SISTEM PERANCANGAN BANGUNAN GREEN BUILDING
A.
PENDAHULUAN
Pembangunan berkelanjutan di Indonesia sudah mulai
didengungkan sejak tahun1992 ditandai dengan keikutsertaan Indonesia dalam Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brazil. Pembangunan berkelanjutan
memiliki 3 pilar, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan pembangunan
lingkungan yang dijadikan dasar Indonesia untuk mempertahankan pembangunan
ekonomi yang setara/adil dan pembangunan sosial dan layak dengan pembangunan
lingkungan. Pembangunan berkelanjutan dimaksudkan untuk mengurangi munculnya
isu terjadinya efek rumah kaca, pemanasan global dan perubahan iklim, termasuk
isu tentang krisis sumberdaya alam dan krisis energi. Oleh karena itu hampir
semua sektor menerapkan gerakan-gerakan pembangunan hijau seperti green
economy, green industry, green construction dan juga green architecture.
Green Building saat ini
menjadi isu yang sangat penting mengingat pembangunan di Indonesia yang semakin
pesat dan kebutuhan akan energi yang terus meningkat. Green Building juga
merupakan salah satu komponen dalam mendukung pembangunan rendah karbon yakni
melalui kebijakan dan program peningkatan efisiensi energi, air dan material
bangunan serta peningkatan penggunaan teknologi rendah karbon (Yuwono, 2012).
Penerapan Green Building bukan saja memberikan manfaat secara ekologis,
tetapi juga bernilai ekonomis, karena dapat menurunkan biaya operasional dan
perawatan gedung.
Green building atau bangunan
ramah lingkungan saat ini sedang menjadi isu penting dalam pembangunan di
Indonesia. Pembangunan berkonsep green building harus menerapkan prinsip
lingkungan mulai dari perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan
pengelolaannya.
Green building adalah ruang
untuk hidup dan kerja yang sehat dan nyama sekaligus merupakan bangunan yang
hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan penggunaan yang dampak
terhadap lingkungannya sangat minim.
Konsep Green Building bukan hanya diterapkan
untuk bangunan besar seperti gedung-gedung perkantoran dan sejenisnya, tetapi juga
sudah diterapkan mulai dari bangunan rumah tinggal dan fasilitas umum lainnya,
termasuk fasilitas pendidikan. Green Building merupakan bagian dari
penerapan Green Campus. Seiring dengan perkembangan teknologi dan
informasi, pelaksanaan Green Campus sudah mulai diterapkan di berbagai
Institusi pendidikan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan Green Buliding
- Bagaimana
pengunaan energi matahari sebagai alternatif energi listrik?
- Bagaimana
konstruksi dan material rumah ramah lingkungan?
- Bagaimana
rumah tinggal dan kebutuhan energi di Indonesia?
C. PEMBAHASAN
1. Definisi Green
Building
Green building (juga dikenal
sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada
struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan
tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran,
dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek,
insinyur, dan klien di semua tahapan proyek. Praktik Green Building memperluas
dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya
tahan, dan kenyamanan.
Green construction ialah sebuah gerakan
berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan,
efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan
konstruksi hijau ini juga identik dengan sustainbilitas yang mengedepankan
keseimbangan antara keuntungan jangka pendek terhadap resiko jangka
panjang,dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan masa depan.
2. Konsep Green
Building
Konsep pembangunan
berkelanjutan dapat ditelusuri dengan energi (minyak terutama fosil) krisis dan
pencemaran berwawasan lingkungan pada tahun 1970. Gerakan green
building di Amerika Serikat berasal dari kebutuhan dan keinginan untuk
lebih hemat energi dan ramah
lingkungan konstruksi praktek.
Aplikasi dari konstruksi hijau
pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa desain konstruksi yang memperoleh penghargaan sebagai desain bangunan yang hemat energi, dimana sistem bangunan yang
didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan tata
udara. Selain itu berbagai terobosan baru dalam dunia konstruksi juga
memperkenalkan berbagai material struktur yang saat ini menggunakan limbah
sebagai salah satu komponennya.
