interview kepada pekerja ground handling di wilayah apron. Untuk data sekunder diperoleh dari pihak bandara Ahmad Yani berupa data jadwal penerbangan dan berat badan responden. Konsep yang digunakan dalam penelitian mengenai Pengaruh Temperatur Lingkungan kerja, berat badan dan tingkat beban kerja terhadap denyut nadi pekerja adalah sebagai berikut : Tingkat Beban kerja Berat Badan Temperatur Lingkungan Kerja Denyut Nadi Variabel independent., dilakukakan secara purposive sampling dimana sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya (Susanty, 2008). Populasi yang diteliti adalah populasi petugas ground handling yang berjumlah 75 orang. Sedangkan untuk penentuan ukuran pengambilan sampel, digunakan teknik purposive sampling
Serta data kualitatif yang digunakan untuk memvalidasi data kuantitatif, berupa hasil dari interview kepada pekerja ground handling di wilayah apron. Untuk data sekunder diperoleh dari pihak bandara Ahmad Yani berupa data jadwal penerbangan dan berat badan responden. Konsep yang digunakan dalam penelitian mengenai Pengaruh Temperatur Lingkungan kerja, berat badan dan tingkat beban kerja terhadap denyut nadi pekerja adalah sebagai berikut : Tingkat Beban kerja Berat Badan Temperatur Lingkungan Kerja Denyut Nadi Variabel independent., dilakukakan secara purposive sampling dimana sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya (Susanty, 2008). Populasi yang diteliti adalah populasi petugas ground handling yang berjumlah 75 orang. Sedangkan untuk penentuan ukuran pengambilan sampel, digunakan teknik purposive sampling
F.METODE
Untuk
melihat perbedaan hasil pengukuran denyut nadi sebelum bekerja dengan denyut
nadi setelah bekerja pada temperatur lingkungan yang panas, maka kedua hasil
pengukuran dianalisis dengan menggunakan analisis statistik uji t. Rata-rata
denyut nadi pada pengukuran pertama sebelum bekerja adalah 77,7255. Pada
pengukuran berikutnya setelah terpapar panas didapat rata-rata sebesar 109,27.
Terlihat perbedaan nilai mean antara pengukuran sebelum dan sesudah terpapar
panas adalah – 31, 5445.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 (< 0,05). Berdasarkan nilai uji F dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur lingkungan merupakan penjelas yang signifikan terhadap kenaikan denyut nadi. Uji t juga dilakukan untuk variabel dependen berat badan pekerja. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa berat badan merupakan penjelas yang signifikan terhadap denyut nadi. Berikutnya dilakukan juga uji t untuk mengetahui pengaruh variabel dependen beban kerja terhadap denyut jantung pekerja.
Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa beban kerja merupakan penjelas yang signifikan terhadap denyut nadi. Uji t yang dilakukan memperoleh nilai signifikansi bernilai 0,000 untuk temperatur lingkungan kerja, berat badan dan tingkat beban kerja. Karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa temperatur lingkungan kerja, berat badan dan tingkat beban kerja berpengaruh signifikan secara individual terhadap denyut nadi
Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 (< 0,05). Berdasarkan nilai uji F dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur lingkungan merupakan penjelas yang signifikan terhadap kenaikan denyut nadi. Uji t juga dilakukan untuk variabel dependen berat badan pekerja. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa berat badan merupakan penjelas yang signifikan terhadap denyut nadi. Berikutnya dilakukan juga uji t untuk mengetahui pengaruh variabel dependen beban kerja terhadap denyut jantung pekerja.
Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa beban kerja merupakan penjelas yang signifikan terhadap denyut nadi. Uji t yang dilakukan memperoleh nilai signifikansi bernilai 0,000 untuk temperatur lingkungan kerja, berat badan dan tingkat beban kerja. Karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa temperatur lingkungan kerja, berat badan dan tingkat beban kerja berpengaruh signifikan secara individual terhadap denyut nadi
G.KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui kondisi temperatur lingkungan
kerja di Apron bandara Ahmad Yani Semarang berada diatas nilai ambang batas
dengan rata-rata temperature yaitu 32,61°C dengan kelembaban 63,42 Rh.
Pengolahan data dengan uji F menunjukkan bahwa temperatur lingkungan kerja,
berat badan dan tingkat pembebanan kerja berpengaruh secara simultan terhadap
denyut nadi. Ketiga faktor tersebut juga berpengaruh terhadap denyut nadi
pekerja adalah secara individual.
