.

Minggu, 22 Oktober 2017

KELELAHAN KARENA SIKAP KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS PADA PENGRAJIN PERAK



KELELAHAN KARENA SIKAP KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS PADA PENGRAJIN PERAK 
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kerajinan perak merupakan salah satu industri kecil yang banyak menyerap tenaga kerja baik wanita maupun pria yang mempunyai ketrampilan khusus yaitu
membuat perhiasan dari perak termasuk perhiasan emas. Perhiasan perak yang dihasilkan diekspor ke berbagai negara di seluruh dunia.
Proses produksi industri kecil kerajinan perak dikerjakan secarakonvensional dan akan lancar apabila didukung oleh sumber daya manusia sebagai pengrajin yang berkualitas. Hal ini ditentukan oleh beberapa kriteria antara lain kesehatan dan kebugaran para pengrajin, organisasi dan sistem kerja termasuk waktu istirahat, sikap kerja yang alamiah, lingkungan kerja yang baik. Apabila semua faktor ini mendukung, kesehatan yang optimal tercapai sehingga efisiensi kerja dan produktivitas akan meningkat. Apabila beberapa faktor tersebut kurang mendukung maka akan terjadi sikap kerja yang tidak alamiah dan lingkungan yang kurang baik sehingga cepat menimbulkan rasa nyeri beberapa otot rangka yang akhirnya para pengrajin merasa lelah yang manefestasinya adalah keluhan subyektif pengrajin perak tersebut.
Pada studi pendahuluan di lapangan sebagian besar sikap kerja pengrajin perak wanita adalah sikap kerja statis yaitu sikap duduk di kursi menghadap meja dan punggung membungkuk, kaki kanan digunakan untuk menekan pompa kompor yang dipergunakan untuk mematri produk perhiasan. Sikap kerja ini dilakukan rerata 8-9 jam/hari dan sekali- kali berdiri untuk mengambil sesuatu yang dibutuhkan termasuk waktu istirahat makan atau minum. Beban kerja statis ini menyebabkan kelelahan otot rangka disamping otot-otot mata karena harus selalu melihat benda kerja yang relatif kecil dan ini tergantung pada model perhiasaan yang diproduksi, beban kerja ini akan lebih parah lagi apabila lingkungan dan sikap kerja yang tidak ergonomis.
Beban sikap tubuh statis yang lama menjadi faktor yang utama dalam kehidupan modern, yang menjadi penyebab nyeri otot rangka akibat kerja (Chavalitsakulchai & Shahnavas,1992). Sikap tubuh seseorang pada waktu menjalankan tugas ditentukan oleh hubungan antara dimensi berbagai objek kerja dan ruang kerja. Ketidakserasian ini selain akan menyebabkan nyeri otot-otot rangka juga akan menyebabkan kelelahan. Di Amerika Serikat keluhan nyeri otot-otot rangka merupakan salah satu penyakit akibat kerja sehingga menyebabkan penderitaan tenaga kerja, penurunan produktivitas dan kerugian ekonomi, penyebab kerja yang tidak alamiah sebagai akibat tidak betulnya design tempat kerja (kursi dan meja) menyebabkan hampir sebagian besar tenaga kerja menderita “Musculosketal Disorder” dan “Low Back Pain” (Manuaba, 1995).. Penelitian Suyasning terhadap pengrajin perak wanita di Desa Celuk (1995) didapatkan prevalensi 55% nyeri otot- otot paha, kemungkinan karena mereka bekerja duduk di kursi yang tidak ada
sandaran punggung. Penyebab cepat timbulnya kelelahan selain faktor tersebut di atas juga karena faktor-faktor antara lain umur, jenis kelamin, ukuran anthropometri, kesegaran jasmani, sosial dan mental.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah sikap kerja yang tidak ergonomis pengrajin perak wanita mempengaruhi kelelahan.
C. Tujuan dan Manfaat 1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan secara umum untuk mengetahui aktivitas kerja pengrajin perak wanita industri kecil kerajinan perak di Desa Singapadu Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Secara khusus mengetahui seberapa jauh pengaruh sikap kerja yang tidak ergonomis terhadap kelelahan pengrajin perak wanita di Desa Singapadu Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar.
2 Manfaat Penelitian
Hasil/temuan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai kajian ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya dan secara khusus dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para pengrajin dan pemilik untuk memahami lebih dalam tentang respon fisiologis terhadap sikap kerja yang tidak ergonomis.