Pemakaian material/bahan
bangunan yang banyak digunakan seperti kaca, beton, kayu, asphalt, baja dan
jenis metal lainnya ditengarai dapat menimbulkan efek pemanasan global yang
signifikan dan menyebabkan perubahan iklim di dunia. Empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangungreen building yaitu:
Material
Material yang digunakan untuk
membangun haruslah diperoleh dari alam, merupakan sumber energi terbarukan yang
dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara lokal
untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan material bangunan yang layak
sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang,
mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.
Energi
Penerapan panel surya diyakini
dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu, bangunan selayaknya
dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi (terutama untuk lampu
serta AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk mengurangi
pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan
produktivitas penghuninya. Green building juga harus menggunakan lampu hemat
energi, peralatan listrik hemat energi lain, serta teknologi energi terbarukan
seperti turbin angin dan panel surya.
Air
Penggunaan air dapat dihemat
dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini akan mendaur ulang air
yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet.
Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak
menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet flush hemat air atau
toilet kompos tanpa air, dan memasang sistim pemanas air tanpa listrik.
Kesehatan
menggunakan bahan-bahan bagunan dan
furnitur yang tidak beracun serta produk yang dapat meningkatkan kualitas udara
dalam ruangan, untuk mengurangi resiko penyakit asma, alergi, dan penyakit lainnya.
1. Penggunaan
Energi Matahari
Sinar dari matahari dapat
diubah menjadi energi listrik menggunakan komponen yang disebut sel surya. Sel
surya merubah sinar matahari menjadi arus listrik DC. Arus yang dihasilkan
sebanding dengan intensitas sinar matahari yang diterima dan juga sebanding
dengan luas permukaan dari sel surya yang terpapar sinar matahari.
Para ahli telah berhasil
memanfaatkan prinsip dari sel surya dengan menciptakan panel surya yang dapat
digunakan sebagai atap rumah. Dengan pesatnya kemajuan teknologi, para ilmuwan
juga telah menciptakan panel surya yang mampu berputar untuk menyesuaikan posisinya
mencari intensitas matahari yang tertinggi. Profesor Michael Gratzel dari
Lausanne Federal Technology Institute juga telah berhasil menemukan sel surya
murah yang bisa digunakan membangun jendela yang menghasilkan listrik dengan
efisiensi yang tinggi.
Peralatan pendukung untuk bisa
memanfaatkan energi matahari sebagai pengganti listrik dari PLN, antara lain
adalah controller (pengatur pengeluaran daya dari sel surya), inverter untuk
merubah arus DC menjadi arus AC karena peralatan elektronik rumah tangga
sebagian besar menggunakan sumber arus AC, dan baterai yang berguna untuk
menyimpan energi yang dihasilkan sel surya pada siang hari agar bisa
dimanfaatkan oleh penghuni rumah pada malam hari.
2. Konstruksi
Dan Material Rumah Ramah Lingkungan
Kampanye green
technology juga telah membuat para arsitektur maupun teknokrat
dibidang konstruksi untuk melakukan berbagai inovasi untuk merancang konstruksi
bangunan dan memilih material bangunan yang sesuai dengan prinsip ramah
lingkungan. Sebagai contoh, berbagai instansi telah banyak mengadakan lomba
desain rumah indah, sederhana, hemat, dan ramah lingkungan.
