oleh fera fitria
A. Judul
Penelitian
SISTEM DINAMIS
INDUSTRI FURNITURE INDONESIA DARI PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT YANG
BERKELANJUTAN
B. Nama
Penulis
Kuncoro Harto
Widodo, Kharies Pramudya Dwi Arbita, Aang Abdullah
C. Nama
Jurnal
AGRITECH, Vol.
30, No. 2, Mei 2010
D. Latar
Belakang
Industri
pengolahan memiliki peran yang penting bagi perekonomian Indonesia. Beberapa
sektor industri merupakan sumber utama pendapatan negara, dimana salah satunya
adalah industri furniture. Menurut laporan dari Departemen Perindustrian
Republik Indonesia (2008), industri furniture Indonesia menempati peringkat
ke-12 terbesar di dunia yang menyediakan kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan atas tempat tinggal yang nyaman. Perkembangan industri furniture
Indonesia tidak terlepas dari dukungan sumber daya alam Indonesia yang melimpah
berupa kawasan hutan yang luas yang memasok bahan baku industri furniture dan
industri lainnya. Dukungan sumber daya alam yang demikian besar belum
menjadikan industri furniture berkembang pesat. Menurut laporan Departemen
Perindustrian (2008), dalam beberapa tahun terakhir industri hasil hutan justru
mengalami pertumbuhan minus rata-rata sekitar 3%. Menurut Tambunan (2006),
industri kayu dan hasil hutan justru berkembang pesat di negara-negara
kompetitor seperti China, Malaysia dan Vietnam yang tidak mempunyai bahan baku
kayu sendiri. Menurunnya produksi industri furniture terutama disebabkan oleh
faktor bahan baku yang berupa kayu, yang meliputi ketersediaan yang rendah dan
harga yang mahal sebagai akibat dari semakin rusaknya hutan Indonesia serta
pengelolaan supply chain yang kurang baik mulai dari hulu sampai ke hilir.
E. Masalah
/ pertanyaan penelitian
Melihat
pentingnya peranan industri furniture dan permasalahan yang banyak dihadapi
dalam perkembangannya, mendorong untuk dilakukannya penelitian dari sudut
pandang SCM.
F. Tujuan
penelitian
tujuan untuk
menganalisis perkembangan supply chain industri furniture sehubungan dengan
kondisi sumber daya alam yang ada pada saat ini.
G. Metode
Identifikasi Pelaku dan Perilaku Sistem
Supply Chain Industri Furniture Industri furniture sangat bergantung pada hasil
hutan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Menurut Roadmap Revitalisasi
Industri Kehutanan Indonesia yang disusun oleh Departemen Kehutanan (2007),
kebutuhan industri furniture terhadap kayu sebagai bahan baku mencapai 7-7,5
juta m3 per tahun. Jenis hasil hutan yang digunakan sebagai bahan baku industri
furniture adalah kayu bulat dari berbagai sumber, yaitu hutan alam, kawasan
konservasi, hutan tanaman (perum perhutani), hutan tanaman industri, dan sumber
lainnya. Hasil hutan tersebut kemudian diolah di sentra-sentra industri tidak
hanya di industri furniture tetapi juga di industri lain seperti industri kayu
lapis, industri pulp, dan industri yang memanfaatkan hasil hutan. Saat ini di
Indonesia ada sekitar 950 unit usaha industri furniture kayu dengan kapasitas
3,41 juta m3/tahun (tidak termasuk industri furniture skala kecil dan industri
rumah tangga) dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 435.112 orang
(Depperin, 2008). Produk furniture Indonesia sebagian besar diekspor dan
sisanya dipasarkan di dalam negeri. Selain dari produksi dalam negeri, konsumen
juga memperoleh produk furniture dari impor. Menurut laporan Departemen
Perindustrian (2008), rata-rata jumlah ekspor produk furniture dalam 3 tahun
terakhir adalah sebesar 1.465.980 m3 . Sisanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri termasuk impor yang rata-rata sebesar 31.939 m3 per
tahun sebagai tambahan.
