ANALISIS PENGGUNAAN WAKTU KERJA DAN BEBAN KERJA KARYAWAN
Latar
Belakang Masalah
Beberapa tahun yang lalu pemerintah telah
menggulirkan program reformasi birokrasi. Diantara tujuan penting yang hendak
dicapai dari program tersebut adalah menjadikan negara yang memiliki birokrasi
yang bersih, mampu, dan melayani, meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat, meningkatkan mutu dari pelaksanaan kebijakan/program instansi,
meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam pelaksanaan semua segi tugas
organisasi. Reformasi Birokrasi dimulai dari penataan kelembagaan dan
sumberdaya manusia (SDM) aparatur. Konsekuensi yang nyata dari reformasi
birokrasi tersebut adalah institusi atau organisasi harus menunjukkan kinerja
yang baik termasuk persoalan efisiensi dan efektifitas kerja. Pengelolaan
organisasi yang efektif dan efisien dapat dilakukan di seluruh bidang termasuk
bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM). (Syamsul Anwar,
2015)
Landasan
Teori
Perencanaan
Sumber Daya Manusia
Fokus
perhatian dari perencanaan sumber daya manusia
(SDM) ialah langkah-langkah tertentu yang diambil
oleh manajemen guna lebih menjamin bahwa bagi
organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki
berbagai kedudukan, jabatan, dan pekerjaan
yang tepat pada waktu yang tepat.(Siagian,2009). Perencanaan
sumber daya manusia merupakan proses pengambilan
keputusan dalam menyewa dan menempatkan staf dalam
perusahaan. (Mangkuprawira, 2003). Manfaat perencanaan SDM
antara lain
organisasi dapat memanfaatkan SDM yang
sudah ada dalam organisasi secara lebih baik, melalui
perencanaan SDM yang matang maka produktivitas
kerja dari tenaga yang sudah ada dapat ditingkatkan,
perencanaan SDM berkaitan dengan penentuan
kebutuhan akan tenaga kerja di masa
depan, baik dalam arti jumlah dan
kualifikasinya untuk
mengisi berbagai jabatan dan menyelenggarakan berbagai aktivitas baru kelak.
(Siagian, 2009 dalam Syamsul Anwar, 2015)
Tujuan dari pengamatan ini adalah:
1.
Mampu melakukan pengukuran kerja dengan metode
Work sampling
(Sampel Kerja).
2.
Dapat menghitung presentasi jam operasi pekerja dan
jam menganggur (idle) pekerja dalam suatu
lingkungan kerja.
3. Mampu
menghitung waktu normal dan waktu baku sesuai dengan waktu observasi yang diperoleh
4.
Mampu melakukan perbaikan kerja dalam metode
perancangan dan pengukuran kerja.
Analisis
Pekerjaan
Analisis
pekerjaan usaha yang sistematik dalam mengumpulkan,
menilai, dan mengorganisasikan
semua jenis pekerjaan yang terdapat
dalam suatu organisasi.
(Siagian, 2009) Analisis pekerjaan atau jabatan dilakukan sebab informasi tersebut
dapat menjadi landasan untuk mencocokkan pekerjaan dengan petugas, untuk mengetahui beban kerja
yang dilakukan, untuk mengetahui kemungkinan berbagai hambatan yang ditemui para pelaksana,
dan menjadi landasan dalam pelaksanaan keseluruhan kegiatan MSDM dalam upaya memenuhi
fungsinya. (Hariandja, 2002 dalam Syamsul
Anwar, 2015)
Beban
Kerja
Beban
kerja menunjukkan intensitas suatu tugas atau
pekerjaan. Perubahan beban kerja akan cendrung merubah
tingkatan tekanan (stress), tepatnya mempengaruhi
kinerja karyawan. (Shah, 2011). Beban kerja merupakan
konsekuensi dari pelaksanaan aktivitas yang
diberikan kepada seseorang/ pekerja. (Simanjuntak,
2010). Beban
kerja merujuk kepada parameter waktu, artinya adalah persentase
penggunaan waktu
kerja efektif yang digunakan pekerja selama jam
kerjanya. Beban kerja merupakan
faktor penting
dalam menetapkan kebijakan MSDM di dalam sistem,
misalnya perencanaan kebutuhan
karyawan.