Terdapat banyak aspek yang
harus diperhatikan ketika merancang sebuah rumah. Berikut ini adalah berbagai
contoh yang telah ditawarkan oleh para arsitektur yang peduli akan
lingkungannya. Pertama, kita bisa meniru konsep rumah pangung. Dengan
adanya jarak antara tanah dengan lantai, maka area tanah dibawah lantai
masih bisa berfungsi untuk penyerapan air. Hal ini bisa bermanfaat untuk
mengurangi banjir. Kedua, harus diperhatikan masalah pencahayaan. Jika rumah
mempunyai titik-titik masuknya cahaya yang cukup, maka akan mengurangi
penggunaan lampu pada siang hari. Selanjutnya yang ketiga adalah masalah
ventilasi, jika pertukaran udara di rumah cukup, maka akan mengurangi
penggunaan AC maupun kipas angin, ditambah lagi jika rumah mempunyai ruang
terbuka maka udara yang keluar masuk rumah akan lebih bersih begitupun
suhu udara akan menjadi lebih rendah. Masalah sanitasi juga harus diperhatikan,
misalnya perancangan saluran pembuangan air dan penempatan tempat sampah
organik maupun anorganik.
Setiap gedung atau suatu
konstruksi dipastikan memiliki design yang berbeda-beda, tentunya dalam prinsip
Green Building design haruslah meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya
pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang berkonsepkan ramah
lingkungan.Tentunya hal itu menjadi tantangan utama para ahli Green Building
untuk membuat design yang cocok pada kondisi eksternal internal lingkungan
sekitarnya.
Pemilihan material/bahan
bangunan yang ramah lingkungan
Penggunaan bau alam, batu
bata, gypsum, dan alumunium serta baja ringan pun menjadi piliha yang tepat.
Karena selain ramah lingkungan tapi juga mampu menunjang ketahanan bangunan dan
tentunya healthy conditional.
Pembuatan peraturan-peraturan
yang sah dalam penerapan green construction
Di Indonesia saat ini , wacana
konstruksi hijau mulai tampak pada penerapan beberapa proyek seperti proyek
ruas jalan tol bandara yang dikerjakan oleh PT. Pembangunan Perumahan dan
proyek Rusunami oleh PT Perumnas. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada
payung hukum yang menaungi penerapan konstruksi hijau di Indonesia apa lagi
sejumlah insentif yang akan diberikan pada pelaksanaan proyek yang menerapkan
konsep konstruksi hijau.
Penataan kota untuk
mewujudkan konsep green building
Green Building pastinya harus
membuat suatu area yang di tempatinya menjadi daerah yang asri dan ramah
lingkungan. Oleh karena itu diperlukan tata kota yang tepat jika kita ingin
membuat suatu Green Building di Indonesia. Letak tata kota yang sesuai dengan
keseimbangan ekosistem lingkungan, jangan sampai pembuatan Green Building malah
merusak area hijau, atau siklus udara dan hidrologi yang dipengaruhi oleh
hilangnya area resapan air. Untuk di daerah Indonesia sendiri, bila kita ambil
contoh jakarta mungkin pembangunan Green Building susah untuk dilaksanakan,
dikarenakan tata letak kota jakarta yang memang sudah padat untuk
bangunan-bangunan bersifat kepentinan komersial ataupun bangunan hunian tempat
tinggal.
Pembiayaan serta perawatan
green building
Tidak mudah merawat suatu
gedung atau bangunan apalagi bangunan dengan konsep Green Building,
yang harus mempertahankan manfaatnya untuk lingkungan sekitar.
Faktor kesehatan
Menggunakan material &
produk-produk yang non-toxic akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan,
dan mengurangi tingkat penyakit asma,
3. Rumah
Tinggal Dan Kebutuhan Energi
Indonesia adalah sebagai negara
yang seluruh wilayahnya dikawasan equator, merupakan keuntungan namun juga
menjadi suatu kerugian yang sangat besar. Sebagai keuntungan, karena sebenarnya
iklim tropis membuat kekayaan alam semakin berlimpah, namun menjadi kerugian
karena iklim tropis menjadikan tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata
200-250 W/m2 selama setahun atau 850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini
menyebabkan suhu permukaan akan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia.
