PENDAHULUAN
Kemajuan pesat di bidang teknologi informasi bersamaan
dengan keinginan untuk perbaikan produktivitas dan kondisi manusia telah
membuat ketrampilan fisiologis yang hanya meliputi kemampuan motorik dan
kekuatan tenaga manual tidak bisa lagi digunakan sebagai satu-satunya alat
untuk melakukan analisa terhadap performansi kerja manusia. Dilain pihak
pertimbangan kemampuan/keterampilan intelektual dan kognitif juga semakin
diperlukan. Sehingga dari perkembangan tersebut, memaksa untuk dengan segera
diperkirakan sebuah pengkajian yang memungkinkan terakomodasikannya
kemajuan-kemajuan yang ada.
Pengkajian dalam perancangan sistem kerja dengan melibatkan
tugas-tugas kognitif dalam pemecahan masalah, beban fisik (faal kerja) dalam
pengendalian sistem kerja yang semakin kompleks, serta interaksi antara manusia
dengan sistem kerja maupun lingkungannya memerlukan sebuah pendekatan yang
komprehensif dan integral. Ergonomi sebagai sebuah disiplin keilmuan yang
mencoba mempelajari interaksi manusia (dari aspek beban fisik dan mental) dalam
sistem kerjanya secara komprehensif-integral mengklasifikasikannya sebagai
studi ergonomi kognitif.
ISI
Sumber: http://ergonomikognitif.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-ergonomi-kognitif.html |
DEFINISI ERGONOMI
KOGNITIF
Ergonomi kognitif atau teknik kognitif adalah cabang muncul
ergonomi yang menempatkan penekanan khusus pada analisis proses-proses kognitif
- misalnya, diagnosis, pengambilan keputusan dan perencanaan - yang diperlukan
operator dalam industri modern. Ergonomi kognitif adalah cabang dari ergonomi
yang membahas tentang kerja mental manusia. Manusia tidak hanya merupakan
reseptor pasif terhadap stimulus, pikiran manusia secara aktif memproses
informasi yang diterima dan mengubahnya menjadi bentuk dan kategori-kategori
tertentu. Pengalaman, pembayangan, pemecahan masalah, mengingat dan berpikir,
semuanya merupakan istilah yang menjelaskan tahapan-tahapan dari kognitif.
Proses kognitif dapat dianggap analog dengan komputer, masukan informasi
diproses dengan berbagai cara (diseleksi, dibandingkan, dikombinasikan dengan
informasi lain yang telah ada dalam ingatan, diubah bentuknya, disusun kembali,
dsb), kemudian respon yang keluar tergantung sifat-sifat proses dalam diri
individu tersebut. Secara khusus ergonomi kognitif mempelajari nilai-nilai
kognitif dari pemakai benda produk(Artoni,2011).
KOGNISI
Kognitif (kata sifat) atau kognisi (kata benda) adalah
proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam mencari, menerima, menemukan
/ mengetahui, mempersepsi, memahami, mempelajari, menalar, mengingat dan
berpikir tentang suatu informasi. Kemampuan kognitif diperoleh dari proses
belajar yang merupakan perpaduan antara faktor bawaan dan lingkungan (sama
halnya dengan fisik manusia juga perpaduan antara bawaan / gen dan lingkungan).
Istilah kognisi dalam Bahasa Latin disebut cognoscere,
artinya "untuk mengetahui", "untuk mengkonsep" atau
"untuk mengenali"). Kognisi mengacu pada proses mental. Proses ini
meliputi perhatian, mengingat, produksi dan pemahaman bahasa, pemecahan
masalah, dan membuat keputusan. Kognisi, atau proses kognitif, bisa alami atau
buatan, sadar atau tidak sadar. Proses ini dianalisis dari perspektif yang
berbeda dalam konteks yang berbeda, terutama dalam bidang linguistik, anestesi,
neurologi dan psikiatri, psikologi, filsafat, antropologi, systemics, ilmu
komputer dan keyakinan. Oleh karena itu walaupun sebenarnya kognisi dipelajari
pada suatu ilmu tersendiri yakni ilmu kognitif (cognitive science) namun
kognisi selalu berhubungan dan dipelajari di berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, filsafat, linguistik, dan ilmu komputer. Penggunaan istilah
bervariasi dalam disiplin ilmu yang berbeda, misalnya dalam psikologi dan ilmu
kognitif, biasanya mengacu pada pandangan pengolahan informasi dari fungsi
psikologis individu. Hal ini juga digunakan dalam cabang psikologi sosial yang
disebut kognisi sosial untuk menjelaskan dinamika sikap, atribusi dan kelompok.
