LEADERSHIP
& CHANGE MANAGEMENT
Nama : Muhammad Ainun Na’im
NIM : 41616110003
Universitas Mercu Buana
Pendahuluan
Leadership dan change management meurupakan hal yang sangat
penting bagi sebuah perusahaan. Semua kegiatan yang ada salam sebuah perusahaan
yang begitu kompleks membutuhkan seseorang pemimpin yang mampu manjalankan
semua kegiatan untuk dapat beroperasi. Masalah umum yang dihadapi oleh sebuah
perusahaan diantaranya :
1.
Kesulitan
dalam memperkirakan ketersediaan barang dagangan sesuai dengan permintaan
customer
2.
Kesulitan
untuk memastikan ketersediaan material untuk melakukan prodksi
3.
Kesulitan
untuk menentukan jadwal produksi yang sangat padat
4.
Kesulitan
untuk memaintain atau mengelola kapasitas produksi
5.
Kesulitan
untuk mendapatkan informasi mengenai biaya dan waktu untuk proses produksi yang
lebih real time
6.
Kesulitan
untuk melakukan audit secara cepat atas inventory berdasarkan batch / serial
number
Dengan demikian manager sebuah
perusahaan dituntut untuk memiliki kemampuan strategik dan perilaku
kepemimpinan yang lebih dari biasa agar mampu menjalankan semua proses
tersebut.
Strategic Leadership
Strategic leadership adalah kemampuan untuk
mengantisipasi dan membayangkan masa
depan, mempertahankan
fleksibilitas, berpikir secara strategis dan bekerja dengan orang lain untuk melakukan
perubahan yang akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi di masa
depan. Dalam dunia yang cepat berubah, pemimpin dihadapkan dengan informasi
yang kompleks dan membingungkan, dan tidak ada dua pemimpin yang akan melihat
sesuatu dengan cara yang sama atau membuat pilihan yang sama.
Sedangkan menurut Wheelen & Hunger (2010) mengatakan bahwa strategic management
adalah set of managerial decisions and
actions that determines the long-rum performance of a firm; yang berarti
kumpulan dari keputusan-keputusan dan tindakan yang menentukan kinerja jangka
panjang dari sebuah perusahaan.
Gambar 1Strategic Management
Model (Weelen & Hunger, 2010)
Dari awal digunakanya metode
strategic management ada beberapa fase. Dimana dari fase awal hingga fase yang
terakhir dilakukan penyempurnaan terhadap hal – hal yang menjadi perhatian
dalam menciptakan strategic management yang baik dan sesuai dengan harapan.
Budget &
Financial Management
Fase
ini digunakan pada tahun 1930-an, dan pada fase ini perencanaan lebih banyak
memprtimbangkan factor internal perusahaan. Sedangkan factor exsternal tidek
begitu diperhatikan. Model yang mereka gunakan hanyalah menggunakan bentuk
laporan keuangan biasa, seperti: laporan keuangan dalam akuntansi, income
statement –pemasukan, biaya dan profit/loss- yang kita kenal sekarang ditambah
juga rasio-rasio keuangan. Mereka tidak memasukan unsur eksternal dalam
planning yang dibuat. Jangka waktu planning hanya satu tahun. Dari sini kita bisa
paham mengapa periode akuntansi hanya satu tahun.
Long-Term
Plan (Fase II)
Jangka
waktu satu tahun pada era Budget & Financial Control, terlalu singkat bagi
mereka.Maka dari itu mereka mulai memasukan unsur proyeksi dalam planingnya. Jangka
waktunya ditambah menjadi antara 3 s/d 5 tahun. Kedua era tersebut, berada
dalam situasi dimana lingkungan dlam kondisi predictable (dapat diprediksi),
ekonomi yang masih membaik, bisnis yang masih menguntungkan.
Business
Strategic Planing (Fase III)
Dalam
model planing seperti ini, mereka telah memasukan semua unsur perubahaan yang terjadi
pada lingkungan baik eksternal dan internal. Dan di jaman Business Strategic
Planing inilah banyak muncul istilah-istilah yang kita kenal sekarang di
strategic management, seperti: mission, SBU (strategic business unit), analisis
eksternal dan internal, analisis SWOT (pertama kali dikenalkan oleh Ken
Andrews), Boston Consulting Group (BCG) dan General Electric (GE), Grand
strategi, 5 forces Porter, dan lain-lain.
Disinilah
pertama kali dikenal istilah ‘mission’ (what business are we), karena pada
waktu itu banyak konglomerat di Amerika yang memiliki bisnis-bisnis (SBU) yang
berbeda dengan misi yang berbeda pula antar masing-masing SBU. Misal: misi SBU
rumah sakit pasti beda dengan misi SBU perbankan. Masing-masing SBU tersebut
punya strategi, pasar, autonomi sendiri, mereka berdiri sendiri, terpisah
dengan SBU lainnya. Strategic Management …… (Son Wandrial) 419
Lantas
apakah model business trategic planing ini telah mencakup semua? Ternyata
belum, ada masalah baru yaitu alokasi sumber daya. Kita semua tahu, bahwa
sumber daya itu sangat terbatas (limited resources) tapi yang membutuhkannya
sangat banyak, yaitu bisnis-bisnis (SBU) itu tadi. Bagaimana bisa meng-alokasikan
sumber daya yang terbatas tersebut ke semua bisnis sehingga bisnis bisa
berjalan dengan baik dan bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
itulah model business strategic planing itu harus dilengkapi lagi dengan unsur
yang mengatur masalah alokasi dari pada sumber-sumber daya.
