.

Sabtu, 07 Oktober 2017

COGNITIVE ERGONOMIC



PENDAHULUAN
Kemajuan pesat di bidang teknologi informasi bersamaan dengan keinginan untuk perbaikan produktivitas dan kondisi manusia telah membuat ketrampilan fisiologis yang hanya meliputi kemampuan motorik dan kekuatan tenaga manual tidak bisa lagi digunakan sebagai satu-satunya alat untuk melakukan analisa terhadap performansi kerja manusia. Dilain pihak pertimbangan kemampuan/keterampilan intelektual dan kognitif juga semakin diperlukan. Sehingga dari perkembangan tersebut, memaksa untuk dengan segera diperkirakan sebuah pengkajian yang memungkinkan terakomodasikannya kemajuan-kemajuan yang ada.
Pengkajian dalam perancangan sistem kerja dengan melibatkan tugas-tugas kognitif dalam pemecahan masalah, beban fisik (faal kerja) dalam pengendalian sistem kerja yang semakin kompleks, serta interaksi antara manusia dengan sistem kerja maupun lingkungannya memerlukan sebuah pendekatan yang komprehensif dan integral. Ergonomi sebagai sebuah disiplin keilmuan yang mencoba mempelajari interaksi manusia (dari aspek beban fisik dan mental) dalam sistem kerjanya secara komprehensif-integral mengklasifikasikannya sebagai studi ergonomi kognitif.

ISI
Sumber: http://ergonomikognitif.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-ergonomi-kognitif.html

DEFINISI ERGONOMI KOGNITIF
Ergonomi kognitif atau teknik kognitif adalah cabang muncul ergonomi yang menempatkan penekanan khusus pada analisis proses-proses kognitif - misalnya, diagnosis, pengambilan keputusan dan perencanaan - yang diperlukan operator dalam industri modern. Ergonomi kognitif adalah cabang dari ergonomi yang membahas tentang kerja mental manusia. Manusia tidak hanya merupakan reseptor pasif terhadap stimulus, pikiran manusia secara aktif memproses informasi yang diterima dan mengubahnya menjadi bentuk dan kategori-kategori tertentu. Pengalaman, pembayangan, pemecahan masalah, mengingat dan berpikir, semuanya merupakan istilah yang menjelaskan tahapan-tahapan dari kognitif. Proses kognitif dapat dianggap analog dengan komputer, masukan informasi diproses dengan berbagai cara (diseleksi, dibandingkan, dikombinasikan dengan informasi lain yang telah ada dalam ingatan, diubah bentuknya, disusun kembali, dsb), kemudian respon yang keluar tergantung sifat-sifat proses dalam diri individu tersebut. Secara khusus ergonomi kognitif mempelajari nilai-nilai kognitif dari pemakai benda produk(Artoni,2011).

KOGNISI
Kognitif (kata sifat) atau kognisi (kata benda) adalah proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam mencari, menerima, menemukan / mengetahui, mempersepsi, memahami, mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi. Kemampuan kognitif diperoleh dari proses belajar yang merupakan perpaduan antara faktor bawaan dan lingkungan (sama halnya dengan fisik manusia juga perpaduan antara bawaan / gen dan lingkungan).
Istilah kognisi dalam Bahasa Latin disebut cognoscere, artinya "untuk mengetahui", "untuk mengkonsep" atau "untuk mengenali"). Kognisi mengacu pada proses mental. Proses ini meliputi perhatian, mengingat, produksi dan pemahaman bahasa, pemecahan masalah, dan membuat keputusan. Kognisi, atau proses kognitif, bisa alami atau buatan, sadar atau tidak sadar. Proses ini dianalisis dari perspektif yang berbeda dalam konteks yang berbeda, terutama dalam bidang linguistik, anestesi, neurologi dan psikiatri, psikologi, filsafat, antropologi, systemics, ilmu komputer dan keyakinan. Oleh karena itu walaupun sebenarnya kognisi dipelajari pada suatu ilmu tersendiri yakni ilmu kognitif (cognitive science) namun kognisi selalu berhubungan dan dipelajari di berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, filsafat, linguistik, dan ilmu komputer. Penggunaan istilah bervariasi dalam disiplin ilmu yang berbeda, misalnya dalam psikologi dan ilmu kognitif, biasanya mengacu pada pandangan pengolahan informasi dari fungsi psikologis individu. Hal ini juga digunakan dalam cabang psikologi sosial yang disebut kognisi sosial untuk menjelaskan dinamika sikap, atribusi dan kelompok. Dalam psikologi atau filsafat, konsep kognisi berkaitan erat dengan konsep-konsep abstrak seperti pikiran, kecerdasan, kognisi digunakan untuk merujuk pada fungsi mental, proses mental (pikiran) dan kecerdasan baik itu manusia, organisasi manusia, mesin otomatis dan kecerdasan buatan.

