.

Sabtu, 24 September 2016

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS, PENGHANCUR DAN PENGAYAK SABUT KELAPA

Hari Purnomo ,Dian Janari
Jurusan Teknik Industri
Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang KM.14.4, Besi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

ABSTRAK  

Penggunaan serat alam sebagai bahan baku industri mempunyai beberapa kelebihan yaitu mudah didapatkan dengan harga yang murah, mudah diproses, densitasnya rendah, ramah lingkungan, dan dapat diuraikan secara biologi. Salah satu serat alam yang banyak terdapat di Indonesia yaitu serat sabut kelapa. Potensi sabut kelapa sangat besar, akan tetapi belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif karena kurangnya teknologi alat yang dapat memisahkan komponen-komponen buah kelapa. Tujuan penelitian ini adalah membuat mesin pengolah sabut kelapa tiga tahap dengan fungsi pengupas, penghancur sabut dan pengayak serat dalam satu konstruksi mesin menggunakan pendekatan ergonomi partisipatori. Hasil penelitian desain pengolah sabut kelapa dirancang dengan menggunakan penggerak mesin diesel 8 HP sebagai pengganti motor listrik, ukuran panjang pengayak 2m, menggunakan reducer UCF 50 untuk mengurangi kecepatan putaran menjadi 50 rpm, jaring pengayak dengan ukuran 2 cm agar pengayakan serat pendek menjadi lebih cepat, panjang handle dengan ukuran 11 cm, diameter handle dengan ukuran 3,5 cm dan tinggi handle dengan ukuran 140 cm. Rancangan mesin yang dibuat mampu mengolah 30 butir kelapa dengan waktu 43 menit atau sekitar 42 butir kelapa per jam.  
Kata kunci: Sabut kelapa, mesin pengolah sabut kelapa, ergonomi partisipatori.

PENDAHULUAN

Produk dengan bahan baku serat alam telah dikembangkan sebagai upaya pemanfaatan bahan alam yang memiliki nilai rendah menjadi bernilai tinggi. Penggunaan serat alam saat ini masih dimanfaatkan untuk bahan kerajinan dengan teknologi rendah dan harga murah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk dengan bahan dari serat alam. Pengembangan produk berbasis serat alam memiliki peluang sangat terbuka, karena serat alam memiliki kegunaan yang cukup luas (Syakir, 2011). Serat alam juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain mudah didapatkan dengan harga yang murah, mudah diproses, densitasnya rendah, ramah lingkungan, dan dapat diuraikan secara biologi (Kusumastuti, 2009). Serat alam yang sering dimanfaatkan oleh para pengrajin adalah serat sabut kelapa. Ketersediaan serat sabut kelapa yang melimpah dikarenakan Indonesia mempunyai total areal perkebunan kelapa mencapai 3,29 juta ha atau sekitar 31,2 % dari total areal perkebunan kelapa dunia (Prastowo et al., 2007). Jumlah produksi sebesar 15,5 milyar butir kelapa per tahun menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kelapa terbesar di dunia (Darmanto, 2011). Buah kelapa terdiri dari sabut, tempurung dan daging, dimana sabut kelapa merupakan bagian terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35% dari bobot buah kelapa (Bahtiar, 2012).

METODE PENELITIAN

A. Objek penelitian
Objek penelitian adalah rancang bangun mesin pengolah sabut kelapa tiga tahap yang merupakan kelanjutaan penelitian terdahulu. Rancang bangun mesin pengolah sabut kelapa yang dilakukan dengan menggabungkan tiga fungsi yaitu pengupas, penghancur sabut dan pengayak serat dalam satu konstruksi mesin. Pengupas sabut kelapa berfungsi untuk memisahkan sabut kelapa dari tempurungnya dan penghancur sabut kelapa berfungsi untuk meghancurkan cocofiber dengan cocopeat sedangkan pengayak berfungsi untuk memisahkan antara cocofiber dengan cocopeat.

B. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dan studi pustaka. Wawancara, dulakukan dengan mengajukan pertanyaan secara umum kepada pemakai tentang kebutuhan terhadap mesin pengolah sabut kelapa, sedangkan studi pustaka dilakukan dengan membaca dan mempelajari beberapa referensi sepertiliteratur, laporan penelitian dan tulisan ilmiah lain yang dapat mendukung penelitian. Studi pustaka ditujukan untuk membandingkan dan memperbaiki rancangan yang dibuat.

C. Proses perancangan
Perancangan mesin pengolah sabut kelapa dilakukan dengan beberapa tahapan proses perancangan yaitu : (1) Proses pengembangan konsep berbasis partisipatori. Pada tahap ini dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti ahli ergonomi, teknik mesin, pengguna, dan pekerja bengkel. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pengembangan konsep meliputi : (a) Pemilihan anggota tim partisipatori yang terdiri dari satu orang dari teknik mesin, ahli ergonomi, pengguna dan perwakilan dari bengkel, (b) Melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan anggota tim partisipatori untuk mempelajari konsep desain yang telah dibuat pada penelitian terdahulu, (c) evaluasi dan memperbaiki konsep desain hasil dari FGD, (d) Melakukan perbaikan konsep hingga mendapatkan desain konsep yang disetujui oleh seluruh tim partisipatori; (2) Proses perancangan konsep. Proses perancangan pada tahap ini, dilakukan dengan mempertimbangkan aspek antropometri sesuai dengan dimensi tubuh pengguna.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa rancangan mesin pengupas, penghancur dan pengayak sabut kelapa dirancang menggunakan penggerak mesin diesel 8 HP sebagai pengganti motor listrik, ukuran panjang pengayak 2 m, menggunakan reducer UCF 50 untuk mengurangi kecepatan putaran menjadi 50 rpm, menggunakan jaring pengayak dengan ukuran 2 cm agar pengayakan serat pendek menjadi lebih cepat, panjang handle dengan ukuran 11 cm, diameter handle dengan ukuran 3,5 cm dan tinggi handle dengan ukuran 140 cm. Rancangan mesin yang dibuat mampu mengolah dengan rerata 30 butir kelapa dalam waktu 43 menit. Dengan demikian dapat diketahui kapasitas produksi mesin pengolah sabut kelapa sekitar 42 butir kelapa per jam.

SARAN

Hasil penelitian ini disadari masih banyak kekurangan terutama pada dimensi pengayak dan peralatan yang digunakan. Saran peneliti terkait dengan keberlanjutan rancang bangun mesin pengolah sabut kelapa tiga tahap berbasis ergonomi partisipatori adalah :
a. Perlu dilakukan perbaikan terkait dengan ukuran pengayak yang terlalu panjang
b. Perlu dianalisis kembali proses pengupasan dengan mempertimbangkan kecepatan putar dan kualitas material.
c. Perlu ditinjau kembali ukuran alat secara keseluruhan disesuaikan dengan dimensi tubuh pekerja dengan memperkecil ukuran mesin.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bahtiar, A. D. M. (2012). Aplikasi Serat Serabut Kelapa Bermatrik Sagu dan Gliserol Sebagai Pengganti Kemasan Makanan Dari Stereofoam. Dibaca tanggal 30 Januari 2013. Tersedia di http://www.poltek-kediri.ac.id/
[2] Darmanto. (2011). Peningkatan Kekuatan Serat Serabut Kelapa Dengan Perlakuan Silane. Dibaca tanggal 30 Januari 2013. Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/
[3] Ferdinan. (2009). Perencanaan dan Pembuatan Mesin Pengurai Serabut Kelapa. Dibaca tanggal 15 juni 2012. Tersedia di. http://digilib.petra.ac.id/
[4] Ilmi, A. R. (2009). Rancang Bangun Pengupas Sabut pada Alat Pengolah Sabut Kelapa. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
[5] Imada, A. (2000). Participatory Ergonomics: a strategy for creating human-centred work. Journal of Science of Labour, 76 (3 Pt.2), 25-31.
[6] Kustaman, P. H. (2005). Analisis Respon Penawaran Ekspor Serat Sabut Kelapa Indonesia. Skripsi. Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.