H.ABSTRAK
Aktivitas
ground handling bandara Ahmad Yani Semarang merupakan bagian yang berperan
penting terhadap keselamatan penerbangan. Petugas ground handling, khususnya
petugas apron bertanggung jawab melakukan persiapan sebelum take off ataupun
pada saat landing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
temperatur, berat badan pekerja dan tingkat beban kerja pekerja, mengetahui
pengaruh temperatur, berat badan dan tingkat beban kerja terhadap denyut nadi
51 pekerja apron baik secara simultan ataupun individual dan menentukan faktor
yang paling berpengaruh terhadap denyut nadi. Pengujian pengaruh hubungan
variabel-variabel independen (temperatur lingkungan kerja, berat badan, tingkat
beban kerja) terhadap denyut nadi dilakukan dengan menggunkan uji regresi
berganda, uji t dan uji F.
Persamaan regresi yang diperoleh adalah ลท = 141,062 - 1,452 x1 - 0,697 x2 + 11,681 x3. Berdasarkan uji t dan uji f yang telah dilakukan semua variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen baik secara simultan ataupun secara individual. Hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukkan bahwa temperatur lingkungan mempunyai koefisien R 0,18, berat badan 0,17 dan faktor tingkat beban kerja 0,424.Hal ini berarti bahwa tingkat beban kerja paling berpengaruh terhadap denyut nadi pekerja apron Bandara Ahmad Yani Semarang.
Persamaan regresi yang diperoleh adalah ลท = 141,062 - 1,452 x1 - 0,697 x2 + 11,681 x3. Berdasarkan uji t dan uji f yang telah dilakukan semua variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen baik secara simultan ataupun secara individual. Hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukkan bahwa temperatur lingkungan mempunyai koefisien R 0,18, berat badan 0,17 dan faktor tingkat beban kerja 0,424.Hal ini berarti bahwa tingkat beban kerja paling berpengaruh terhadap denyut nadi pekerja apron Bandara Ahmad Yani Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Alpaugh,
Edwin L. (1979). Temperature Extreme. Fundamentals of Industrial Hygiene,
second Edition, National Safety Council Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta, Jakarta
Bernard, Thomas E., (1995). Thermal Stress. Fundamental of Industrial Hygiene, Fourth Edition. National Safety Council, Itasca, Illinois. Fabri, Sukmal, Eko Pasha. (2010). Kebisingan dan Tekanan Panas Dengan perasaan Kelelahan pada Tenaga Kerja Bagian Drilling Pertamina EP Jambi. Politeknik Kesehatan jambi
Gozhali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometric Fourth Edition. USA: McGraw – Hill
Haditia, Iftitah Putri. (2012). Analisis Pengaruh Suhu Tinggi Lingkungan dan Beban Kerja Terhadap Konsentrasi Pekerja. Universitas Indonesia
Hendra. (2003). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Suhu Tubuh dan Denyut nadi Pada Pekerja yang Terpajan panas. Thesis Magister Kesehatan Keselamatan kerja. Universitas Indonesia Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPer.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, 2011, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Manuaba, I.B.A. (2000). Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja dan Perusahaan, Prosiding Simposium dan Pameran Ergonomi Indonesia, Bandung, ITB Press. p. 11
NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). (1986). Criteria for a recommended standard, Occupational Exposure to Hot Environments, Revised Criteria Suma’mur. (1984). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung, Jakarta
Tarwaka, Solichul H., Bakri A., dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA Press, Surakarta
Bernard, Thomas E., (1995). Thermal Stress. Fundamental of Industrial Hygiene, Fourth Edition. National Safety Council, Itasca, Illinois. Fabri, Sukmal, Eko Pasha. (2010). Kebisingan dan Tekanan Panas Dengan perasaan Kelelahan pada Tenaga Kerja Bagian Drilling Pertamina EP Jambi. Politeknik Kesehatan jambi
Gozhali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometric Fourth Edition. USA: McGraw – Hill
Haditia, Iftitah Putri. (2012). Analisis Pengaruh Suhu Tinggi Lingkungan dan Beban Kerja Terhadap Konsentrasi Pekerja. Universitas Indonesia
Hendra. (2003). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Suhu Tubuh dan Denyut nadi Pada Pekerja yang Terpajan panas. Thesis Magister Kesehatan Keselamatan kerja. Universitas Indonesia Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPer.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, 2011, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Manuaba, I.B.A. (2000). Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja dan Perusahaan, Prosiding Simposium dan Pameran Ergonomi Indonesia, Bandung, ITB Press. p. 11
NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). (1986). Criteria for a recommended standard, Occupational Exposure to Hot Environments, Revised Criteria Suma’mur. (1984). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung, Jakarta
Tarwaka, Solichul H., Bakri A., dan Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA Press, Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.