ILMU KOGNITIF
Ilmu kogntif adalah studi ilmiah interdisipliner mengenai pikiran dan proses-prosesnya. Ilmu ini membahas apa itu kognisi, apa yang dilakukan dan bagaimana cara kerjanya. Ilmu ini mencakup penelitian tentang bagaimana informasi diproses (berhubungan dengan persepsi, bahasa, memori, penalaran, dan emosi), diwakili, dan diubah dalam perilaku, sistem saraf (manusia atau hewan) atau bahkan mesin (misalnya, komputer). Ilmu kognitif terdiri dari beberapa disiplin penelitian meliputi psikologi, kecerdasan buatan, filsafat, ilmu saraf, linguistik, antropologi, sosiologi, dan pendidikan. Ilmu ini mencakup banyak tingkat analisis, dari tingkat rendah seperti mekanisme belajar dan pengambilan keputusan sampai tingkat tinggi seperti logika dan perencanaan; dari sirkuit saraf ke konfigurasi otak modular.

KOGNITIF, ERGONOMI, DAN TEKNIK INDUSTRI
Seperti disebutkan sebelumnya, ilmu kognitif memang multidisipliner atau interdisipliner namun yang “paling kelihatan” erat hubungannya adalah psikologi. Karena itu banyak mahasiswa Teknik Industri yang sangat bangga dengan ilmunya karena mencakup hampir semua ilmu seperti engineering, ekonomi, manajemen, kedokteran dan termasuk psikologi yakni penerapan kognisi dalam ergonomi kognitif. Tapi tunggu dulu, memang benar kognitif itu bisa dibilang adalah bagian dari psikologi karena kognitif merupakan salah satu pendekatan dalam bidang psikologi, namun mengapa tidak sekalian saja keseluruhan psikologi dimasukan dalam bidang ergonomi kognitif dan namanya diganti menjadi ergonomi psikologi bukan ergonomi kognitif? Karena tidak semua pendekatan psikologi masuk dalam pembelanjaran ergonomi atau teknik industri, dalam hal ini pendekatan kognitif lah yang sesuai. Mengapa? Mungkin karena psikologi kognitif berbeda dari pendekatan-pendekatan psikologi lainnya. Ada beberapa macam pendekatan psikologi dan yang cukup menonjol adalah psychoanalysis, behaviorism, dan cognitivism yang saat ini lebih dikenal dengan psikologi kognitif dan psikologi kognitif ini merupakan pendekatan yang terkini / modern. Psikologi kognitif berbeda dari pendekatan-pendekatan psikologi lainnya dalam dua hal yakni:
Psikologi kognitif menerima penggunaan metode-metode ilmiah / scientific method dan hal ini bertentangan dengan psychoanalysis (Freudian psychology) yang menggunakan metode interpretasi, instrospeksi dan observasi klinis (ingat!!! ergonomi dan teknik industri adalah bagian dari engineering yang bersifat sains dan merupakan scientific management / manajemen sains sehingga tools-nya harus scientific).
Secara eksplisit, psikologi kognitif mengakui adanya mental internal yang maksudnya adalah ada pengaruh internal dari tubuh manusia terhadap psikis manusia. Hal ini bertentangan dengan behaviorism yang menganggap bahwa pikiran manusia tidak bisa diteliti atau dijamah sehingga menganggap psikis atau behavior hanya dipengaruhi oleh lingkungan dan tidak ada faktor internal dari dalam manusia. Awalnya point ini mendapat banyak kritikan namun bidang lain yang masih berhubungan dengan psikologi kognitif yakni cognitive neuroscience telah membuktikan bahwa secara fisiologis kondisi otak secara langsung berhubungan dengan kondisi mental dan hal ini mendukung psikologi kognitif. Jadi kondisi psikis manusia juga berasal dari dalam diri manusia itu (tidak murni dipengaruhi faktor lingkungan atau sosial) dan dalam ergonomi, hal ini diasosiasikan bahwa pekerjaan harus disesuaikan dengan karakteristik manusia (fit the job to the man) dan karakteristik manusia itu berasal dari dalam diri manusia itu seperti fisik dan fisiologi manusia dan kali ini adalah kognitif manusia.
Psikologi kognitif selain merupakan salah satu jenis pendekatan dalam psikologi (psychoanalysis, behaviorism, dsb) juga merupakan salah satu bidang dalam psikologi (bidang lainnya seperti psikologi klinis, psikologi komparatif, psikologi pendidikan dsb). Seperti disebutkan point kedua di atas, psikologi kognitif berhubungan dengan internal diri manusia dan oleh karena itu bidang psikologi kognitif masih dekat hubungannya dengan bidang psikologi lainnya yang berbau struktur internal manusia yang bersifat fisis atau fisiologis yakni psikologi biologis (atau neuropsikologi atau psikologi fisiologis) dan bisa dibilang masih satu jenis / family karena sama-sama menganut pendekatan psikologi yang sama yakni psikologi kognitif / cognitivism yang mengakui adanya proses mental internal dan menggunakan metode sains (dari namanya saja sudah membawa embel-embel “biologis”,“neuro”, dan “fisiologis” maka sudah pasti sains). Jika psikologi kognitif adalah psikologi yang memahami mental atau pikiran manusia dan prosesnya maka psikologi biologis menjelaskan proses itu secara fisiologis atau biologis (misal syaraf).
Sebagian tambahan, pada psikologi modern terdapat klasifikasi psikologi lain yang membagi psikologi menjadi tiga divisi yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan konatif (conative). Hal ini berdasarkan bahwa pada otak (mind) terdapat tiga bagian tersebut. Sebelum ini juga terdapat pembagian yang serupa yang dikenal dengan psikologi ABC dimana ABC merupakan singkatan dari Affective, Behavior, dan Cognitive. Kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan (definisi kognitif secara detil sudah dijelaskan di atas). Afektif berhubungan dengan emosi dan perasaan. Konatif (sering disamakan dengan behavior) atau psikomotor berhubungan dengan perilaku dan kecenderungan dan dorongan alami melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Jadi ringkasnya, kognitif menentukan kecerdasan (pikiran), afektif berurusan dengan emosi (perasaan) dan konatif menentujan bagaimana seseorang bertindak pada pikiran dan perasaan tersebut.

TUJUAN ERGONOMI KOGNITIF
Ergonomi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari tugas-tugas kognitif melalui beberapa intervensi, termasuk:
· Pengguna berpusat desain interaksi manusia-mesin dan interaksi manusia-komputer (HCI);
· Desain sistem teknologi informasi yang mendukung tugas-tugas kognitif (misalnya, kognitif artefak);
· Pengembangan program pelatihan;
· Pekerjaan mendesain ulang kognitif untuk mengelola beban kerja dan meningkatkan kehandalan manusia.
Ergonomi terkadang digambarkan seperti "mencocokan suatu sistem pada manusia", yang berarti bahwa melalui keputusan; perlengkapan, peralatan, lingkungan dan tugas dapat dipilih dan dirancang agar sesuai dengan kemampuan manusia yang unik dan keterbatasan.