Corporate
Strategic Planing (Fase IV)
Di
fase ini, mereka sudah memasukan bagaimana caranya meng-alokasikan
sumber-sumber daya tersebut ke masing-masin bisnis, siapa yang mengelola sumber
daya, sehingga tidak terjadi perebutan sumber daya. Ibarat orang tua (corporate)
yang punya gaji dan mereka meng-alokasikan sebagian dari gaji mereka untuk diri
mereka sendiri dan untuk uang jajan bulanan anak-anak (business), bagi anak
yang sudah kuliah pasti dapat jatah uang jajan yang lebih besar dibanding anak yang
masih sekolah di SMU.
Dan di
era inilah muncul istilah vision (what do we want to become). Jadi untuk
masingmasing bisnis bisa memiliki misi yang berbeda tapi tidak boleh
bertentangan dengan visi dari korporasi (induk). Dari sini kita sudah bisa
melihat, mengapa di manajemen strategi terdapat jenis strategi di level: corporate
dan business.
Mulai
dari fase yang pertama sampai dengan corporate strategic planing, kita baru
berada dalam tahap perumusan (strategi formulasi) planing seperti pada kedua
gambar diatas dan proses formulasi tersebut masih didominasi oleh mereka yang
berada di level atas (manajemen puncak). Di fase ini belum membahas bagaimana
implementasi dan evaluasi dari planing tersebut. Itulah yang akan menjadi pertanyaan
selanjutnya: bagaimana kita implementasikan planing yang telah dibuat dan siapa
yang akan menjalankannya, bagaimana koordinasinya dll. Hal ini tidak dimasukan
dalam corporate strategic planing jadi mereka harus melengkapinya lagi dan
munculah manajemen strategi (strategic management).
Strategic
Management (Fase V)
Pada
fase ini, planing yang dibuat tidak hanya membahas formulasi (perumusan) dari planning
itu sendiri, tapi juga sudah memasukan unsur-unsur leadership (kepemimpinan),
motivasi, empowerment, reward, punishment, sehingga perencanaan yang sudah
dibuat bisa diimplementasi dengan baik dan sesuai harapan. Di mana perencanaan
bisa berjalan dengan baik dan akhirnya tujuan bisa tercapai.
Disinilah
kita sudah bisa melihat bagaimana hubungan antara manajemen strategi dengan kepemimpinan.
Peran seorang pemimpin (leader) yang memiliki suatu bentuk perilaku tertentu
adalah sangat penting. Dia harus berperilaku dimana harus bisa mengajak semua
orang yang berada di semua
level,
bukan cuma manejemen puncak saja, untuk terlibat dalam manajemen strategi
perusahaan,untuk memonitor semua perubahan yang terjadi dalam perusahaan
sehingga bisa memberikan alternatif saran untuk perubahan strategi dan
meningkatkan metode kerja, kinerja dan evaluasi.
Tugas
seorang pemimpin harus bisa menjembatani antara planing dengan implementasinya karena
kalau tidak diimplementasikan maka planing yang sudah dibuat menjadi percuma
saja. Agar bisa menjalankan implementasi tersebut, seorang pembuat strategi
harus mempertimbangkan pertanyaan berikut: (1) siapakah orang-orang yang akan
melaksanakan rencana strategis tersebut; (2) apa yang harus dilakukan untuk
menyelaraskan kegiatan operasional perusahaan seseuai dengan arah yang
diinginkan; (3) bagaimana setiap orang akan bekerja sama untuk melakukan apa
yang dibutuhkan.
Dari
sejarah manajemen strategi diatas dapat kita simpulkan beberapa hal, yaitu (1)
lahirnya perencanaan dengan model manajemen strategi karena adanya perubahan
lingkungan; (2) dalam menjalankan proses manajemen strategi biasanya selalu
diawali dengan analisis lingkungan karena lingkungan memang selalu
berubah-ubah; (3) menjadi tugas dan tanggung jawab semua orang di semua level
dalam organisasi, baik leader dan follower untuk selalu memonitor semua
perubahan yang terjadi pada lingkungan
baik eksternal dan internal karena perubahan tersebut pasti akan berpengaruh pada
proses pencapaian tujuan organisasi.