Dalam psikologi atau filsafat, konsep kognisi berkaitan erat dengan
konsep-konsep abstrak seperti pikiran, kecerdasan, kognisi digunakan untuk
merujuk pada fungsi mental, proses mental (pikiran) dan kecerdasan baik itu
manusia, organisasi manusia, mesin otomatis dan kecerdasan buatan.
ILMU KOGNITIF
Ilmu kogntif adalah studi ilmiah interdisipliner mengenai
pikiran dan proses-prosesnya. Ilmu ini membahas apa itu kognisi, apa yang
dilakukan dan bagaimana cara kerjanya. Ilmu ini mencakup penelitian tentang
bagaimana informasi diproses (berhubungan dengan persepsi, bahasa, memori,
penalaran, dan emosi), diwakili, dan diubah dalam perilaku, sistem saraf
(manusia atau hewan) atau bahkan mesin (misalnya, komputer). Ilmu kognitif
terdiri dari beberapa disiplin penelitian meliputi psikologi, kecerdasan
buatan, filsafat, ilmu saraf, linguistik, antropologi, sosiologi, dan
pendidikan. Ilmu ini mencakup banyak tingkat analisis, dari tingkat rendah
seperti mekanisme belajar dan pengambilan keputusan sampai tingkat tinggi
seperti logika dan perencanaan; dari sirkuit saraf ke konfigurasi otak modular.
KOGNITIF, ERGONOMI,
DAN TEKNIK INDUSTRI
Seperti disebutkan sebelumnya, ilmu kognitif memang
multidisipliner atau interdisipliner namun yang “paling kelihatan” erat
hubungannya adalah psikologi. Karena itu banyak mahasiswa Teknik Industri yang
sangat bangga dengan ilmunya karena mencakup hampir semua ilmu seperti
engineering, ekonomi, manajemen, kedokteran dan termasuk psikologi yakni
penerapan kognisi dalam ergonomi kognitif. Tapi tunggu dulu, memang benar
kognitif itu bisa dibilang adalah bagian dari psikologi karena kognitif
merupakan salah satu pendekatan dalam bidang psikologi, namun mengapa tidak
sekalian saja keseluruhan psikologi dimasukan dalam bidang ergonomi kognitif
dan namanya diganti menjadi ergonomi psikologi bukan ergonomi kognitif? Karena
tidak semua pendekatan psikologi masuk dalam pembelanjaran ergonomi atau teknik
industri, dalam hal ini pendekatan kognitif lah yang sesuai. Mengapa? Mungkin
karena psikologi kognitif berbeda dari pendekatan-pendekatan psikologi lainnya.
Ada beberapa macam pendekatan psikologi dan yang cukup menonjol adalah
psychoanalysis, behaviorism, dan cognitivism yang saat ini lebih dikenal dengan
psikologi kognitif dan psikologi kognitif ini merupakan pendekatan yang terkini
/ modern. Psikologi kognitif berbeda dari pendekatan-pendekatan psikologi
lainnya dalam dua hal yakni:
Psikologi kognitif menerima penggunaan metode-metode ilmiah
/ scientific method dan hal ini bertentangan dengan psychoanalysis (Freudian
psychology) yang menggunakan metode interpretasi, instrospeksi dan observasi
klinis (ingat!!! ergonomi dan teknik industri adalah bagian dari engineering
yang bersifat sains dan merupakan scientific management / manajemen sains
sehingga tools-nya harus scientific).