H. Review
/ komentar
Karakteristik
industri furniture yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pada
ketidakpastian permintaan konsumen karena pertambahan jumlah penduduk pun tidak
berdampak langsung terhadap kenaikan permintaan produk furniture. Karena itu,
kebijakan dalam melakukan produksi lebih sulit untuk dibuat. Industri furniture
sangat tergantung pada ketersediaan pasokan kayu dalam melakukan produksi.
Penurunan luas hutan produksi alam yang menopang industri furniture sangat
berpengaruh kepada perilaku industri furniture untuk tetap memperoleh bahan
baku. Kegiatan impor bahan baku dan bahkan memperoleh kayu secara ilegal mungkin
dilakukan oleh industri furniture agar tetap bisa berproduksi karena setiap
tahun rata-rata terjadi kekurangan pasokan sebesar 3.386.282 m3 dibandingkan
kebutuhannya. Pengembangan industri furniture masih kurang memperhatikan aspek
keberlanjutan. Kerusakan hutan menjadi salah satu parameter yang merupakan
akibat dari kegiatan industri furniture dan industri hasil hutan yang lain.
Tingkat penurunan luas hutan produksi alam dan hutan keseluruhan berturut-turut
adalah sebesar 61.982 ha dan 51.820 ha. Oleh karena itu, diperlukan adanya
perbaikan dalam pengelolaan dalam pasokan sumber bahan baku bagi industri
furniture, dengan menetapkan area-area yang yang difungsikan untuk sumber bahan
baku dan melakukan pengawasan yang ketat terhadap aktivitas pengambilan bahan
baku oleh industri. Selain itu aktivitas, pengambilan kayu dari hutan harus
diimbangi dengan penanaman kembali terhadap area hutan yang ditebang. Industri
furniture Indonesia cukup baik dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Akan tetapi,
pendapatan (revenue) yang bisa dicapai oleh industri furniture cenderung tidak
mengalami peningkatan. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan
mengembangkan skenario-skenario yang mungkin untuk diterapkan dalam
pengembangan industri furniture yang berkelanjutan. Aspek pengembangan yang
berkelanjutan yang lain yaitu aspek ekonomi dan sosial bisa dianalisis lebih
mendalam.
I.
Abstrak jurnal
Perlu ada kajian
untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan pengembangan industri furniture
Indonesia dengan melihat kepada 3 aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial dan
aspek lingkungan, sebagai aspek utama dalam pengembangan supply chain
management yang berkelanjutan. Penelitian ini diawali dengan identifikasi model
dasar supply chain industri furniture. Selanjutnya, digambarkan potensi dan
kelemahan yang ada, baik secara internal maupun eksternal, dengan menggunakan
analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat). Untuk melihat perilaku
sistem dilakukan pemodelan dan simulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
karakteristik industri furniture adalah ketidakpastian permintaan konsumen dan
sangat tergantung pada kondisi hutan untuk menjamin ketersediaan pasokan kayu.
Setiap tahun terjadi kekurangan pasokan rata-rata sebesar 3.386.282 m3
dibandingkan kebutuhannya. Pengembangan industri furniture masih kurang
memperhatikan aspek keberlanjutan. Kerusakan hutan menjadi salah satu parameter
keberlanjutan aspek lingkungan dimana tingkat penurunan luas hutan produksi
alam dan hutan keseluruhan berturut-turut adalah sebesar 61.982 ha dan 51.820
ha. Selain itu, dari aspek ekonomi, pendapatan (revenue) yang bisa dicapai oleh
industri furniture cenderung tidak mengalami peningkatan. Di sisi lain,
industri furniture Indonesia cukup baik dalam memenuhi kebutuhan konsumen,
sebagai indikator aspek sosial.
J.
Daftar pustaka
Beamon, B.M.
(2008). Sustainability and future of supply chain management. Journal of
Operations and Supply Chain Management 1: 4-18.
Boulanger, P.,
and Bre´chet, T. (2005). Models for policymaking in sustainable develop-ment:
The state of the art and perspectives for research. Journal of Ecological
Economics 55: 337– 350.
