Oleh : Yuliani Mardikawati
Sadar kah kalian, kalau melihat antrean
kendaraan di pom bensin sampai mengular, apalagi saat akan ada kenaikan harga,
terlihat betapa minyak bumi masih menjadi andalan bangsa ini, baik digunakan
untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga.
Padahal untuk menutupi kebutuhan stok minyak
bumi dan gas, sejak 2008, kita sudah menjadi pengimpor bahan keduanya. Hal itu
dilakukan sebab kebutuhan yang tak sebanding dengan pencapain yang dihasilkan
oleh kilang minyak yang kita miliki.
Kilang yang kita miliki tak pernah diperbarui,
sehingga lifting, perolehan bbm ke permukaan, tak pernah mencapai target yang
diinginkan.
Situasi ini memang tak bisa terus dibiarkan
sebab secara hitung-hitungan, negeri ini memiliki banyak energi baru, baik
terbarukan atau tidak yang bisa menjadi sumber energi alternatif setelah
berkurangannya atau bahkan habisnya energi fosil.
Walau menjadi tulang punggung kebutuhan energi
nasional, tapi pada saatnya kelak, sumber energi dari alam ini akan habis juga.
Artinya, ketersediaannya tidak bisa diperbarui. Adanya energi terbarukan
menjadi peluang untuk menjadi penggantinya.
Lalu, apa yang di maksud dengan nergi
terbarukan?
Energi terbarukan energi yang berasal dari
"proses alam yang berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin,
arus air proses biologi, dan panas bumi. Dari definisinya, semua energi
terbarukan sudah pasti juga merupakan energi berkelanjutan, karena senantiasa
tersedia di alam dalam waktu yang relatif sangat panjang sehingga tidak perlu
khawatir atau antisipasi akan kehabisan sumbernya.
Menurut berita yang di update oleh Kementrian
ESDM, Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar
diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80
kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW. Data potensi EBT
terbaru disampaikan Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam
acara Focus Group Discussion tentang SupplyDemand Energi Baru Terbarukan yang
belum lama ini diselenggarakan Pusdatin ESDM.
Saat ini pengembangan EBT mengacu kepada
Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres
disebutkan kontribusi EBT dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025
adalah sebesar 17% dengan komposisi Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%,
Biomasa, Nuklir, Air, Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang dicairkan
sebesar 2%. Untuk itu langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah adalah
menambah kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW
pada tahun 2025, kapasitas terpasang Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas
terpasang angin (PLT Bayu) sebesar 0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada
tahun 2024, dan nuklir 4,2 GW pada tahun 2024. Total investasi yang diserap
pengembangan EBT sampai tahun 2025 diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD.
Tidak hanya itu, masih banyak lagi energi
terbarukan yang sudah mulai diusulkan dan sudah dijadikan bahan penelitian dan
jurnal. Contoh contohnya adalah
1.
POTENSI ENERGI ARUS LAUT UNTUK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI KAWASAN PESISIR
FLORES TIMUR, NTT
Pada Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
Vol. 3, No. 1, Hal. 13-25, Juni 2011 yang di buat oleh Ai Yuningsih dan Achmad
Masduki Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan No.
236 Bandung 40174, Fax. 022-601788 e-mail: yuningsih_ai@yahoo.com menunjukan
bahwa Indonesia dengan total luas lautan hampir 8 juta km2 berusaha untuk
meningkatkan inventarisasi sumberdaya non hayati dimana salah satunya berupa
potensi energi arus laut. Pembangunan pembangkit listrik tenaga arus laut ini
sudah dapat di bangun di sekitar Pelabuhan Tanah Merah sampai ke Tanjung
Gonsales. Lokasi ini cukup memenuhi syarat karena morfologi relatif landai
dengan kedalaman ±20 meter, jarak dari lokasi ke perumahan penduduk tidak terlalu
jauh dan masih dilalui arus cukup kuat.
2.
KAJIAN KEBIJAKAN ENERGI BIOMASSA KAYU BAKAR
Pada jurnal yang di buat oleh Agustinus P.
Tampubolon terbukti bahwa Peningkatan pemanfaatan energi biomassa, khususnya
kayu bakar, dalam rangka diversifikasi energi sejalan dengan Kebijakan Energi
Nasional dan sangat strategis untuk mewujudkan ketahanan energi Indonesia.
Meskipun kontribusinya hanya 0,766% dari total konsumsi energi nasional pada
proyeksi tahun 2025 namun dapat memenuhi sekitar 80% kebutuhan energi mayoritas
penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan
3.
Optimalisasi Energi Terbarukan pada Pembangkit Tenaga Listrik dalam
Menghadapi Desa Mandiri Energi di Margajaya
Jurnal yang disusun oleh ARIF FEBRIANSYAH
JUWITO, SASONGKO PRAMONOHADI, T. HARYONO telah membuktikan bahwa simulasi yang
dilakukan terhadap model sistem pembangkit hybrid yang terdiri dari sistem
mikrohidro, PV Array, biomassa dan grid yang berdasarkan hasil optimisasi
energi terbarukan untuk pembangkit listrik hybrid dapat memenuhi kebutuhan
energi listrik di Desa Margajaya. Sistem hybrid dengan konfigurasi yang optimal
terdiri dari sistem mikrohidro, biomassa dan grid. Sistem optimal menunjukkan
bahwa energi listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke grid (PLN), sehingga
dapat menjadi pemasukan kas di Desa Margajaya.
Kesimpulan dari artikel ini adalah energi terbarukan sangan penting untuk memenuhi ebutuhan energi dimasa mendatang. perlu banyak perkembangan untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan ini.
Kesimpulan dari artikel ini adalah energi terbarukan sangan penting untuk memenuhi ebutuhan energi dimasa mendatang. perlu banyak perkembangan untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan ini.
DAFTAR PUSTAKA :
Yuningsih Ai dan Masduki Ahmad. 2011. POTENSI ENERGI ARUS LAUT UNTUK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
DI KAWASAN PESISIR FLORES TIMUR, NTT
P. Tampubolon Agustinus. - KAJIAN KEBIJAKAN ENERGI BIOMASSA KAYU BAKAR
Febrianyah Juwito Arif, Pramonohadi Sasongko, dan Haryono.T. 2012. Optimalisasi Energi Terbarukan pada Pembangkit Tenaga Listrik dalam
Menghadapi Desa Mandiri Energi di Margajaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.