D. Tinjauan Pustaka
1. Industri Kecil Kerajinan Perak

Industri kecil kerajinan perak merupakan salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja karena proses kerjanya lebih banyak dilakukan secara manual. Hasil akhir dari proses produksi adalah berbagai cendera mata, model assoseries berupa kalung, cincin, bross yang berbentuk aneka ragam bunga-bunga, hewan, tanaman serta benda-benda yang bernilai artistik dan lain sebagainya. Bahan-bahan terdiri campuran perak murni (92,5 %) dan tembaga ( 7,5 %). Produk ini dibuat berdasarkan pesanan para importir maupun desain sendiri. Tetapi para importir lebih banyak menentukan model yang akan dibuat beserta standar kualitasnya. Oleh karena itu para pengrajin akan bekerja berdasarkan pesanan bentuk, fungsi, jumlah dan standar yang sudah ditetapkan.
Importir memiliki beberapa persyaratan yang wajib diikuti oleh para pengrajin, yaitu ketepatan standar produk dan ketepatan waktu pengiriman. Importir dapat menolak produk yang dipesan bila tidak sesuai dengan standar yang diminta. Hal ini akandikirim kembali untuk diperbaiki ataupun ditolak sama sekali sehingga ongkosnya tidak dibayar. Dalam pelaksanaannya, para importir memiliki ahli khusus di Bali untuk menyeleksi model yang akan dikirim ke luar negeri.
Sementara dari segi waktu, importir akan membebankan biaya pengiriman kepada pengrajin, bila waktu kirim yang sudah dibuat tidak dapat ditepati. Hal ini sangat dihindari oleh para pengusaha dan pengrajin, karena akan membebani anggaran perusahaan sebagai biaya tambahan dalam proses produksi. Oleh karena itu mereka akan berusaha bekerja memenuhi batas waktu yang ditetapkan.
Sistem kerja yang diterapkan selama ini oleh para pengusaha adalah dengan sistem kerja borongan dan harian. Sistem yang dipilih tergantung pada kesepakatan pengusaha dan karyawannya. Upah dihitung berdasarkan nilai upah per model dengan jumlah model yang dihasilkan. Pekerjaan yang dilakukan dapat sekaligus dari bahan sampai finishing.
Pengrajin akan ditambah bila dirasakan tidak mampu memenuhi pesanan, tetapi sistem lembur tetap dilaksanakan. Hal ini disebabkan jumlah produk yang dihasilkan belum memenuhi kuota yang ditetapkan oleh pemesan. Pengrajin akan mendapat upah lembur berdasarkan kesepakatan dan ditambah makan malam. Lamanya waktu lembur umumnya 1 – 5 jam tetapi pada beberapa kasus dapat sampai 10 jam. Lama hari lembur dapat terjadi dari 1 hari sampai 1 minggu tergantung jumlah produk yang dihasilkan.
Sistem lembur seperti itu terus berlangsung pada setiap menjelang batas waktu. Apabila produk sudah selesai dan dikirim, maka keesokan harinya karyawan tidak masuk dengan berbagai alasan, antara lain karena lelah, ngantuk, sakit, ataupun alasan lainnya. Oleh karena itu pada awal proses produksi berikutnya hanya beberapa karyawan yang bekerja dan baru lengkap 3 – 4 hari kemudian.
2. Proses produksi kerajinan perak a. Bahan Baku
Bahan baku utama adalah perak murni yang di dalam proses pembuatan barang perlu dicampur logam lain (tembaga) sehingga menghasilkan logam campuran tadi menjadi lebih keras dan kuat dari perak murni.
Adapun perbandingan pencampuran tersebut adalah 7,5 % tembaga dan 92,5 % perak murni.
b. Proses Produksi
Secara umum proses produksi kerajinan perak dapat dibagi menjadi 3 tahap :
1). Tahap penyiapan bahan baku
Proses pencampuran perak murni dengan tembaga dengan komposisi 1000 gram perak murni dan 75 gram tembaga atau 100 % perak murni dan 7,5 % tembaga. Kedua macam logam ini dicampur dalam mangkok peleburan dan dilebur dengan titik lebur 1000
o celcius. Setelah meleleh (kurang lebih) 30 menit cairan kedua logam ini dituang dalam cetakan untuk mendapatkan perak batangan, yang ukurannya menyesuaikan dengan produk yang akan dibuat.
2). Tahap pembuatan
Setelah proses peleburan kemudian lempengan perak didisain sesuai produk (mis : Gelang), kemudian diukir sesuai pesanan atau selera. Setelah proses pengukiran lempengan tersebut dipotong, dibentuk melingkar menjadi gelang kemudian disambung kedua sisinya dengan cara dipatri.
