.

Sabtu, 07 Oktober 2017

Sistem Manajemen Konstruksi



Manusia berjuang untuk hidup dan mencari perlindungan dari lingkungan elemen-elemen dan lingkungan yang mengelilinginya dengan membangun stuktur protektif, menggunakan material dari batu, kayu, dll sehingga bisa membuat tempat rumah. Karena masyarakat menjadi lebih terorganisir, kemampuan membangun sesuatu menjadi hallmark dari kemajuan budaya masa lalu yang merefleksikan kemampuan yang mengherankan tidak hanya untuk membangun tempat perlindungan tetapi juga monument skala besar. Salah satu contoh pembangunan masa lalu di era 1880an, saat pembangunan Brooklyn Bridge, dengan konsep kabel didukung prior (suspension bridge), oleh J.A.Roebling, serta keluarganya. Anaknya, Washingtin Roebling yang meneruskan jejak sang ayah, memperhalus konsep konstruksi dibawah air sebagai tower di Brooklyn Bridge.
Sejak terbukanya alam pembangunan Indonesia untuk menerima secara bebas dan masuknya bantuan/investasi dan teknologi dari dunia internasional tidaklah dapat dihindarkan lagi timbulnya kemajuan/perkembangan yang pesat akan ilmu pengetahuan dan teknologi serta merta terapannya. Dalam dunia konstruksi kehadiran, kehadiran dua lembaga yaitu Quantity Surveyior dan Construsction Management, yang pertama dari kawasan Inggris dan yang kedua dari kawasan Amerika, telah memberikan pola baru dalam sistem teknik pengelolaan bangunan/metoda dalam proses pembangunan konstruksi di Indonesia.
Bagaimanakah perkembangan praktek manajemen konstruksi di Indonesia ? sebelum tahun 1970 yang dikenal hanyalah pola Main Contractor dengan Subcontractors dan pola Eigen Beheer, pada dasarnya pola pertama melibatkan segitiga pemilik, direksi dan main contractor, dibantu oleh para subcontractors, dan seterusnya sampai akhirnya pekerjaan sebenarnya dilakukan oleh jawara atau mandor dengan pekerjanya. Cara ini diketahui merupakan cara mahal bagi si pemilik karena dari harga kontraknya dengan main contractor itu banyak bagian
yang dijalankan sebagai pembagian keuntungan, pembayaran pajak berulang kali, materai kontraktor, biaya prosedurprosedur dan lain-lain.
Pada pola Eigen Beheer tampak pola yang mirip-mirip pada pola manajemen konstruksi, hanya saja pemilik itu biasanya bukan ahli atau profesional manajer. Ia biasanya amatir sehingga tak banyak yang dapat dicapainya dalam mengusahakan tujuan-tujuan yang terdapat dalam manajemen konstruksi. Baru pada akhir dasawarsa 1970-an tampak dipergunakan orang jasa profesional manajemen konstruksi, jadi masih merupakan suatu pola praktek yang baru berkembang di Indonesia, sehingga masih sedikit orang-orang yang benar-benar ahli dan berpengalaman dalam manajemen konstruksi itu. Mengingat sangat besarnya penghematan-penghematan waktu dan biaya yang bisa diperoleh dari penerapan sistem manajemen konstruksi dan peningkatan kualitas kerja, maka sudah selayaknya sistem manajemen konstruksi diterapkan dalam proses pembangunan industri konstruksi.

Manajemen
Manajemen adalah semua usaha atau upaya untuk memanfaatkan sumberdaya bagi tercapainya tujuan, dengan cara-cara yang efisien dan efektif. (Siregar, Ali Baryah, Sanadli dkk, 1988). Dalam melaksanakan manajemen terdapat langkahlangkah yang perlu diperhatikan, karena
saling berkaitan satu sama lain agar tujuan manajemen tersebut tercapai yaitu perencanaan/planning, organisasi, koordinasi, pengawasan/control penentuan/desicion



Industri Konstruksi
Industri konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam proses membangun dibidang konstruksi yang mempunyai dimensi fisik, biaya dan waktu. (Roy Pilcher, 1976). Untuk melaksanakan pekerjaan manajemen, sebelumnya harus diketahui terlebih dulu apa tujuan terakhir yang dikehendaki dan bagaimana tahapantahap kegiatan sesuai dengan proses yang
seharusnya akan dihadapi. Garis besar proses pembangunan industri konstruksi adalah sebagai berikut :
1.      Perkembangan cetusan gagasan/ide akan kebutuhan masyrakat.
2.      Studi pendahuluan untuk pengembangan gagasan.
3.      Feasibility studi.
4.      Penyelidikan dan penelitian untuk mendukung hasil feasibility studi dan rancangan yang akan dibuat.
5.      Rancangan/desain.
6.      Persiapan pelaksanaan.
7.      Operasional dan pemeliharaan.


