.

Sabtu, 07 Oktober 2017

LEADERSHIN & CHANGE MANAGEMENT

LEADERSHIP & CHANGE MANAGEMENT
Nama : Muhammad Ainun Na’im
NIM : 41616110003
Universitas Mercu Buana

Pendahuluan

Leadership dan change management meurupakan hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Semua kegiatan yang ada salam sebuah perusahaan yang begitu kompleks membutuhkan seseorang pemimpin yang mampu manjalankan semua kegiatan untuk dapat beroperasi. Masalah umum yang dihadapi oleh sebuah perusahaan diantaranya :

1.      Kesulitan dalam memperkirakan ketersediaan barang dagangan sesuai dengan permintaan customer
2.      Kesulitan untuk memastikan ketersediaan material untuk melakukan prodksi
3.      Kesulitan untuk menentukan jadwal produksi yang sangat padat
4.      Kesulitan untuk memaintain atau mengelola kapasitas produksi
5.      Kesulitan untuk mendapatkan informasi mengenai biaya dan waktu untuk proses produksi yang lebih real time
6.      Kesulitan untuk melakukan audit secara cepat atas inventory berdasarkan batch / serial number

Dengan demikian manager sebuah perusahaan dituntut untuk memiliki kemampuan strategik dan perilaku kepemimpinan yang lebih dari biasa agar mampu menjalankan semua proses tersebut.

Strategic Leadership

Strategic leadership adalah kemampuan untuk mengantisipasi dan membayangkan masa
depan, mempertahankan fleksibilitas, berpikir secara strategis dan bekerja dengan orang lain untuk melakukan perubahan yang akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi di masa depan. Dalam dunia yang cepat berubah, pemimpin dihadapkan dengan informasi yang kompleks dan membingungkan, dan tidak ada dua pemimpin yang akan melihat sesuatu dengan cara yang sama atau membuat pilihan yang sama.

Sedangkan menurut Wheelen & Hunger (2010) mengatakan bahwa strategic management adalah set of managerial decisions and actions that determines the long-rum performance of a firm; yang berarti kumpulan dari keputusan-keputusan dan tindakan yang menentukan kinerja jangka panjang dari sebuah perusahaan.

Gambar 1Strategic Management Model (Weelen & Hunger, 2010)

Dari awal digunakanya metode strategic management ada beberapa fase. Dimana dari fase awal hingga fase yang terakhir dilakukan penyempurnaan terhadap hal – hal yang menjadi perhatian dalam menciptakan strategic management yang baik dan sesuai dengan harapan.

Budget & Financial Management
Fase ini digunakan pada tahun 1930-an, dan pada fase ini perencanaan lebih banyak memprtimbangkan factor internal perusahaan. Sedangkan factor exsternal tidek begitu diperhatikan. Model yang mereka gunakan hanyalah menggunakan bentuk laporan keuangan biasa, seperti: laporan keuangan dalam akuntansi, income statement –pemasukan, biaya dan profit/loss- yang kita kenal sekarang ditambah juga rasio-rasio keuangan. Mereka tidak memasukan unsur eksternal dalam planning yang dibuat. Jangka waktu planning hanya satu tahun. Dari sini kita bisa paham mengapa periode akuntansi hanya satu tahun.

Long-Term Plan (Fase II)

Jangka waktu satu tahun pada era Budget & Financial Control, terlalu singkat bagi mereka.Maka dari itu mereka mulai memasukan unsur proyeksi dalam planingnya. Jangka waktunya ditambah menjadi antara 3 s/d 5 tahun. Kedua era tersebut, berada dalam situasi dimana lingkungan dlam kondisi predictable (dapat diprediksi), ekonomi yang masih membaik, bisnis yang masih menguntungkan.





Business Strategic Planing (Fase III)

Dalam model planing seperti ini, mereka telah memasukan semua unsur perubahaan yang terjadi pada lingkungan baik eksternal dan internal. Dan di jaman Business Strategic Planing inilah banyak muncul istilah-istilah yang kita kenal sekarang di strategic management, seperti: mission, SBU (strategic business unit), analisis eksternal dan internal, analisis SWOT (pertama kali dikenalkan oleh Ken Andrews), Boston Consulting Group (BCG) dan General Electric (GE), Grand strategi, 5 forces Porter, dan lain-lain.

Disinilah pertama kali dikenal istilah ‘mission’ (what business are we), karena pada waktu itu banyak konglomerat di Amerika yang memiliki bisnis-bisnis (SBU) yang berbeda dengan misi yang berbeda pula antar masing-masing SBU. Misal: misi SBU rumah sakit pasti beda dengan misi SBU perbankan. Masing-masing SBU tersebut punya strategi, pasar, autonomi sendiri, mereka berdiri sendiri, terpisah dengan SBU lainnya. Strategic Management …… (Son Wandrial) 419

Lantas apakah model business trategic planing ini telah mencakup semua? Ternyata belum, ada masalah baru yaitu alokasi sumber daya. Kita semua tahu, bahwa sumber daya itu sangat terbatas (limited resources) tapi yang membutuhkannya sangat banyak, yaitu bisnis-bisnis (SBU) itu tadi. Bagaimana bisa meng-alokasikan sumber daya yang terbatas tersebut ke semua bisnis sehingga bisnis bisa berjalan dengan baik dan bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itulah model business strategic planing itu harus dilengkapi lagi dengan unsur yang mengatur masalah alokasi dari pada sumber-sumber daya.

