.

Jumat, 23 September 2016

Fokus dan Tingkat Kewaspadaan Masinis





Pada era globalisasi seperti saat ini kebutuhan manusia akan transportasi amatlah penting, karena dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan masing-masing individu.
Berbagai alat transportasi yang dapat menunjang kebutuhan manusia diantaranya transportasi darat, laut, maupun udara. Dalam transportasi darat yang dapat menampung banyak penumpang adalah kereta api. Perusahaan milik pemerintah ini dikelola oleh PT. KAI. Perusahaan yang menjalankan bisnisnya dalam sektor jasa ini banyak membantu kebutuhan manusia dengan waktu tempuh yang cukup efisien dibandingkan dengan trasportasi darat lainnya.



Pada transportasi darat di jalan terbuka/open road, Desai & Haque (2006) berpendapat bahwa kecelakaan terjadi akibat dari penurunan tinkgat kewaspadaan. Tingkat kewaspadaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan monoton, tingkat kantuk, kelelahan (fatigue), distrkasi atau selingan dan keadaan psikofisiologi (keadaan dari dalam diri manusia dimana menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan sampai pada emosi yang dapat mengakibatkan konflik). Pada variabel tingkat kantuk terdapat 3 variabel indikator, yaitu ritme sirkadian, kualitas tidur dan waktu tidur. Dalam penelitian ini menggunakan variabel indikator kualitas tidur, mengingat pentingnya pengukuran kualitas tidur responden yang hanya memiliki waktu tidur kurang dari 8 jam per hari. Berbagai upaya telah dilakukan oleh PT. KAI dengan mengeluarkan sertifikat kelayakan guna meminimasi terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh SDM.

Karena jam kerja pada masinis cenderung monoton yang disebabkan oleh perjalanan yang lurus dan kosong tanpa hambatan menyebabkan konsentrasi masinis berkurang yang dapat menimbulkan rasa kantuk tiba-tiba. Berdasarkan dari hasil kusioner pendahuluan sebanyak 72% responden menyatakan bahwa waktu tidur hanya 6 –7 jam perhari, pernah mengalami rasa kantuk sebanyak 1 – 2 kali, merasakan ngantuk ketika 3 jam perjalanan, kewaspadaan menurun yang disebabkan oleh rasa kantuk, perjalanan yang dilalui sangatlah monoton. Kantuk merupakan faktor resiko terbesar dalam cidera yang serius dan kematian pada kejadian kecelakaan ketika mengemudi (Kaida.dkk, 2007).

Dari kelima faktor yaitu keadaan monoton, tingkat kantuk, keadaan psikofisiologi, distraksi dan kelelahan kerja mempengaruhi kemampuan kognitif pengemudi. Identifikasi variabel yang mempengaruhi masinis dan asisten masinis dalam mengemudikan kereta api merupakan suatu langkah untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan. Menurut Desai & Haque (2006) kecelakaan terjadi sebagai akibat dari menurunnya tingkat kewaspadaan. Variabel yang mempengaruhi tingkat kewaspadaan yaitu keadaan monoton, tingkat kantuk, psikofisiologi, distraksi dan kelelahan kerja. Pada variabel tingkat kantuk terdapat 3 variabel indikator, yaitu ritme sirkadian, kualitas tidur dan waktu tidur. Dalam penelitian ini menggunakan variabel indikator kualitas tidur, mengingat pentingnya pengukuran kualitas tidur responden yang hanya memiliki waktu tidur kurang dari 8 jam per hari.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh wiwik, dkk (2016) dapat disimpulkan bahwa masinis dan asisten masinis diantaranya:
  • Keadaan monoton memiliki pengaruh secara individual terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar -0,613 dan signifikansi sebesar 0,547 sedangkan untuk sesudah jam dinas sebesar 0,006 dan signifikansi sebesar 0,995.
  • Kualitas tidur berpengaruh secara individual terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar 1,172 dan signifikansi sebesar 0,256 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai - 0,694 dan signifikansi sebesar 0,496. Variabel kualitas tidur merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas dengan memiliki nilai standar koefisien sebesar 0,271.
  •  Keadaan psikofisiologi berpengaruh secara individu terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar -0,707 dan signifikansi sebesar 0,488 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai sebesar 0,934 dan signifikansi sebesar 0,362.
  • Distraksi berpengaruh secara individu terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar - 0,216 dan signifikansi sebesar 0,831 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai sebesar -2,015 dan signifikansi sebesar 0,058.
  •  Kelelahan kerja berpengaruh secara individu terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar -0,725 dan signifikansi sebesar 0,477 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai sebesar 1,237 dan signifikansi sebesar 0,231.

Berdasarkan hasil penelitian diatas pengaruh keadaan monoton, kualitas tidur, keadaan psikofisiolois, distraksi, dan kelelahan kerja berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi masinis dan asisten masinis. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa setiap variabel memiliki besar pengaruh yang  bervariasi. Berdasarkan  uji  t,  sebelum  bekerja, variabel Independen yang berpengaruh paling besar adalah   kualitas   tidur,   yaitu   sebanyak   27,1%. Sedangkan    ketika    sesudah   bekerja,    variabel independen   yang   paling   berpengaruh   adalah kelelahan kerja sebanyak 25,5%. Nilai tersebut dilihat dari nilai standardization coefficient (Beta) terbesar diantara  variabel  independen  lain.  Untuk  sisanya merupakan faktor –faktor yang lain.

Daftar pustaka

Budiawan, Wiwik; Prastawa, Heru; Kusumaningsari, Aldisa;  Novita, Sari Diana. (2016). PENGARUH MONOTON, KUALITAS TIDUR, PSIKOFISIOLOGI, DISTRAKSI, DAN KELELAHAN KERJA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN. JURNAL TEKNIK INDUSTRI. Volume 11, No. 1. Januari. Diunduh pada 22 september 2016 dari http://id.portalgaruda.org/?ref=search&mod=document&select=title&q=PENGARUH+MONOTON%2C+KUALITAS+TIDUR%2C+PSIKOFISIOLOGI%2C+DISTRAKSI%2C+DAN+KELELAHAN+KERJA++TERHADAP+TINGKAT+KEWASPADAAN&button=Search+Document








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.