AREA RISET KOGNITIF
Beberapa area riset dalam ilmu kognitif, psikologi kognitif, atau ergonomi kognitif antara lain:
Persepsi
Persepsi umum, Psychophysics, Perhatian dan teori-teori Filter (kemampuan untuk fokus pada rangsangan tertentu), pola pengenalan (kemampuan untuk menafsirkan informasi sensorik yang ambigu), obyek pengenalan, waktu sensasi (kesadaran dan estimasi berlalunya waktu), form perception
Kategorisasi
Kategori induksi dan akuisisi, penilaian dan klasifikasi kategoris, kategori representasi dan struktur, similarity (psikologi)
Memori
Penuaan dan memori, memori otobiografi, memori konstruktif, emosi dan memori, memori episodik, memori saksi mata, false memotires, firelight memory, flashbulb memory, daftar bias memori, memori jangka panjang (long-term memory), memori semantis. memori jangka pendek (short-term memory), pengulangan berjenjang, sumber pemantauan, memori kerja.
Representasi pengetahuan
Mental citra, pengkodean proposisional, pencitraan versus debat proposisi, teori dual-coding, media psikologi
Kognisi numerik
Bahasa
Tata bahasa dan linguistik, fonetik dan fonologi, akuisisi bahasa
Berpikir
Pilihan, konsep pembentukan, pengambilan keputusan, penghakiman dan pengambilan keputusan, logika (serta penalaran formal & alami), pemecahan masalah.