Secara eksplisit, psikologi kognitif mengakui adanya mental
internal yang maksudnya adalah ada pengaruh internal dari tubuh manusia
terhadap psikis manusia. Hal ini bertentangan dengan behaviorism yang
menganggap bahwa pikiran manusia tidak bisa diteliti atau dijamah sehingga
menganggap psikis atau behavior hanya dipengaruhi oleh lingkungan dan tidak ada
faktor internal dari dalam manusia. Awalnya point ini mendapat banyak kritikan
namun bidang lain yang masih berhubungan dengan psikologi kognitif yakni
cognitive neuroscience telah membuktikan bahwa secara fisiologis kondisi otak
secara langsung berhubungan dengan kondisi mental dan hal ini mendukung
psikologi kognitif. Jadi kondisi psikis manusia juga berasal dari dalam diri
manusia itu (tidak murni dipengaruhi faktor lingkungan atau sosial) dan dalam
ergonomi, hal ini diasosiasikan bahwa pekerjaan harus disesuaikan dengan
karakteristik manusia (fit the job to the man) dan karakteristik manusia itu
berasal dari dalam diri manusia itu seperti fisik dan fisiologi manusia dan
kali ini adalah kognitif manusia.
Psikologi kognitif selain merupakan salah satu jenis
pendekatan dalam psikologi (psychoanalysis, behaviorism, dsb) juga merupakan
salah satu bidang dalam psikologi (bidang lainnya seperti psikologi klinis,
psikologi komparatif, psikologi pendidikan dsb). Seperti disebutkan point kedua
di atas, psikologi kognitif berhubungan dengan internal diri manusia dan oleh
karena itu bidang psikologi kognitif masih dekat hubungannya dengan bidang
psikologi lainnya yang berbau struktur internal manusia yang bersifat fisis
atau fisiologis yakni psikologi biologis (atau neuropsikologi atau psikologi
fisiologis) dan bisa dibilang masih satu jenis / family karena sama-sama
menganut pendekatan psikologi yang sama yakni psikologi kognitif / cognitivism
yang mengakui adanya proses mental internal dan menggunakan metode sains (dari
namanya saja sudah membawa embel-embel “biologis”,“neuro”, dan “fisiologis”
maka sudah pasti sains). Jika psikologi kognitif adalah psikologi yang memahami
mental atau pikiran manusia dan prosesnya maka psikologi biologis menjelaskan
proses itu secara fisiologis atau biologis (misal syaraf).
Sebagian tambahan, pada psikologi modern terdapat
klasifikasi psikologi lain yang membagi psikologi menjadi tiga divisi yakni
kognitif (cognitive), afektif (affective), dan konatif (conative). Hal ini
berdasarkan bahwa pada otak (mind) terdapat tiga bagian tersebut. Sebelum ini
juga terdapat pembagian yang serupa yang dikenal dengan psikologi ABC dimana
ABC merupakan singkatan dari Affective, Behavior, dan Cognitive. Kognitif
meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan (definisi
kognitif secara detil sudah dijelaskan di atas). Afektif berhubungan dengan
emosi dan perasaan. Konatif (sering disamakan dengan behavior) atau psikomotor
berhubungan dengan perilaku dan kecenderungan dan dorongan alami melakukan
sesuatu menurut cara tertentu. Jadi ringkasnya, kognitif menentukan kecerdasan
(pikiran), afektif berurusan dengan emosi (perasaan) dan konatif menentujan
bagaimana seseorang bertindak pada pikiran dan perasaan tersebut.
TUJUAN ERGONOMI
KOGNITIF
Ergonomi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari
tugas-tugas kognitif melalui beberapa intervensi, termasuk:
· Pengguna berpusat desain interaksi manusia-mesin dan
interaksi manusia-komputer (HCI);
· Desain sistem teknologi informasi yang mendukung
tugas-tugas kognitif (misalnya, kognitif artefak);
· Pengembangan program pelatihan;
· Pekerjaan mendesain ulang kognitif untuk mengelola beban
kerja dan meningkatkan kehandalan manusia.
Ergonomi terkadang digambarkan seperti "mencocokan
suatu sistem pada manusia", yang berarti bahwa melalui keputusan;
perlengkapan, peralatan, lingkungan dan tugas dapat dipilih dan dirancang agar
sesuai dengan kemampuan manusia yang unik dan keterbatasan.