3). Tahap penyelesaian
Setelah proses pematrian gelang tersebut dihaluskan dengan kikir dan kertas amplas. Kemudian dibersihkan dengan cara direndam dalam campuran H
2SO4 + air. Setelah proses ini perak menjadi bersih tetapi belum mengkilap dan untuk mengkilapkan digunakan busa dari buah terak. Proses terakhir adalah pengeringan, kontrol kualitas dan produk siap dipasarkan.
3. Hasil Produksi
Sampai saat ini dalam produksinya menggolongkan kerajinan peraknya dalam 3 jenis yaitu utility product, decorative product dan assesories. Dalam setiap bulannya menghasilkan 80 sampai dengan 90 macam bentuk baik yang miniatur maupun yang assesories. Adapun untuk utility product yang dihasilkan diantaranya meliputi :
a. Peralatan rumah tangga (gelas, garpu,sendok, asbak)
b. Peralatan makan (coffe set, tea set, room set, lunch set, dinner set, sumpit, tusuk buah)
c. Tempat make up (pil box, tempat lipstik, tempat bedak)
4. Pengrajin industri kecil kerajinan perak
Pengrajin industri kecil kerajinan perak terdiri dari laki-laki dan perempuan. Populasi karyawan perempuan lebih banyak bahkan hampir sebagian besar karyawannya adalah perempuan. Pengrajin berasal dari daerah sekitar industri kecil kerajinan perak maupun di luar . Datang dan pergi dengan jalan kaki, naik motor maupun diantar jemput. Penrajin bekerja secara harian mulai pukul 08.00 pagi sampai pukul 17.00 sore dengan waktu istirahat pukul 12.00 – 1300 WITA. Jam kerja lemburdiberlakukan bila ada pekerjaan yang harus selesai tepat waktu. Makan siang dilaksanakan saat istirahat siang, sementara saat makan makanan ringan diatur sendiri-sendiri. Makanan dan makanan/minuman ringan di bawa sendiri. Bila bekerja lembur, maka makan malam disiapkan oleh pemilik industri.
a. Sikap kerja
Sikap kerja pengrajin hendaknya diusahakan dalam posisi fisiologis seperti saat duduk dan berdiri, sehingga tidak sampai menimbulkan sikap paksa yang melewati kemampuan fisiologis tubuh (Grandjean & Kroemer, 2000; Manuaba, 1998c). Tujuannya mencegah kontraksi otot dan peregangan tendo secara berlebihan (overuse). Sikap paksa dapat terjadi pada berbagai sikap seperti saat memegang, angkat angkut, duduk, mengambil alat, berdiri ataupun akibat ruang kerja yang tidak sesuai dengan pekerja (Adnyana, 2001; Chung, dkk.2003; Dempsey, 2003; Ferreira, 2005; Fergusson, dkk.; 2005; Sutajaya, 2000).
Perubahan sikap merupakan suatu adaptasi tubuh untuk mempertahankan suatu gaya yang timbul pada saat berkontraksi untuk suatu sikap seperti saat membungkuk, mengangkat beban, menahan beban dan lain sebagainya. Hal ini dipengaruhi oleh penampang otot, posisi otot serta insersi tendo pada tulang. Secara biomekanika hal ini bertujuan mempertahankan keseimbangan antara gaya yang ditimbulkan oleh beban dan gaya yang dihasilkan oleh otot untuk mempertahankan beban secara seimbang pada suatu titik tumpu. Oleh karena perbandingan momen gaya beban dengan momen gaya otot harus seimbang. Momen gaya merupakan hasil perkalian gaya beban / otot dengan jarak dari beban/otot ke titik sumbu (Widjaya, 1998) seperti persamaan di bawah ini.
Fb xdbt =Fo xd ....................... (1)
 Keterangan :
Fb / Fo= gaya beban / otot (Newton)
 dbt / do= jarak beban / otot ke titik
tumpu(meter) 

b. Sikap Kerja yang Ergonomis
Sikap kerja pengrajin perak adalah duduk di kursi menghadap meja kerja, dimana kerja dilakukan dengan menggunakan tangan dan mata yang membutuhkan ketrampilan khusus. Jadi termasuk sikap kerja statis dalam waktu yang relatif lama dibandingkan sikap kerja yang dinamis. Semua aktifitas kerja otot ini dilakukan oleh sekelompok otot-otot secara simultan yang dikoordinasikan oleh saraf baik saraf pusat maupun perifer secara efisien dan menimbulkan keterampilan tertentu. Kekuatan maksimum otot atau kelompok otot tergantung dari: umur, sex, konstitusi tubuh, latihan dan motivasi. Bebas statis pada otot merupakan sebab utama nyeri dan lelah oleh karena itu tata ruang sikap kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga beban kerja seminimal mungkin.