Realitas Baru untuk Organisasi
Hari ini
Globalisasi,
outsourcing, pergeseran kekuatan geopolitik, kemajuan teknologi, virtual tim
dan e-bisnis. Orang-orang di organisasi di seluruh dunia merasakan dampak dari
tren ini dan dipaksa untuk beradaptasi dengan cara kerja baru. Tambah lagi
dengan krisis ekonomi tahun 2008 kemarin, skandal etika perusahaan yang luas,
masalah kesehatan global yang menakutkan seperti wabah flu babi dan masalah
ketidakamanan yang berhubungan dengan perang dan terorisme, maka para pemimpin sekarang ini menghadapi tantangan yang bahkan
mereka tidak pernah bayangkan dibanding beberapa tahun lalu
Dalam
sebuah survei yang dilakukan oleh Center for Creative Leadership, 84 persen
dari pemimpin yang disurvei mengatakan definisi kepemimpinan yang efektif telah
berubah secara signifikan dalam
beberapa tahun pertama abad kedua puluh satu. Perubahan cepat pada lingkungan yang menyebabkan perubahan fundamental yang
memiliki dampak dramatis pada organisasi dan tantangan baru hadir untuk para
pemimpin (leaders). Ini digambarkan dengan terjadinya pergeseran transisi dari
paradigma tradisional ke paradigma baru.
Stabilitas - Manajemen Krisis dan
Perubahan
Di
masa lalu, banyak pemimpin berasumsi bahwa jika mereka bisa menjaga hal-hal
berjalan dengan stabil, organisasi akan berhasil. Namun dunia sekarang ini
adalah dunia yang berada dalam perubahan konstan dan penuh dengan
ketidakpastian. Jika pemimpin masih saja memiliki ilusi stabilitas seperti pada
awal abad kedua puluh satu, perusahaan tersebut pasti sudah hancur sekarang.
Kontrol – Pemberdayaan
Pemimpin
dengan posisi yang kuat, berpikir bahwa pekerja harus diberitahu apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Mereka percaya, kontrol yang ketat
adalah sesuatu yang dibutuhkan organisasi supaya berfungsi secara efisien dan
efektif. Hari ini, seorang pemimpin yang efektif mau berbagi kekuasaan bukan
menimbunnya dan menemukan cara untuk meningkatkan kekuatan organisasi dengan cara mengajak
semua orang di organisasi untuk terlibat dan berkomitmen. Sekarang ini,
kesuksesan tergantung pada kapasitas intelektual dari semua karyawan.
Kompetisi - Kolaborasi
Meskipun
beberapa perusahaan masih mendorong kompetisi internal dan perilaku agresif, kebanyakan
organisasi yang telah sukses lebih menekankan pada kerja tim (team work),
kerjasama dan kompromi sehingga semua karyawan bisa menjadi yang terbaik. Self-directed
tim dan bentuk lain dari kolaborasi secara horisontal telah meruntuhkan
batas-batas antar departemen dan membantu untuk menyebarkan pengetahuan dan
informasi di seluruh organisasi.
Ke-seragaman - Keragaman
Kebanyakan
organisasi sekarang dibangun berdasarkan keseragaman, spesilisasi. Orang yang berpikir
dan bertindak serba mirip akan digabungkan dalam satu departemen atau bagian,
seperti: marketing, manufaktur, terpisah dengan departemen lain, semuanya jadi
serba homogen. Menciptakan keragaman dalam organisasi adalah salah satu cara
untuk menarik tenaga kerja terbaik dan membangun pemikiran yang luas bagi
perusahaan yang ingin masuk ke dunia multi nasional.
Self-Centered - Higher Ethical
Purpose
Dalam
pandangan lama, banyak pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan pribadi, ingin
dilayani, keserakahan. Banyak orang yang percaya bahwa krisis keuangan global
2008 yang lalu sebenarnya adalah karena adanya krisis kepemimpinan. Sekarang
pemimpin dituntut untuk lebih mementingkan moral dan etika, lebih bertanggung
jawab dan memiliki integritas, menghilangkan kepentingan pribadi dan lebih
utamakan kepentingan yang lebih besar.
Hero - Humble (Rendah Hati)
Banyak
pemimpin yang menonjolkan dirinya apalagi jika bisa menciptakan kesuksesan yang
gemilang, banyak pemimpin yang menjadi
selebriti. Mereka bisa mengatakan: semua ini karena saya, ini bisa dicapai
karena kerja keras saya, jika tidak ada saya pasti semuanya sudah hancur. Itu
contoh ucapan pemimpin di mana dia merasa sebagai hero (pahlawan), sebagai
orang yang paling berjasa dan biasanya suka merendahkan pekerjaan orang lain.
Sekarang, lebih banyak pemimpin yang berdiri dibelakan layar, lebih pentingkan
kesuksesan tim dibanding pribadi, mereka lebih bertanggung jawab dan lebih
menghargai pekerjaan orang lain.
Daftar Pustaka
1. Wheelen, T. L., & Hunger, J. D. (2010). Strategic
management and business policy, achieving
sustainability (12th ed.). Prentice Hall
2. Sandy Trang, Dewi.2017. GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN. Sulawesi Utara
3. Cahyono, Ari. 2012. Analisa Pengaruh Kepemimpinan, motivasi, dan budaya organisasi terhadap kinerja Dosen dan Karyawan di Universitas Pawyatan Daha Kediri. Jurnal Ilmu Manajemen Revitalisasi Vol.1 Nomor 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.