AREA RISET KOGNITIF
Beberapa area riset dalam ilmu kognitif, psikologi kognitif,
atau ergonomi kognitif antara lain:
Persepsi
Persepsi umum, Psychophysics, Perhatian dan teori-teori
Filter (kemampuan untuk fokus pada rangsangan tertentu), pola pengenalan
(kemampuan untuk menafsirkan informasi sensorik yang ambigu), obyek pengenalan,
waktu sensasi (kesadaran dan estimasi berlalunya waktu), form perception
Kategorisasi
Kategori induksi dan akuisisi, penilaian dan klasifikasi
kategoris, kategori representasi dan struktur, similarity (psikologi)
Memori
Penuaan dan memori, memori otobiografi, memori konstruktif,
emosi dan memori, memori episodik, memori saksi mata, false memotires,
firelight memory, flashbulb memory, daftar bias memori, memori jangka panjang
(long-term memory), memori semantis. memori jangka pendek (short-term memory),
pengulangan berjenjang, sumber pemantauan, memori kerja.
Representasi
pengetahuan
Mental citra, pengkodean proposisional, pencitraan versus
debat proposisi, teori dual-coding, media psikologi
Kognisi numerik
Bahasa
Tata bahasa dan linguistik, fonetik dan fonologi, akuisisi
bahasa
Berpikir
Pilihan, konsep pembentukan, pengambilan keputusan,
penghakiman dan pengambilan keputusan, logika (serta penalaran formal &
alami), pemecahan masalah.
IMPLEMENTASI
Berikut akan disampaikan beberapa dari implentasi dari
kognitive ergonomi dalam keseharian:
1. Standardize
Ketentuan yang telah standar secara formalyang biasanya
berguna untuk mengurangi ketidakkonsistenan misalnya: pewarnaan tertentu yang
sudah terimaji dengan hal tertentu kabel warna merah untuk aliran listrik
positif dan demikian pula untuk pipa- gas, minyak, air, putaran kran air dan
lain-lainnya
2. Use Stereotype
Adalah suatu kebiasaan di mana pengalaman menyebabkan
terjadinya suatu gerak reflek terkondisi yang berjalan secara ot omatis tanpa
disadari. Hampir mirip dengan standar, tetapi tidak secara formal. Standar yang
baik akan menjadi stereotype (merah untuk stop, putaran kekanan untuk menampah
kcepatan). Reaksi stereotype adalah suatu kebiasaan di mana pengalaman
menyebabkan terjadinya suatu gerak refleks terkondisi yang berjalan secara
otomatis tanpa disadari. Reaksi stereotype sangat dipengaruhi oleh tradisi
budaya, oleh karenanya perlu adanya konvensi Nasional untuk mengatur. Pada
umumnya putaran searah jarum jam menunjukan pembesaran. Konsekwensi tidak
mempergunakan stereotype; waktu menjawab lebih lama, kesalahan lebih besar dan
lebih sering, waktu latihan lebih lama, irama kelelahan lebih tinggi.
(Grandjean, 1988) Contoh: Putaran mur ke kanan untuk mengencangkan, putaran
kran air ke kanan untuk membuka; Menghidupkan radio, memutar telepon.
3. Link actions with
perceptions
Apa yang dilaksanakan/dilakukan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Rotasi searah jarum jam secara insting menunjuk adanya peningkatan,
penunjuk juga harus menunjukkan peningkatan.
1. Jarum penunjuk tekanan ban, semakin banyak tekanan ban
jarum akan bergerak kekanan dan sebaliknya,
2. Jarum penunjuk gas yang dipergunakan untuk masak,
3. Pedal gas kendaraan bermotor, untuk perseneling gigi
mobil atomatis: R = reserve, P untuk
parkir. ”control-P” untuk mencetak kertas.
4. Simplify
presentation of information
Menggunakan konsep yang paling sederhana dengan pengertian
tunggal dan pasti dan sesuai dengan kebutuhan: penggunaan foto, icon, tanda,
lebih bagus dari penggunaan kata-kata. Tanda-tanda dalam lalu lintas: penunjuk
kecepatan kendaraan bermotor; penunjuk rem tangan – lampu menyala merah; lampu
rem belakang kendaraan.
5. Present information
at the appropriate level of detail
Banyak opsi atau pilihan yang ditampilkan dapat meningkatkan
atau malah menurunkan performen, oleh karenanya perlu diadakan pilihan yang
beanar-benar tepat untuk maksud-maksud yang tepat: Penunjuk tempratur mesin
pada kendaraan-pada level bahaya berwarna merah dan aman berwarna biru;
penunjuk bensin; penunjuk perseneling kendaraan bermotor.