Corporate Strategic Planing (Fase IV)

Di fase ini, mereka sudah memasukan bagaimana caranya meng-alokasikan sumber-sumber daya tersebut ke masing-masin bisnis, siapa yang mengelola sumber daya, sehingga tidak terjadi perebutan sumber daya. Ibarat orang tua (corporate) yang punya gaji dan mereka meng-alokasikan sebagian dari gaji mereka untuk diri mereka sendiri dan untuk uang jajan bulanan anak-anak (business), bagi anak yang sudah kuliah pasti dapat jatah uang jajan yang lebih besar dibanding anak yang masih sekolah di SMU.

Dan di era inilah muncul istilah vision (what do we want to become). Jadi untuk masingmasing bisnis bisa memiliki misi yang berbeda tapi tidak boleh bertentangan dengan visi dari korporasi (induk). Dari sini kita sudah bisa melihat, mengapa di manajemen strategi terdapat jenis strategi di level: corporate dan business.

Mulai dari fase yang pertama sampai dengan corporate strategic planing, kita baru berada dalam tahap perumusan (strategi formulasi) planing seperti pada kedua gambar diatas dan proses formulasi tersebut masih didominasi oleh mereka yang berada di level atas (manajemen puncak). Di fase ini belum membahas bagaimana implementasi dan evaluasi dari planing tersebut. Itulah yang akan menjadi pertanyaan selanjutnya: bagaimana kita implementasikan planing yang telah dibuat dan siapa yang akan menjalankannya, bagaimana koordinasinya dll. Hal ini tidak dimasukan dalam corporate strategic planing jadi mereka harus melengkapinya lagi dan munculah manajemen strategi (strategic management).




Strategic Management (Fase V)

Pada fase ini, planing yang dibuat tidak hanya membahas formulasi (perumusan) dari planning itu sendiri, tapi juga sudah memasukan unsur-unsur leadership (kepemimpinan), motivasi, empowerment, reward, punishment, sehingga perencanaan yang sudah dibuat bisa diimplementasi dengan baik dan sesuai harapan. Di mana perencanaan bisa berjalan dengan baik dan akhirnya tujuan bisa tercapai.

Disinilah kita sudah bisa melihat bagaimana hubungan antara manajemen strategi dengan kepemimpinan. Peran seorang pemimpin (leader) yang memiliki suatu bentuk perilaku tertentu adalah sangat penting. Dia harus berperilaku dimana harus bisa mengajak semua orang yang berada di semua
level, bukan cuma manejemen puncak saja, untuk terlibat dalam manajemen strategi perusahaan,untuk memonitor semua perubahan yang terjadi dalam perusahaan sehingga bisa memberikan alternatif saran untuk perubahan strategi dan meningkatkan metode kerja, kinerja dan evaluasi.

Tugas seorang pemimpin harus bisa menjembatani antara planing dengan implementasinya karena kalau tidak diimplementasikan maka planing yang sudah dibuat menjadi percuma saja. Agar bisa menjalankan implementasi tersebut, seorang pembuat strategi harus mempertimbangkan pertanyaan berikut: (1) siapakah orang-orang yang akan melaksanakan rencana strategis tersebut; (2) apa yang harus dilakukan untuk menyelaraskan kegiatan operasional perusahaan seseuai dengan arah yang diinginkan; (3) bagaimana setiap orang akan bekerja sama untuk melakukan apa yang dibutuhkan.

Dari sejarah manajemen strategi diatas dapat kita simpulkan beberapa hal, yaitu (1) lahirnya perencanaan dengan model manajemen strategi karena adanya perubahan lingkungan; (2) dalam menjalankan proses manajemen strategi biasanya selalu diawali dengan analisis lingkungan karena lingkungan memang selalu berubah-ubah; (3) menjadi tugas dan tanggung jawab semua orang di semua level dalam organisasi, baik leader dan follower untuk selalu memonitor semua perubahan yang  terjadi pada lingkungan baik eksternal dan internal karena perubahan tersebut pasti akan berpengaruh pada proses pencapaian tujuan organisasi.

