Jurnal Sains Manajemen & Akuntansi
Vol. IV No. 1/Mei/2012
a. Latar Belakang
Dewasa ini organisasi atau perusahaan yang dapat bertahan adalah yang dapat memahami harapan konsumen. Perusahaan ditantang untuk dapat menjawab kebutuhan pasar (konsumen) dengan menghasilkan produk yang berkualitas. saat ini banyak pakar kualitas yang menyebutkan bahwa kualitas suatu produk yang baik adalah yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya.
Prinsip-prinsip dari Quality Function Deployment (QFD) adalah sangat tepat digunakan untuk menjawab tantangan di atas, karena pada prinsipnya QFD adalah suatu metode untuk membuat perencanaan/desain produk (barang/jasa) dan pengembangannya, yang secara sistematis dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen serta kemampuan teknis perusahaan, sekaligus mengevaluasi usaha-usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, perusahaan akan dapat memberikan produk yang benar-benar dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan, sehingga tercapai keseimbangan produk dari segi efektivitas (manfaat) dan efisiensi (biaya, tenaga, dan waktu).
b. Teori
Pemahaman konsep kualitas sangat penting dalam pengembangan aktivitas perusahaan sebab pertumbuhan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya. Ketidakpedulian terhadap kualitas akan menyebabkan terjadinya kehilangan peluang menjual produk dan pangsa pasar, yang pada akhirnya berakibat pada penurunan aktivitas dan pertumbuhan perusahaan
Kualitas berawal dari setiap individu apapun posisinya, dan bukannya dari departemen fungsional sebagaimana yang sering diduga orang. Strategi-strategi dasar tersebut meliputi:
1. menetapkan tujuan yang jelas.
2. Memprakarsai atau menentukan kembali budaya organisasi.
3. mengembangkan komunikasi yang efektif dan konsisten.
4. Melambangkan pendidikan dan pelatihan.
5. Mendorong perbaikan terus-menerus
c. Metode Penelitian
Metode Quality Function Deployment adalah metode yang memperhatikan kebutuhan konsumen dan menterjemahkannya kedalam karakteristik engineering. Prosedur metode ini adalah :
1. Mengelompokkan kebutuhan konsumen kedalam istilah atribut produk. Mengumpulkan, mengelompokkan pendapat (data dan informasi) tentang atribut-atribut produk yang dibutuhkan dalam berbagai teknik penelitian.
2. Menentukan kepentingan relatif atribut. Dalam kegiatan ini dilakukan penentuan bobot antar kebutuhan yang menunjukkan tingkat kepentingan relatif kebutuhan-kebutuhan tersebut.
3. Mengevaluasi atribut-atribut persaingan produk. Pengamatan atribut-atribut dalam persaingan produk, dapat dilakukan baik melalui konsumen individual maupun penelitian pasar dengan metode perbadingan produk.
4. Menggambar suatu matriks atribut produk berlawanan karakteristik engineering. Atribut produk membentuk baris matriks dan karakteristik engineering membentuk kolom matriks. Setiap sel matriks menunjukkan hubungan potensial diantara karakteristik engineering dengan kebutuhan konsumen.
5. Mengidentifikasi hubungan diantara karakteristik engineering dan atribut produk. Perancang menjelaskan tingkat kekuatan hubungan antara kebutuhan konsumen dan karakteristik engineering dengan mencatatnya dalam sel-sel matriks.
6. Mengidentifikasi suatu interaksi diantara karakteristik engineering. Melakukan pengecekan sistematis untuk mengetahui hubungan pengaruh mempengaruhi diantara karakteristik engineering, apakah pengaruh mempengaruhi positif atau negatif. Melalui “Roof Matriks” dari rumah kualitas.
7. Penetapan Target. Menentukan target untuk parameter yang dapat diukur dari karakteristik engineering yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Untuk menentukan nilai target dari Besterfield (1999) menyatakan bahwa nilai target sama dengan penilai persaingan pelanggan melalui pelanggan (1 untuk terburuk, dan 5 untuk terbaik). TQM QFD membutukan apakah mereka ingin tetap produknya tidak berubah, meningkatkan produk, atau membuat produk lebih baik dari pesaingnya.
8. Faktor Skala Faktor skala adalah perbandingan nilai target terhadap tingkat produk yang diberikan dalam penilaian pesaing melalui pelanggan. Semakin tinggi jumlahnya maka upaya makin diperlukan. Disini pertimbangan penting adalah tingkat dimana produk sekarang dan apa tingkatan targetnya, dan memutuskan apakah perbedaannya dalam bentuk alasan. (Besterfield; 1999)
9. Point Penjualan Point penjualan memberitahukan tim QFD seberapa baik suatu persyaratan pelanggan akan terjual. Tujuan disini adalah mempromosikan persyaratan terbaik pelanggan dan beberapa persyaratan pelanggan lainnya yang akan membantu dalam penjualan produk. Sebagai contoh dari Besterfield (1999) point penjualan adalah antara 1,0 dan 2,0 dengan 2 yang paling tinggi.