IMPLEMENTASI
Berikut akan disampaikan beberapa dari implentasi dari kognitive ergonomi dalam keseharian:
1. Standardize
Ketentuan yang telah standar secara formalyang biasanya berguna untuk mengurangi ketidakkonsistenan misalnya: pewarnaan tertentu yang sudah terimaji dengan hal tertentu kabel warna merah untuk aliran listrik positif dan demikian pula untuk pipa- gas, minyak, air, putaran kran air dan lain-lainnya
2. Use Stereotype
Adalah suatu kebiasaan di mana pengalaman menyebabkan terjadinya suatu gerak reflek terkondisi yang berjalan secara ot omatis tanpa disadari. Hampir mirip dengan standar, tetapi tidak secara formal. Standar yang baik akan menjadi stereotype (merah untuk stop, putaran kekanan untuk menampah kcepatan). Reaksi stereotype adalah suatu kebiasaan di mana pengalaman menyebabkan terjadinya suatu gerak refleks terkondisi yang berjalan secara otomatis tanpa disadari. Reaksi stereotype sangat dipengaruhi oleh tradisi budaya, oleh karenanya perlu adanya konvensi Nasional untuk mengatur. Pada umumnya putaran searah jarum jam menunjukan pembesaran. Konsekwensi tidak mempergunakan stereotype; waktu menjawab lebih lama, kesalahan lebih besar dan lebih sering, waktu latihan lebih lama, irama kelelahan lebih tinggi. (Grandjean, 1988) Contoh: Putaran mur ke kanan untuk mengencangkan, putaran kran air ke kanan untuk membuka; Menghidupkan radio, memutar telepon.
3. Link actions with perceptions
Apa yang dilaksanakan/dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan. Rotasi searah jarum jam secara insting menunjuk adanya peningkatan, penunjuk juga harus menunjukkan peningkatan.
1. Jarum penunjuk tekanan ban, semakin banyak tekanan ban jarum akan bergerak kekanan dan sebaliknya,
2. Jarum penunjuk gas yang dipergunakan untuk masak,
3. Pedal gas kendaraan bermotor, untuk perseneling gigi mobil atomatis: R = reserve,   P untuk parkir. ”control-P” untuk mencetak kertas.
4. Simplify presentation of information
Menggunakan konsep yang paling sederhana dengan pengertian tunggal dan pasti dan sesuai dengan kebutuhan: penggunaan foto, icon, tanda, lebih bagus dari penggunaan kata-kata. Tanda-tanda dalam lalu lintas: penunjuk kecepatan kendaraan bermotor; penunjuk rem tangan – lampu menyala merah; lampu rem belakang kendaraan.
5. Present information at the appropriate level of detail
Banyak opsi atau pilihan yang ditampilkan dapat meningkatkan atau malah menurunkan performen, oleh karenanya perlu diadakan pilihan yang beanar-benar tepat untuk maksud-maksud yang tepat: Penunjuk tempratur mesin pada kendaraan-pada level bahaya berwarna merah dan aman berwarna biru; penunjuk bensin; penunjuk perseneling kendaraan bermotor.
6. Present clear images
Tiga hal yang harus diperhatikan: 1) Pesannya mudah dilihat: ukuran, tempat harus sesuai dengan jarak darimana pesan akan dilihat. Kontras dengan latar belakang; 2)Pesan harus dapat dibedakan dengan keadaan sekeliling.(lampu pemadam kebakaran kelipnya harus berbeda dengan kelip lampu lainnya yang ada); 3) Pesan mudah di interpretasikan, karakter yang satu dengan yang lain harus beda. (1I, B8 dan QO; 062. (361) 228-872). Dapat dimengerti dengan mudah dan cepat, gampang dilihat: Tanda-tanda dalam lalu lintas; tanda bahaya-sirena; kentungan (kul-kul); lampu sirena polisi, Pemadam kebakaran; Warna baju tim Penyelamat.