6. Present clear images
Tiga hal yang harus diperhatikan: 1) Pesannya mudah dilihat:
ukuran, tempat harus sesuai dengan jarak darimana pesan akan dilihat. Kontras
dengan latar belakang; 2)Pesan harus dapat dibedakan dengan keadaan
sekeliling.(lampu pemadam kebakaran kelipnya harus berbeda dengan kelip lampu
lainnya yang ada); 3) Pesan mudah di interpretasikan, karakter yang satu dengan
yang lain harus beda. (1I, B8 dan QO; 062. (361) 228-872). Dapat dimengerti
dengan mudah dan cepat, gampang dilihat: Tanda-tanda dalam lalu lintas; tanda
bahaya-sirena; kentungan (kul-kul); lampu sirena polisi, Pemadam kebakaran;
Warna baju tim Penyelamat.
7. Use redundancies
Karena manusia mempunyai batasan, sangat penting untuk
memperikan infomasi dengan lebih dari satu cara: Tanda bahaya-dengan lampu
menyala merah dan berkelip-kelip, tanda larangan berenang dengan bendera yang
berkibar dan berwarna, tanda pembatas tengah-tengah jalan pada jalan
raya-berwana putih dan dapat dirasakan oleh pengendara, Polisi menggunakan
lampu berkilip, sirine dan perintah, Tanda Stop di perempatan jalan: Warna
merah, silang dan tulisan ”STOP”, Kode pos dan alamat rumah.
8. Use patterns
Mata manusia menangkap pola dengan baik. Informasi yang
menggunakan pola/pattern lebih mudah dimengerti, lebih cepat dan lebih akurat
dari yang lainnya. Gambar lebih mudah diinterpretasikan dari pada anggka-angk:
Bar chart untuk membandingkan jumlah, Line chart untuk memperlihatkan trend,
Penggunaan pola-pola yang sama pada panel kontrol untuk hal yang berhubungan
dengan penyelamatan pada mesin, Tanda lalu lintas larangan-warna merah,
perintah-warna biru; penggunaan warna merah yang berarti: error, gagal, stop,
membahayakan, dengan adanya flashing berarti bahaya semakin tinggi.
9. Provide variable
stimuli
Manusia sudah terbiasa dengan hal-hal umum terjadi oleh
karenanya perlu ada stimulus baru atau lain dari yang umum untuk menarik perhatian. Lampu yang berkelip
lebih mudah ditangkap dari yang tidak berkelip: Mobil pemadam kebakaran: lampu
berkelip dengan warna merah, sirena meraung dengan pola yang berbeda-beda,
suara orang memerintah; tanda kebakaran dalam gedung: ada sirena berbunyi,
lampu merah berkelip, ada suara peringatan-peringatan.
10. Provide
instantaneous feed back
1. Indikator minyak diposisi mendekati ”e” berarti harus
segera dibelikan; Indikator panas mesin di posisi ”hot” harus periksa sistem
pendingin mesin;
2. Keyboar komputer yang berbunyi klik yang berarti huruf
sudah ditekan dengan benar dan sudah tampil dilayar monitor, dan aktivitas bisa
dilanjutkan.
3. Kata ”Roger” pada pilot yang berarti informasi yang
disampaikan sudah diterima dengan baik.
KESIMPULAN
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang
memanfaatkaninformasi-informasi mengenai sifat, kemampuan danketerbatasan
manusia dalam rangka membuat sistem kerjayang ENASE (efektif, nyaman, aman,
sehat dan efisien).
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2011.Ergonomi Kognitif. dalam: http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/12/ergonomi-kognitif.html
(diakses tanggal 6 Oktober 2017)
Artoni,Kurniawan Yuli.2011.Pengertian Ergonomi Kognitif. http://ergonomikognitif.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-ergonomi-kognitif.html
(diakses tanggal 6 Oktober 2017)
Budnick, P dan Michael, R. 2001. What Is Cognitive Ergonomics. https://ergoweb.com/what-is-cognitive-ergonomics/
(diakses tanggal 6 Oktober 2017)
Manuaba, A. 2006. Materi Kuliah Cognitive ergonomics.
Program Doktor. Program Pascasarjana Ilmu Kedokteran. Universitas Udayana. http://blog.isi-dps.ac.id/artayasa/cognitive-ergonomi
(diakses tanggal 6 Oktober 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.