c. Penggunaan tenaga otot
Proses kerja pengrajin secara manual akan memerlukan penggunaan tenaga otot sebagai tenaga utama. Kekuatan otot ditentukan oleh sifat dari sel otot itu sendiri. Sel otot skeletal ada 2 tipe yaitu otot merah dan otot putih. Kontraksi otot merah berlangsung lambat dan dalam waktu lama, karena memiliki pembuluh intramuskular lebih banyak dibandingkan dengan otot putih yang mampu berkontraksi cepat dalam waktu singkat (Guyton & Hall, 2000; Silverthorn, 2001). Kontraksi otot memerlukan energi dan menghasilkan zat sisa metabolisme (Cummings, 2003).
Kontraksi otot timbul akibat eksitasi akson terminal ke sel otot, melalui eksositosis asetilkolin pra sinaps. Kontak asetilkolin dengan reseptor pasca sinaps merangsang aliran ion natrium ekstrasel ke intrasel sehingga terjadi potensial aksi di dalam sel otot seperti di sarkolema, tubulus transversalis, tubulus longitudinalis dan sisterna. Potensial aksi di sisterna akan merangsang sekresi kalsium sisterna ke dalam miofilamen otot skeletal sehingga terjadi ikatan kalsium – tranponin C. Ikatan troponin C – kalsium akan merangsang terjadinya kontak aktin dan miosin sehingga terjadi pergeseran aktin di atas miosin (sliding mechanism) dan timbul kontraksi otot (Guyton & Hall, 2000).
d. Kelelahan
1). Pengertian Kelelahan

Istilah fatigue atau kelelahan dipakai untuk menggambarkan berbagai kondisi yang sangat bervariasi yang semuanya berakibat penurunan kapasitas dan ketahanan kerja.
Konsep kelelahan yang sudah dikenal saat ini membedakan atas dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum atau
general fatigue. Kelelahan otot terjadi apabila otot yang beraktifitas tidak lagi dapat berespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara.
Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi kelelahan yang dirasakan secara umum oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam melakukan aktifitas, kehilangan keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun mental, merasa berat, ngantuk dan letih.
Kelelahan umum dapat diakibatkan oleh efek dari berbagai stress berupa monotony, intensitas atau durasi dari beban kerja mental atau mental dan fisik, iklim lingkungan termasuk penerangan dan
kebisingan, penyebab mental berupa tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik, penyakit dan perasaan sakit dan faktor nutrisi yang dialami sepanjang hari kerja berakumulasi pada organisme dan secara bertahap meningkatkan perasaan lelah dimana perasaan lelah ini merupakan keadaan yg dapat dihilangkan dengan berbaring dan istirahat.
2). Pengukuran Kelelahan
Kondisi kelelahan pada pekerja perlu diukur agar dapat dilakukan upaya-upaya penanggulangan secara dini dan lebih rasional. Dengan mengetahui lebih awal kondisi kelelahan pd pekerja mengalami fatigue accumulation maupun kelelahan kronis yang dapat terjadi akibat pemulihan tidak memadai.
Dari beberapa literatur dikatakan bahwa sampai saat ini tidak ada suatu campuran yang dapat mengukur secara langsung suatu kelelahan itu sendiri. Untuk membuat interpretasi dari hasil-hasil pemeriksaan agar lebih reliabel, saat ini dalam beberapa studi dapat dipakai kombinasi dari bebrapa indikatordari kelelahan .
Beberapa cara yang saat ini dipakai untuk mengetahui kelelahan, yang sifatnya hanya mengukur manifestasi-manifestasi atau indikator-indikator kelelahan yaitu :
  1. Kualitas dan kuantitas dari penampilan
    kerja
  2. Mencatat persepsi subyektif dari kelelahan
  3. EEG (Electroencepalhography)
  4. Uji flicker fusion
  5. The Blink Apparatus
  6. Tes Psikomotor. Tes ini mengukur fungsi-
    fungsi yang melibatkan persepsi, interpretasi dan reaksi motorik: simple dan selektif reaction times test, tachistoscopic test.
  7. Tes mental : aritmatic problem, tes konsentrasi misalnya tes Bourdon wiersma.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.