(Niebel,2002).Beban kerja tidak hanya menghitung
waktu untuk kerja produktif tetapi juga
termasuk aspek
manusia seperti kelelahan, kebutuhan pribadi,
dan hambatan yang tidak bisa dihindari.
Faktor ini
dinamakan allowance. (Barnes, 1980). Beban
kerja yang dibebankan kepada karyawan
dapat terjadi
dalam tiga kondisi :
Pertama, beban
kerja sesuai standar.
Kedua, beban
kerja yang terlalu tinggi(over capacity).
Ketiga, beban
kerja yang terlalu rendah (under capacity).
Beban
kerja yang terlalu berat atau ringan akan berdampak terjadinya inefisiensi
kerja. Beban kerja yang terlalu ringan berarti
terjadi kelebihan tenaga kerja. Kelebihan ini menyebabkan
organisasi harus menggaji jumlah karyawan
lebih banyak dengan produktifitas yang sama
sehingga terjadi inefisiensi biaya. Sebaliknya,jika terjadi kekurangan tenaga
kerja atau banyaknyapekerjaan dengan jumlah karyawan yang dipekerjakan sedikit,
dapat menyebabkan keletihan fisik maupun psikologis
bagi karyawan. Akhirnya karyawan pun menjadi
tidak produktif karena terlalu lelah.
METODE
PENELITIAN
a. Pengukuran Waktu Pengukuran Waktu kerja
(Time Study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu
kerja yang diperlukan oleh seorang operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
(Niebel, 1988). Pengukuran waktu secara garis besar terdiri dari 2 jenis, yaitu
pengukuran waktu langsung dan pengukuran waktu tidak langsung. (Wignjosoebroto,
2000 dalam Rinawati dkk).
b. Pengukuran pendahuluan Pengukuran
pendahuluan merupakan hal yang harus dilakukan untuk mengetahui berapa kali
pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang
diinginkan. Setelah pengukuran tahap pertama dilakukan, selanjutnya dilakukan
uji keseragaman data, perhitungan jumlah pengukuran yang diperlukan, dan bila
jumlah belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap kedua
dan seterusnya sampai pengukuran mencukupi tingkat ketelitian dan keyakinan
yang dikehendaki. (Rinawati dkk).
Hasil dan Pembahasan
Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh
seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam
melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang
normal. Tujuan pokok
dari aktivitas ini, berkaitan erat dengan usaha menetapkan
waktu standar. Secara historis dijumpai dua macam pendekatan didalam menentukan
waktu standar ini,yaitu pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan
pendekatan dari atas ke bawah (top-down).
Pendekatan bottom-up dimulai
dengan mengukur waktu dasar (basic time) dari suatu elemen kerja,
kemudian menyesuaikannya dengan tempo kerja (rating performance) dan
menambahkannya dengan kelonggaran-kelonggaran waktu (allowances time)
seperti halnya kelonggaran waktu untuk melepas lelah, kebutuhan personal, dan
antisipasi terhadap delays. Pendekatan dari atas kebawah (top-down)
banyak digunakan dalam berbagai kontrak dengan para pekerja, dimana
waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan
kualifikasi tertentu untuk melakukan suatu pekerjaan yang bekerja dalam kondisi
biasa, digunakan untuk menentukan besarnya jumlah insentif yang harus dibayar
pada pekerja diatas upah dasarnya. Apapun definisi yang digunakan, pendekatan
yang dipakai untuk menghitung waktu standar biasanya adalah pendekatan bottom-up.