10. Bobot absolut dihitung dengan mengalikan kepentingan terhadap pelanggan, faktor skala, dan point penjualan.
Bobot absolut = kepentingan terhadap pelanggan x faktor skala x point penjualan (Besterfield; 1999)
11. Bobot Absolut Teknis
a Bobot absolut untuk deskripsi teknis dirumuskan oleh:
Keterangan:
aj = Vektor baris dari bobot absolut pada deskripsi secara teknis
Rij = Bobot yang ditentukan pada matriks hubungan
ci = Vektor kolom dari kepentingan terhadap pelanggan pada persyaratan
pelanggan
m = Jumlah deskripsi secara teknis
n = Jumlah persyaratan pelanggan
(Besterfield; 1999)
Dengan cara serupa, bobot relatif untuk deskripsi secara teknis diberikan dengan menggantikan tingkat kepentingan pada persyaratan pelanggan dengan bobot absolut pada persyaratan pelanggan, yaitu:
Keterangan:
bj = Vektor baris dari bobot relatif pada deskripsi secara teknis
Rij = Bobot yang ditentukan pada matriks hubungan
ci = Vektor kolom dari bobot absolut persyaratan pelanggan
m = Jumlah deskripsi secara teknis
n = Jumlah persyaratan pelanggan (Besterfield; 1999)
Menurut Daetz, Barnard, dan Norman (1995), proses QFD meliputi pembentukan matrik-matrik yang juga biasa disebut sebagai tabel kualitas yang memuat tahap-tahap penggunaan QFD yang terdiri atas 4 fasa, yaitu :
1. Perencanaan Produk (Product Planning), meliputi proses penerjemahan karakteristik kualitas yang menjadi keinginan pelanggan menjadi karakteristik teknik perusahaan. Tahap Perencanaan Produk biasa disebut juga The House Of Quality. Pada tahap ini dikumpulkan data – data tentang kebutuhan – kebutuhan konsumen, keterangan jaminan, peluang dari persaingan, ukuran produk, ukuran produk pesaing, dan kemampuan teknis organisasi untuk memenuhi setiap kebutuhan pelanggan.
2. Perencanaan Komponen (Part Planning), meliputi proses penerjemahan dan pengembangan karakteristik teknik perusahaan yang dihasilkan pada fasa (1) menjadi lebih detail dan membentuk karakteristik kualitas per bagian. Desain produk menghendaki ide team yang kreatif dan inovatif. Konsep produk dibuat selama tahap ini dan menspesifikasi bagian yang telah didokumentasikan. Bagian – bagian yang ditentukan menjadi yang terpenting untuk memenuhi keinginan – keinginan konsumen yang selanjutnya disebarkan kedalam perencanaan proses (tahap 3).
3. Perencanaan Proses (Process Planning), meliputi proses penerjemahan karakteristik kualitas pada tiap bagian yang dihasilkan pada fasa (2) untuk menentukan karakteristik proses masing-masing. Selama perencanaan proses, proses – proses manufacturing dijadikan diagram alir dan parameter proses (target values) didokumentasikan.
4. Perencanaan Produksi (Production Planning), proses pembentukan hubungan dan keselarasan antara karakteristik proses yang dihasilkan pada fasa (3) dengan karakteristik keinginan bagian produksi. Dalam perencanaan produksi, petunjuk – petunjuk pekerjaan dibuat untuk memantau proses produksi, jadwal pemeliharaan, dan pelatihan keterampilan operator – operator. Selain itu, pada tahap ini dibuat beberapa keputusan untuk menempatkan proses – proses yang paling beresiko dan beberapa kendali ditempatkan untuk mencegah kerusakan
d. Hasil dan Pembahasan
Quality Functional Deployment (QFD) yang terdiri dari 4 fasa yaitu Product Planning, Part Deployment, Process Planning, dan Production Operation Planning sangat lengkap dalam melakukan perancangan dan pengembangan produk mulai dari tahap persiapan sampai pada tahapan produksi, sehingga proses perancangan dan pengembangan produk dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Akan tetapi, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan dan keinginan konsumen dengan tepat dalam hal timing dan juga dari sisi produknya, maka perusahaan harus memperhatikan siklus hidup dari produk yang dimiliki, karena siklus hidup produk tersebut menjadi kunci kapan perusahaan harus melakukan perancangan dan pengembangan produk.
Daftar Pustaka
Besterfield, Dale H, dkk, (1999), Total Quality Management, Second Edition, Prentice Hall International, Inc. New Jersey.
Jaaelani, Evan. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Produk dengan Quality Function Deployment. http://jsma.stan-im.ac.id/pdf/vol4/1/5%20Perencanaan%20Dan%20Pengembangan%20Produk%20Dengan%20Quality%20Function%20Deployment%20-%20Evan%20Jaelani.pdf [Diakses pada 20 Oktober 2017]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.