.

Kamis, 29 September 2016

SISTEM DINAMIS INDUSTRI FURNITURE INDONESIA DARI PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT YANG BERKELANJUTAN


oleh fera fitria
A.      Judul Penelitian
SISTEM DINAMIS INDUSTRI FURNITURE INDONESIA DARI PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT YANG BERKELANJUTAN

B.      Nama Penulis
Kuncoro Harto Widodo, Kharies Pramudya Dwi Arbita, Aang Abdullah

C.      Nama Jurnal
AGRITECH, Vol. 30, No. 2, Mei 2010

D.      Latar Belakang
Industri pengolahan memiliki peran yang penting bagi perekonomian Indonesia. Beberapa sektor industri merupakan sumber utama pendapatan negara, dimana salah satunya adalah industri furniture. Menurut laporan dari Departemen Perindustrian Republik Indonesia (2008), industri furniture Indonesia menempati peringkat ke-12 terbesar di dunia yang menyediakan kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan atas tempat tinggal yang nyaman. Perkembangan industri furniture Indonesia tidak terlepas dari dukungan sumber daya alam Indonesia yang melimpah berupa kawasan hutan yang luas yang memasok bahan baku industri furniture dan industri lainnya. Dukungan sumber daya alam yang demikian besar belum menjadikan industri furniture berkembang pesat. Menurut laporan Departemen Perindustrian (2008), dalam beberapa tahun terakhir industri hasil hutan justru mengalami pertumbuhan minus rata-rata sekitar 3%. Menurut Tambunan (2006), industri kayu dan hasil hutan justru berkembang pesat di negara-negara kompetitor seperti China, Malaysia dan Vietnam yang tidak mempunyai bahan baku kayu sendiri. Menurunnya produksi industri furniture terutama disebabkan oleh faktor bahan baku yang berupa kayu, yang meliputi ketersediaan yang rendah dan harga yang mahal sebagai akibat dari semakin rusaknya hutan Indonesia serta pengelolaan supply chain yang kurang baik mulai dari hulu sampai ke hilir.

E.       Masalah / pertanyaan penelitian
Melihat pentingnya peranan industri furniture dan permasalahan yang banyak dihadapi dalam perkembangannya, mendorong untuk dilakukannya penelitian dari sudut pandang SCM.

F.       Tujuan penelitian
tujuan untuk menganalisis perkembangan supply chain industri furniture sehubungan dengan kondisi sumber daya alam yang ada pada saat ini.

G.      Metode
Identifikasi Pelaku dan Perilaku Sistem Supply Chain Industri Furniture Industri furniture sangat bergantung pada hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Menurut Roadmap Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia yang disusun oleh Departemen Kehutanan (2007), kebutuhan industri furniture terhadap kayu sebagai bahan baku mencapai 7-7,5 juta m3 per tahun. Jenis hasil hutan yang digunakan sebagai bahan baku industri furniture adalah kayu bulat dari berbagai sumber, yaitu hutan alam, kawasan konservasi, hutan tanaman (perum perhutani), hutan tanaman industri, dan sumber lainnya. Hasil hutan tersebut kemudian diolah di sentra-sentra industri tidak hanya di industri furniture tetapi juga di industri lain seperti industri kayu lapis, industri pulp, dan industri yang memanfaatkan hasil hutan. Saat ini di Indonesia ada sekitar 950 unit usaha industri furniture kayu dengan kapasitas 3,41 juta m3/tahun (tidak termasuk industri furniture skala kecil dan industri rumah tangga) dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 435.112 orang (Depperin, 2008). Produk furniture Indonesia sebagian besar diekspor dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Selain dari produksi dalam negeri, konsumen juga memperoleh produk furniture dari impor. Menurut laporan Departemen Perindustrian (2008), rata-rata jumlah ekspor produk furniture dalam 3 tahun terakhir adalah sebesar 1.465.980 m3 . Sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri termasuk impor yang rata-rata sebesar 31.939 m3 per tahun sebagai tambahan.