Untuk menjelaskan prosedur penentuan waktu standar dengan pendekatan bottom-up maka
terlebih dulu perlu dipahami beberapa definisi sebagai berikut:
§ Waktu normal (normal time), yaitu waktu
rata-rata yang dibutuhkan operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan
dalam kondisi kerja biasa dan bekerja dalam kecepatan normal, dalam hal ini
tidak termasuk waktu longgar untuk kebutuhan pribadi dan waktu tunggu yang
mungkin akan sangat penting jika pekerjaan tersebut dilakukan selama 8 jam
§ Kecepatan normal (normal pace), yaitu
rata-rata kecepatan operator yang terlatih dan bekerja secara
bersungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan selama 8 jam dalam satu hari.
§ Waktu aktual (actual time), yaitu waktu yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang didapatkan
secara langsung dari hasil pengamatan.
§ Kelonggaran (allowance time), yaitu sejumlah
waktu yang ditambahkan dalam waktu normal untuk memenuhi kebutuhan pribadi,
waktu-waktu tunggu yang tak dapat dihindari, dan kelelahan.
Kesimpulan
Penelitian ini
telah mengukur tingkat penggunaan waktu
kerja dan beban kerja karyawan. Secara
keseluruhan
rata-rata penggunaan waktu kerja karyawan sebesar
81% yang sudah mencapai nilai optimal. Beban kerja
rata-rata karyawan sebesar 0,92 yang hampir mencapai
nilai ideal 1. Unit kerja A diusulkan untuk ditambah
sebanyak 1 orang karyawan sedangkan unit kerja E
diusulkan untuk dikurangi 1 orang karyawan. Pemindahan
karyawan dari unit E ke unit A akan membuat tingkat
beban kerja antar unit kerja akan menjadi lebih seimbang.
Tingkat beban kerja karyawan dapat berubah suatu
waktu, misalnya terjadi perubahan deskripsi kerja ataupun
terjadi peningkatan dan penurunan jumlah mahasiswa
yang cukup signifikan. Untuk itu tingkat beban kerja
perlu dievaluasi secara periodik.
Daftar Pustaka :
Syamsul Anwar1,
Jasjrit2,program,Program Studi Sistem Produksi Industri, Akademi Teknologi
Industri Padang,Analisis Penggunaan Waktu Kerja Dan Beban Kerja Karyawan Dengan
Pendekatan Sampling Di PT X, Juli 2015, https://www.researchgate.net/profile/Syamsul_Anwar2/publication/280485421_Analisis_Penggunaan_Waktu_Kerja_dan_Beban_Kerja_Karyawan_dengan_Pendekatan_Sampling_Pekerjaan_di_PT_X/links/55b6005c08ae092e9655ab8d/Analisis-Penggunaan-Waktu-Kerja-dan-Beban-Kerja-Karyawan-dengan-Pendekatan-Sampling-Pekerjaan-di-PT-X.pdf
Nevi Viliyanti Febriyana,
Endah Rahayu Lestari, Sakunda Anggarini, Teknologi Industri
Pertanian.FTP-Universitas Brawijaya, Analisis Pengukuran Waktu Dengan Metode
Pengkuran Secara Tidak Langsung Pada Bagian Pengemasan Di PT JAFRA COMFEED
INDONESIA TBK, Vol 4, No 1, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=371500&val=8331&title=ANALISIS%20PENGUKURAN%20WAKTU%20KERJA%20DENGAN%20METODE%20PENGUKURAN%20KERJA%20SECARA%20TIDAK%20LANGSUNG%20PADA%20BAGIAN%20PENGEMASAN
Dyiah Ika Rinawati, Diana
Puspitasari, Fatrin Muljadi, Program Studi Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,Penentuan
Waktu Dan Jumlah Tenaga Kerja Optimal Pada Produksi Batik Cap (Studi Kasus: IKM
Batik Saud Effendy, Laweyan), J@TI UNDIP Vol VII, No 3, September 2012, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/4536/4136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.