.

Jumat, 30 September 2016

Antibiotik dari Makhluk Hidung




Semakin hari, manusia modern semakin rentan terhadap penyakit dengan bakteri sebagai sumbernya. Banyaknya media penyebaran yang kita temui setiap hari memicu tubuh dengan sistem imun yang rendah untuk terjangkit dengan mudah.

Antibiotik atau antibakteri hadir sejak tahun 1930-an untuk melawan bakteri penyebab penyakit. Dosis yang tepat dengan anjuran dokter harusnya sudah pas untuk melumpuhkan bakteri dan menghentikan reproduksinya dalam organ tubuh yang terjangkit.

Namun, penggunaan ‘tanggung’ karena minimnya informasi dan terlena dengan gejala sakit yang mulai hilang, biasanya resep antibiotik tidak dihabiskan. Bakteri yang belum sepenuhnya mati akan bermutasi dan kebal akan dosis antibiotik yang dikonsumsi pasien. Bukannya sembuh tapi malah menumbuhkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Mutasi bakteri ini merupakan mimpi buruk bagi manusia, khususnya para staf medis. Masa efektif antibiotik juga akan berakhir jika bakteri sudah menunjukan resistensi pada jenis antibiotik tertentu dengan dosis maksimal. Pada tingkat ini, bakteri tersebut sudah disebut ‘superbug’.

Setelah teixobactin ditemukan awal 2015 lalu oleh sekumpulan peneliti dari University of Northeastern di Boston, AS, baru-baru ini para ilmuan dari University of Tuebingen, German, tidak mau kalah dengan mengemukakan adanya penemuan antibiotik baru yang dapat melawan superbug.

Berbeda dengan teixobactin yang diproduksi  Eleftheria terrae yang ditanam dalam tanah, sumber antibiotik ini tidak lain adalah bakteri yang hidup dalam hidung manusia.

Seperti dilansir oleh jurnal ilmiah Nature, Andreas Peschel, pemimpin penelitian tersebut mengatakan bahwa salah satu bakteri patogen penyebab beberapa penyakit, Stapphylococcus aureus, ternyata hidup dalam hidung 30% populasi dunia. Sedangkan bagi hidung manusia yang tidak ‘dihinggapi’ Stapphylococcus aureus ini bersemayam bakteri rivalnya.

Bakteri yang memiliki kode genetik lugdunin ini kemudian disebut dengan Stapphylococcus lugdunensis. Hasil riset mengemukakan keberhasilan Stapphylococcus lugdunensis dalam melawan infeksi Stapphylococcus aureus pada kulit dengan sampel percobaan tikus.

Infeksi sembuh dengan tidak meninggalkan bakteri penyebab sama sekali. Stapphylococcus lugdunensis ini juga dipercaya dapat menyembuhkan infeksi MRSA (Methicilin-resistant Stapphylococcus aureus) yang menyerang tulang, paru, bahkan jantung.

Tak diayal bahwa hasil riset ini membawa cahaya baru bagi dunia medis. Dengan ditemukannya satu sumber antibiotik baru dalam tubuh manusia membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut mengenai ribuan variasi bakteri yang tinggal dengan kita. Namun demikian akan memakan waktu lebih untuk melakukan uji coba nyata pada manusia yang terkena infeksi, dan mempatenkan antibiotik ini sebagai obat baru yang ampuh.





Daftar pustaka
  • Thompson, Avery. “The Superbug-Beating Antibiotics May Come From Your Nose”. 08 September 2016, pkl. 17.10.
  • “Jangan Sembarangan Mengonsumsi Antibiotik”. 08 September 2016, pkl. 17.20.
  • BBC. “Antibiotik jenis baru ditemukan dari persaingan bakteri hidung”. 08 September 2016, pkl. 17.40.
  • S, Deddy. “Sumber Antibiotik Ada di Hidung Kita”. 08 September 2016, pkl. 17.45.
  • Syah, Efran. “Apa yang Dimaksud Antibiotik? Apakah Aman?”. 08 September 2016, pkl. 17.45.
  • Wikipedia. “Antibiotik”. 08 September 2016, pkl. 17.50.
  • BBC. “25 Jenis Antibiotik Baru Ditemukan”. 08 September 2016, pkl. 20.21.
  • Wikipedia. “Teixobactin”. 08 September 2016, pkl. 20.27




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.