Realitas Baru untuk Organisasi Hari ini

Globalisasi, outsourcing, pergeseran kekuatan geopolitik, kemajuan teknologi, virtual tim dan e-bisnis. Orang-orang di organisasi di seluruh dunia merasakan dampak dari tren ini dan dipaksa untuk beradaptasi dengan cara kerja baru. Tambah lagi dengan krisis ekonomi tahun 2008 kemarin, skandal etika perusahaan yang luas, masalah kesehatan global yang menakutkan seperti wabah flu babi dan masalah ketidakamanan yang berhubungan dengan perang dan terorisme, maka para pemimpin  sekarang ini menghadapi tantangan yang bahkan mereka tidak pernah bayangkan dibanding beberapa  tahun lalu

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Center for Creative Leadership, 84 persen dari pemimpin yang disurvei mengatakan definisi kepemimpinan yang efektif telah berubah secara       signifikan dalam beberapa tahun pertama abad kedua puluh satu. Perubahan cepat pada lingkungan  yang menyebabkan perubahan fundamental yang memiliki dampak dramatis pada organisasi dan tantangan baru hadir untuk para pemimpin (leaders). Ini digambarkan dengan terjadinya pergeseran transisi dari paradigma tradisional ke paradigma baru.




Stabilitas - Manajemen Krisis dan Perubahan

Di masa lalu, banyak pemimpin berasumsi bahwa jika mereka bisa menjaga hal-hal berjalan dengan stabil, organisasi akan berhasil. Namun dunia sekarang ini adalah dunia yang berada dalam perubahan konstan dan penuh dengan ketidakpastian. Jika pemimpin masih saja memiliki ilusi stabilitas seperti pada awal abad kedua puluh satu, perusahaan tersebut pasti sudah hancur sekarang.

Kontrol – Pemberdayaan

Pemimpin dengan posisi yang kuat, berpikir bahwa pekerja harus diberitahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Mereka percaya, kontrol yang ketat adalah sesuatu yang dibutuhkan organisasi supaya berfungsi secara efisien dan efektif. Hari ini, seorang pemimpin yang efektif mau berbagi kekuasaan bukan menimbunnya dan menemukan cara untuk meningkatkan  kekuatan organisasi dengan cara mengajak semua orang di organisasi untuk terlibat dan berkomitmen. Sekarang ini, kesuksesan tergantung pada kapasitas intelektual dari semua karyawan.

Kompetisi - Kolaborasi
Meskipun beberapa perusahaan masih mendorong kompetisi internal dan perilaku agresif, kebanyakan organisasi yang telah sukses lebih menekankan pada kerja tim (team work), kerjasama dan kompromi sehingga semua karyawan bisa menjadi yang terbaik. Self-directed tim dan bentuk lain dari kolaborasi secara horisontal telah meruntuhkan batas-batas antar departemen dan membantu untuk menyebarkan pengetahuan dan informasi di seluruh organisasi.

Ke-seragaman - Keragaman
Kebanyakan organisasi sekarang dibangun berdasarkan keseragaman, spesilisasi. Orang yang berpikir dan bertindak serba mirip akan digabungkan dalam satu departemen atau bagian, seperti: marketing, manufaktur, terpisah dengan departemen lain, semuanya jadi serba homogen. Menciptakan keragaman dalam organisasi adalah salah satu cara untuk menarik tenaga kerja terbaik dan membangun pemikiran yang luas bagi perusahaan yang ingin masuk ke dunia multi nasional.

Self-Centered - Higher Ethical Purpose
Dalam pandangan lama, banyak pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan pribadi, ingin dilayani, keserakahan. Banyak orang yang percaya bahwa krisis keuangan global 2008 yang lalu sebenarnya adalah karena adanya krisis kepemimpinan. Sekarang pemimpin dituntut untuk lebih mementingkan moral dan etika, lebih bertanggung jawab dan memiliki integritas, menghilangkan kepentingan pribadi dan lebih utamakan kepentingan yang lebih besar.

Hero - Humble (Rendah Hati)
Banyak pemimpin yang menonjolkan dirinya apalagi jika bisa menciptakan kesuksesan yang  gemilang, banyak pemimpin yang menjadi selebriti. Mereka bisa mengatakan: semua ini karena saya, ini bisa dicapai karena kerja keras saya, jika tidak ada saya pasti semuanya sudah hancur. Itu contoh ucapan pemimpin di mana dia merasa sebagai hero (pahlawan), sebagai orang yang paling berjasa dan biasanya suka merendahkan pekerjaan orang lain. Sekarang, lebih banyak pemimpin yang berdiri dibelakan layar, lebih pentingkan kesuksesan tim dibanding pribadi, mereka lebih bertanggung jawab dan lebih menghargai pekerjaan orang lain.








Daftar Pustaka

1. Wheelen, T. L., & Hunger, J. D. (2010). Strategic management and business policy, achieving

sustainability (12th ed.). Prentice Hall
2. Sandy Trang, Dewi.2017. GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN. Sulawesi Utara
3. Cahyono, Ari. 2012. Analisa Pengaruh Kepemimpinan, motivasi, dan budaya organisasi terhadap kinerja Dosen dan Karyawan di Universitas Pawyatan Daha Kediri. Jurnal Ilmu Manajemen Revitalisasi Vol.1 Nomor 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.