Manajemen konstruksi
Manajemen konstruksi adalah suatu bentuk/cara dalam proses pembangunan industri konstruksi dimana tahapan perancangan, perencanaan dan pelaksanaan diperlakukan sebagai suatu keterpaduan/ kesatuan sistem membangun. (Donald S.Barrie, 1978). Sedangkan manajer
konstruksi adalah suatu badan/lembaga multi disiplin profesional, tangguh dan independen yang bekerja untuk pemilik proyek dari saat awal perencanaan sampai pengoperasian proyek untuk mencapai hasil yang optimal dalam aspek waktu, biaya dan kualitas sebagaimana yang telah ditentukan dan mampu bekerjasama dengan arsitek engineer (AE). (Donald S.Barrie, 1978).

Peranan Manajemen Konstruksi
Yang paling ideal, manajemen konstruksi sudah mulai bekerja pada waktu pemilik proyek telah selesai dengan studi kelayakannya dan mengambil keputusan untuk membangun. Pekerjaan-pekerjaan yang harus sudah selesai sebelum manajemen konstruksi mulai bekerja adalah
yang menjadi dasar pengambilan keputusan untuk membangun, yaitu meliputi studi kelayakan, pendanaan dan perijinan usaha. Proses membangunan dalam industri konstruksi ini terdiri atas beberapa tahap yang mana manajemen konstruksi dapat berperan dalam tahapan tersebut, tahapan dan peranan manajemen konstruksi adalah sebagai berikut :
1.      Tahap Perancangan
2.      Tahap Perencanaan
3.      Tahap Pelelangan
4.      Tahap Pelaksanaan
5.      Tahap Sesudah Pelaksanaan.





Manfaat Manajemen Konstruksi
Sebagaimana telah diuraikan terdahulu berbagai peranan dalam tahapan-tahapan dan bentuk bagan kerjaanya manajemen konstruksi dalam proses pembangunana industri konstruksi, maka kami coba uraikan mengenai beberapa manfaat manajemen konstruksi sebagai berikut :
1.      Tahap pelaksanaan dapat dimulai lebih awal, tanpa menunggu selesainya perencanaan teknis seluruhnya, sehinggan waktu pelaksanaan dapat dihemat/lebih pendek. Dalam proyek komersial dimana faktor pasaran, besarnya modal, tingginya bunga pinjaman dan nilai inflasi berarti penghematan biaya.
2.      Perencanaan dapat lebih banyak waktu merencana secara optimal dengan memepertimbangkan semaksimal aspek dan alternatif yang menguntungkan Pemilik.
3.      Dengan sistem manajemen konstruksi keputusan-keputusan dalam tahap perancangan – perencanaan – pelelangan serta pelaksanaan dapat diatur dan disesuaikan menurut skala prioritas proyek yang bersangkutan, dan paketpaket pekerjaan dapat diatur dan disesuaikan dengan kondisi dan spesialisasi masing-masing pihak pemborong/kontraktor setempat,pengadaan material, peralatan dan sebagainya.
4.      Pemimpin proyek dan pengawasannya dilakukan oleh manajemen konstruksi yang ahli dan berpengalaman, sementara pada umumnya pemilik proyek tergolong awam mengingat pengetahuan pemilik proyek pada bidang industri konstruksi agak terbatas (tidak selalu), sehingga pemilik poryek tidak perlu banyak membuang waktunya yang berharga, untuk mengurus hal yang bukan profesinya.
5.      Bagi Investor yang membangun bukan merupakan hal rutin, penyelengaraan oleh Manajemen Konstruksi sangat membantu, karena Manajemen Konstruksi mendampingi sampai mulai pemanfaatan bangunan.

Daftar Pustaka
Donald S.Barrie, (1978), Profesional
Construction Management, Mc.Graw
Hill, New York.
Iranie, Yuslan, (2011), Efektifits dan efisiensi
penerapan system manajemen konstruksi
dalam proses pembangunan industry konstruksi

Roy Pilcher, (1976), Principle Of
Construction Management, Mc.Graw
Hill, New York.
Siregar, Ali Baryah, Sanadli dkk, (1988),
Manajemen, ITB, Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.