7. Use redundancies
Karena manusia mempunyai batasan, sangat penting untuk memperikan infomasi dengan lebih dari satu cara: Tanda bahaya-dengan lampu menyala merah dan berkelip-kelip, tanda larangan berenang dengan bendera yang berkibar dan berwarna, tanda pembatas tengah-tengah jalan pada jalan raya-berwana putih dan dapat dirasakan oleh pengendara, Polisi menggunakan lampu berkilip, sirine dan perintah, Tanda Stop di perempatan jalan: Warna merah, silang dan tulisan ”STOP”, Kode pos dan alamat rumah.
8. Use patterns
Mata manusia menangkap pola dengan baik. Informasi yang menggunakan pola/pattern lebih mudah dimengerti, lebih cepat dan lebih akurat dari yang lainnya. Gambar lebih mudah diinterpretasikan dari pada anggka-angk: Bar chart untuk membandingkan jumlah, Line chart untuk memperlihatkan trend, Penggunaan pola-pola yang sama pada panel kontrol untuk hal yang berhubungan dengan penyelamatan pada mesin, Tanda lalu lintas larangan-warna merah, perintah-warna biru; penggunaan warna merah yang berarti: error, gagal, stop, membahayakan, dengan adanya flashing berarti bahaya semakin tinggi.
9. Provide variable stimuli
Manusia sudah terbiasa dengan hal-hal umum terjadi oleh karenanya perlu ada stimulus baru atau lain dari yang umum  untuk menarik perhatian. Lampu yang berkelip lebih mudah ditangkap dari yang tidak berkelip: Mobil pemadam kebakaran: lampu berkelip dengan warna merah, sirena meraung dengan pola yang berbeda-beda, suara orang memerintah; tanda kebakaran dalam gedung: ada sirena berbunyi, lampu merah berkelip, ada suara peringatan-peringatan.
10. Provide instantaneous feed back
1. Indikator minyak diposisi mendekati ”e” berarti harus segera dibelikan; Indikator panas mesin di posisi ”hot” harus periksa sistem pendingin mesin;
2. Keyboar komputer yang berbunyi klik yang berarti huruf sudah ditekan dengan benar dan sudah tampil dilayar monitor, dan aktivitas bisa dilanjutkan.
3. Kata ”Roger” pada pilot yang berarti informasi yang disampaikan sudah diterima dengan baik.

KESIMPULAN
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkaninformasi-informasi mengenai sifat, kemampuan danketerbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerjayang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien).

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2011.Ergonomi Kognitif. dalam: http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/12/ergonomi-kognitif.html (diakses tanggal 6 Oktober 2017)
Artoni,Kurniawan Yuli.2011.Pengertian Ergonomi Kognitif. http://ergonomikognitif.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-ergonomi-kognitif.html (diakses tanggal 6 Oktober 2017)
Budnick, P dan Michael, R. 2001.  What Is Cognitive Ergonomics. https://ergoweb.com/what-is-cognitive-ergonomics/ (diakses tanggal 6 Oktober 2017)
Manuaba, A. 2006. Materi Kuliah Cognitive ergonomics. Program Doktor. Program Pascasarjana Ilmu Kedokteran. Universitas Udayana. http://blog.isi-dps.ac.id/artayasa/cognitive-ergonomi (diakses tanggal 6 Oktober 2017)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.