Irradiance yang sangat besar ini bisa dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi
yang luar biasa atau juga bisa menjadi kendala yang sangat besar sebab dengan
tingginya suhu permukaandi kawasan Indonesia, akan dibutuhkan energi yang besar
pula untuk menyejukan rumah. (Daryono, 2008) Pada kenyataannya kondisi iklim
tropis di Indonesia sering dianggap sebagai masalah.
Tidak tercapainya
kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal, membuat berputus asa dalam mencari
penyebabnya. Dan umumnya langsung dicarikan solusi atau dikatakan sebagai jalan
pintas, dengan penggunaan alat pengkondisian udara atau air conditioner (AC).
Prinsip kerja AC memang menurunkan suhu udara untuk penyegaran ruang. Prinsip
kerja ini yang diakui dapat menjamin kenyamanan ruang. Namun apabila
diperhatikan dengan seksama sebenarnya penggunaan AC adalah pemborosan energi
yang berasal dari sumber daya yang tidak terbaharukan (non-renewable
resources). Dan proses kerja AC akan menghasilkan zat emisi karbon CFC
(klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek rumah kaca dan merusak lapisan
ozon. (Frick, 2006) Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar
matahari secara langsung.
Dinding dapat dibayangi oleh
pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal panas. Langit-langit
umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya
(Satwiko, 2005). Desain sadar energi (energy conscious design) merupakan
salah satu paradigma arsitektur yang menekankan pada konservasi lingkungan
global alami khususnya pelestarian energi yang bersumber dari bahan bakar tidak
terbarukan (non renewable energy) dan yang mendorong
pemanfaatan energi terbarukan(renewable energy). Dalam desain sadar
energi mutlak diperlukan pemahaman kondisi dan potensi iklim setempat untuk
mempertimbangkan keputusan-keputusan desain yang akan berdampak pada konsumsi
energi baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap operasional bangunan.
Pada skala lingkungan mikro,
fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan.
Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk
mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi
penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko,
2003).
D. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Green building (juga dikenal
sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada
struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan
tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran,
dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek,
insinyur, dan klien di semua tahapan proyek.
Energi matahari sebagai
alternatif energi selain BBM & MIGAS dapat diterapkan dalam membangun rumah
yang hemat energi dalam bentul panel surya untuk atap maupun dalam bentuk sel
gratzel yang bisa digunakan sebagai jendela.
Tingginya biaya instalasi panel
surya dapat diatasi jika ada kemauan dari pihak pemerintah misalnya dengan
memberikan subsidi, sosialisasi besar-besaran mengenai keuntungan penggunaan
sel surya, serta kemauan dari pihak industri bersama teknokrat untuk
menciptakan sel surya yang murah dan efisien.
Pada skala lingkungan mikro,
fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan.
Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk
mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi
penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari
Pemilihan material untuk
membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek keramah-tamahan
lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. gunakanlah sumber daya
yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material
bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya
adalah material alami yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah
untuk diperbarui kembali. Selanjutnya bisa menggunakan kembali material
bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah atau material sisa
bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.
Perancangan rumah yang hemat
energi dan ramah lingkungan harus memperhatikan aspek kecukupan cahaya,
ventilasi, dan sanitasi.
Sebaran penggunaan energi dalam
rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan atau penyegaran udara
dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk menjadi
fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang
penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan
kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi
dengan alam.
Pemilihan bahan material untuk
bangunan hendaknya juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan.
B. SARAN
Perlunya kesadaran dari tiap
keluarga maupun pengembang/kontraktor agar memperhatikan aspek hemat energi dan
ramah lingkungan ketika merancang sebuah bangunan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. et al (2012).
Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Bandung: Rizqy Press.
Sulistiyowati.(2009).Pengelolaan
Bangunan Ramah Lingkungan.Jakarta: Kementrian Negara Lingkungan Hidup.
http://eprints.undip.ac.id/43059/1/bab_1.pdf
http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/viewFile/90/87
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.