Bovea, M.D., and
Vidal, R. (2003). Materials selection for sustainable product design: a case
study of wood based furniture eco-design. Materials and Design 25: 111– 116.
De Lara, M., and
Martinet, V. (2008). Multi-criteria dynamic decision under uncertainty: A
stochastic viability analysis and an application to sustainable fishery
management. Journal of Mathematical Biosciences 217: 118–124.
Eltayeb, T. K.,
Zailani. S., (2009). Going green through green supply chain initiatives towards
environmental sustainability. Journal of Operations and Supply Chain Management
2: 93-110 Fleisch, E., and Tellkamp, C. (2005). Inventory inaccuracy and supply
chain performance: a simulation study of a retail supply chain. International
Journal of Production Economics 95: 373–385.
Jammernegga, W.,
and Reiner, G. (2007). Performance improvement of supply chain processes by
coordinated inventory and capacity management. International Journal of
Production Economics 108: 183–190.
Kishor, N. and
Belle, A. (2004). Does improved governance contribute to sustainable forest
management?. Co-published simultaneously in Journal of Sustainable Forestry
(Food Products Press, an imprint of The Haworth Press, Inc.) 19: 55-79.
Lee, Y.H., Cho,
M.K., Kim, S.J., and Kim, Y.B. (2002). Supply chain simulation with
discrete-continuous combined modeling. Journal Computers and Industrial
Engineering 43: 375-392.
Lin, S.S., and
Juang, Y.S. (2008). Selecting green suppliers with analytic hierarchy process
for biotechnology industry. Journal of Operations and Supply Chain Management
1: 115-129. Linton, J.D., Klassen, R., and Jayaraman, V. (2007). Sustainable
supply chain: an introduction. Journal of Operation Management 25: 1075-1082.
Longo, F., and
Mirabelli, G. (2008). An advanced supply chain management tool based on
modeling and simulation. Journal Computers & Industrial Engineering 54:
570–588.
Min, H., and
Zhou, G. (2002). Supply chain modeling: past, present, and future. Journal of
Computers and Industrial Engineering 43: 231-249.
Ortiz, O.,
Francesc, C., and Sonnemann, G. (2008). Sustainability in the construction
industri: a review of recent developments based on LCA. Journal of Construction
and Building Materials 23: 28-39.
Pierreval, H.,
Bruniaux, R., and Caux, C. (2007). A continu- A continuous simulation approach
for supply chains in the automotive industry. Simulation Modeling Practice and
Theory 15: 185–198. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. (2007). Road Map
Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia.
Robb, D.J., Bin
Xie, and Arthanari, T. (2007). Supply chain and operations practice and
performance in Chinese furniture manufacturing. International Journal
Production Economics 112: 683–699 AGRITECH, Vol. 30, No. 2, Mei 2010 115.
Schwartz,
J.D.,Wang, W., and Rivera, D.E. (2006). Simulation-based optimization of
process control policies for inventory management in supply chains. Journal
Automatica 42: 1311–1320. Tambunan, T. 2006. Perkembangan dan daya saing ekspor
meubel kayu Indonesia. www.kadin-indonesia.or.id. [24 Mei 2009].
Terzi, S., and
Cavalieri, S. (2004). Simulation in the supply chain context: a survey. Journal
Computers in Industri 53: 3–16.
Departemen
Perindustrian Republik Indonesia. (2008). The Report of Industry Sector
Development.
Vickery, S.K.,
Dröge, C., and Markland, R.E. (1996). Dimensions of manufacturing strength in
the furniture industry. Journal of Operations Management 15: 317-330.
Widodo, K.H.,
Nagasawa, H., Morizawa, K. dan Ota, M. (2003), Basic supply chain management
models in harvesting and delivering agricultural fresh products. Proceeding of
the 17th International Conference on Production Research, Blacksburg, Virginia,
USA: 1-18.
Widodo, K.H., Kusuma, P.T.W.W., and Arbita,
K.P.D. (2009). Pengembangan agroindustri cassava dari perspektif supply chain
yang berkelanjutan. Proceeding Seminar on Application and Research in
Industrial Technology (SMART) 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.