H.      Review / komentar
Karakteristik industri furniture yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pada ketidakpastian permintaan konsumen karena pertambahan jumlah penduduk pun tidak berdampak langsung terhadap kenaikan permintaan produk furniture. Karena itu, kebijakan dalam melakukan produksi lebih sulit untuk dibuat. Industri furniture sangat tergantung pada ketersediaan pasokan kayu dalam melakukan produksi. Penurunan luas hutan produksi alam yang menopang industri furniture sangat berpengaruh kepada perilaku industri furniture untuk tetap memperoleh bahan baku. Kegiatan impor bahan baku dan bahkan memperoleh kayu secara ilegal mungkin dilakukan oleh industri furniture agar tetap bisa berproduksi karena setiap tahun rata-rata terjadi kekurangan pasokan sebesar 3.386.282 m3 dibandingkan kebutuhannya. Pengembangan industri furniture masih kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Kerusakan hutan menjadi salah satu parameter yang merupakan akibat dari kegiatan industri furniture dan industri hasil hutan yang lain. Tingkat penurunan luas hutan produksi alam dan hutan keseluruhan berturut-turut adalah sebesar 61.982 ha dan 51.820 ha. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan dalam pengelolaan dalam pasokan sumber bahan baku bagi industri furniture, dengan menetapkan area-area yang yang difungsikan untuk sumber bahan baku dan melakukan pengawasan yang ketat terhadap aktivitas pengambilan bahan baku oleh industri. Selain itu aktivitas, pengambilan kayu dari hutan harus diimbangi dengan penanaman kembali terhadap area hutan yang ditebang. Industri furniture Indonesia cukup baik dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Akan tetapi, pendapatan (revenue) yang bisa dicapai oleh industri furniture cenderung tidak mengalami peningkatan. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengembangkan skenario-skenario yang mungkin untuk diterapkan dalam pengembangan industri furniture yang berkelanjutan. Aspek pengembangan yang berkelanjutan yang lain yaitu aspek ekonomi dan sosial bisa dianalisis lebih mendalam.

I.         Abstrak jurnal
Perlu ada kajian untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan pengembangan industri furniture Indonesia dengan melihat kepada 3 aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan, sebagai aspek utama dalam pengembangan supply chain management yang berkelanjutan. Penelitian ini diawali dengan identifikasi model dasar supply chain industri furniture. Selanjutnya, digambarkan potensi dan kelemahan yang ada, baik secara internal maupun eksternal, dengan menggunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat). Untuk melihat perilaku sistem dilakukan pemodelan dan simulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik industri furniture adalah ketidakpastian permintaan konsumen dan sangat tergantung pada kondisi hutan untuk menjamin ketersediaan pasokan kayu. Setiap tahun terjadi kekurangan pasokan rata-rata sebesar 3.386.282 m3 dibandingkan kebutuhannya. Pengembangan industri furniture masih kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Kerusakan hutan menjadi salah satu parameter keberlanjutan aspek lingkungan dimana tingkat penurunan luas hutan produksi alam dan hutan keseluruhan berturut-turut adalah sebesar 61.982 ha dan 51.820 ha. Selain itu, dari aspek ekonomi, pendapatan (revenue) yang bisa dicapai oleh industri furniture cenderung tidak mengalami peningkatan. Di sisi lain, industri furniture Indonesia cukup baik dalam memenuhi kebutuhan konsumen, sebagai indikator aspek sosial.

J.        Daftar pustaka
Beamon, B.M. (2008). Sustainability and future of supply chain management. Journal of Operations and Supply Chain Management 1: 4-18.
Boulanger, P., and Bre´chet, T. (2005). Models for policymaking in sustainable develop-ment: The state of the art and perspectives for research. Journal of Ecological Economics 55: 337– 350.
Bovea, M.D., and Vidal, R. (2003). Materials selection for sustainable product design: a case study of wood based furniture eco-design. Materials and Design 25: 111– 116.
De Lara, M., and Martinet, V. (2008). Multi-criteria dynamic decision under uncertainty: A stochastic viability analysis and an application to sustainable fishery management. Journal of Mathematical Biosciences 217: 118–124.
Eltayeb, T. K., Zailani. S., (2009). Going green through green supply chain initiatives towards environmental sustainability. Journal of Operations and Supply Chain Management 2: 93-110 Fleisch, E., and Tellkamp, C. (2005). Inventory inaccuracy and supply chain performance: a simulation study of a retail supply chain. International Journal of Production Economics 95: 373–385.
Jammernegga, W., and Reiner, G. (2007). Performance improvement of supply chain processes by coordinated inventory and capacity management. International Journal of Production Economics 108: 183–190.
Kishor, N. and Belle, A. (2004). Does improved governance contribute to sustainable forest management?. Co-published simultaneously in Journal of Sustainable Forestry (Food Products Press, an imprint of The Haworth Press, Inc.) 19: 55-79.
Lee, Y.H., Cho, M.K., Kim, S.J., and Kim, Y.B. (2002). Supply chain simulation with discrete-continuous combined modeling. Journal Computers and Industrial Engineering 43: 375-392.
Lin, S.S., and Juang, Y.S. (2008). Selecting green suppliers with analytic hierarchy process for biotechnology industry. Journal of Operations and Supply Chain Management 1: 115-129. Linton, J.D., Klassen, R., and Jayaraman, V. (2007). Sustainable supply chain: an introduction. Journal of Operation Management 25: 1075-1082.
Longo, F., and Mirabelli, G. (2008). An advanced supply chain management tool based on modeling and simulation. Journal Computers & Industrial Engineering 54: 570–588.
Min, H., and Zhou, G. (2002). Supply chain modeling: past, present, and future. Journal of Computers and Industrial Engineering 43: 231-249.
Ortiz, O., Francesc, C., and Sonnemann, G. (2008). Sustainability in the construction industri: a review of recent developments based on LCA. Journal of Construction and Building Materials 23: 28-39.
Pierreval, H., Bruniaux, R., and Caux, C. (2007). A continu- A continuous simulation approach for supply chains in the automotive industry. Simulation Modeling Practice and Theory 15: 185–198. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. (2007). Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia.
Robb, D.J., Bin Xie, and Arthanari, T. (2007). Supply chain and operations practice and performance in Chinese furniture manufacturing. International Journal Production Economics 112: 683–699 AGRITECH, Vol. 30, No. 2, Mei 2010 115.
Schwartz, J.D.,Wang, W., and Rivera, D.E. (2006). Simulation-based optimization of process control policies for inventory management in supply chains. Journal Automatica 42: 1311–1320. Tambunan, T. 2006. Perkembangan dan daya saing ekspor meubel kayu Indonesia. www.kadin-indonesia.or.id. [24 Mei 2009].
Terzi, S., and Cavalieri, S. (2004). Simulation in the supply chain context: a survey. Journal Computers in Industri 53: 3–16.
Departemen Perindustrian Republik Indonesia. (2008). The Report of Industry Sector Development.
Vickery, S.K., Dröge, C., and Markland, R.E. (1996). Dimensions of manufacturing strength in the furniture industry. Journal of Operations Management 15: 317-330.
Widodo, K.H., Nagasawa, H., Morizawa, K. dan Ota, M. (2003), Basic supply chain management models in harvesting and delivering agricultural fresh products. Proceeding of the 17th International Conference on Production Research, Blacksburg, Virginia, USA: 1-18.
Widodo, K.H., Kusuma, P.T.W.W., and Arbita, K.P.D. (2009). Pengembangan agroindustri cassava dari perspektif supply chain yang berkelanjutan. Proceeding Seminar on Application and Research in Industrial Technology (SMART) 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.