Manusia berjuang untuk hidup dan mencari
perlindungan dari lingkungan elemen-elemen dan lingkungan yang mengelilinginya
dengan membangun stuktur protektif, menggunakan material dari batu, kayu, dll
sehingga bisa membuat tempat rumah. Karena masyarakat menjadi lebih
terorganisir, kemampuan membangun sesuatu menjadi hallmark dari kemajuan budaya
masa lalu yang merefleksikan kemampuan yang mengherankan tidak hanya untuk
membangun tempat perlindungan tetapi juga monument skala besar. Salah satu
contoh pembangunan masa lalu di era 1880an, saat pembangunan Brooklyn Bridge,
dengan konsep kabel didukung prior (suspension bridge), oleh J.A.Roebling,
serta keluarganya. Anaknya, Washingtin Roebling yang meneruskan jejak sang
ayah, memperhalus konsep konstruksi dibawah air sebagai tower di Brooklyn
Bridge.
Sejak
terbukanya alam pembangunan Indonesia untuk menerima secara bebas dan masuknya
bantuan/investasi dan teknologi dari dunia internasional tidaklah dapat
dihindarkan lagi timbulnya kemajuan/perkembangan yang pesat akan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta merta terapannya. Dalam dunia konstruksi
kehadiran, kehadiran dua lembaga yaitu Quantity Surveyior dan Construsction
Management, yang pertama dari kawasan Inggris dan yang kedua dari kawasan
Amerika, telah memberikan pola baru dalam sistem teknik pengelolaan
bangunan/metoda dalam proses pembangunan konstruksi di Indonesia.
Bagaimanakah
perkembangan praktek manajemen konstruksi di Indonesia ? sebelum tahun 1970
yang dikenal hanyalah pola Main Contractor dengan Subcontractors dan
pola Eigen Beheer, pada dasarnya pola pertama melibatkan segitiga
pemilik, direksi dan main contractor, dibantu oleh para subcontractors,
dan seterusnya sampai akhirnya pekerjaan sebenarnya dilakukan oleh jawara atau
mandor dengan pekerjanya. Cara ini diketahui merupakan cara mahal bagi si
pemilik karena dari harga kontraknya dengan main contractor itu banyak
bagian
yang dijalankan
sebagai pembagian keuntungan, pembayaran pajak berulang kali, materai
kontraktor, biaya prosedurprosedur dan lain-lain.
Pada
pola Eigen Beheer tampak pola yang mirip-mirip pada pola manajemen
konstruksi, hanya saja pemilik itu biasanya bukan ahli atau profesional
manajer. Ia biasanya amatir sehingga tak banyak yang dapat dicapainya dalam
mengusahakan tujuan-tujuan yang terdapat dalam manajemen konstruksi. Baru pada
akhir dasawarsa 1970-an tampak dipergunakan orang jasa profesional manajemen
konstruksi, jadi masih merupakan suatu pola praktek yang baru berkembang di
Indonesia, sehingga masih sedikit orang-orang yang benar-benar ahli dan
berpengalaman dalam manajemen konstruksi itu. Mengingat sangat besarnya
penghematan-penghematan waktu dan biaya yang bisa diperoleh dari penerapan
sistem manajemen konstruksi dan peningkatan kualitas kerja, maka sudah
selayaknya sistem manajemen konstruksi diterapkan dalam proses pembangunan
industri konstruksi.
Manajemen
Manajemen adalah semua usaha atau upaya untuk
memanfaatkan sumberdaya bagi tercapainya tujuan, dengan cara-cara yang efisien
dan efektif. (Siregar, Ali Baryah, Sanadli dkk, 1988). Dalam melaksanakan
manajemen terdapat langkahlangkah yang perlu diperhatikan, karena
saling berkaitan satu sama lain agar tujuan manajemen
tersebut tercapai yaitu perencanaan/planning, organisasi, koordinasi,
pengawasan/control penentuan/desicion
Industri Konstruksi
Industri konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
proses membangun dibidang konstruksi yang mempunyai dimensi fisik, biaya dan
waktu. (Roy Pilcher, 1976). Untuk melaksanakan pekerjaan manajemen, sebelumnya
harus diketahui terlebih dulu apa tujuan terakhir yang dikehendaki dan
bagaimana tahapantahap kegiatan sesuai dengan proses yang
seharusnya akan dihadapi. Garis besar proses pembangunan
industri konstruksi adalah sebagai berikut :
1.
Perkembangan
cetusan gagasan/ide akan kebutuhan masyrakat.
2.
Studi pendahuluan
untuk pengembangan gagasan.
3.
Feasibility studi.
4.
Penyelidikan dan
penelitian untuk mendukung hasil feasibility studi dan rancangan yang akan
dibuat.
5.
Rancangan/desain.
6.
Persiapan
pelaksanaan.
7.
Operasional dan
pemeliharaan.
Manajemen konstruksi
Manajemen konstruksi adalah suatu bentuk/cara dalam
proses pembangunan industri konstruksi dimana tahapan perancangan, perencanaan
dan pelaksanaan diperlakukan sebagai suatu keterpaduan/ kesatuan sistem
membangun. (Donald S.Barrie, 1978). Sedangkan manajer
konstruksi adalah suatu badan/lembaga multi disiplin
profesional, tangguh dan independen yang bekerja untuk pemilik proyek dari saat
awal perencanaan sampai pengoperasian proyek untuk mencapai hasil yang optimal
dalam aspek waktu, biaya dan kualitas sebagaimana yang telah ditentukan dan
mampu bekerjasama dengan arsitek engineer (AE). (Donald S.Barrie, 1978).
Peranan Manajemen Konstruksi
Yang paling ideal, manajemen konstruksi sudah mulai
bekerja pada waktu pemilik proyek telah selesai dengan studi kelayakannya dan
mengambil keputusan untuk membangun. Pekerjaan-pekerjaan yang harus sudah
selesai sebelum manajemen konstruksi mulai bekerja adalah
yang menjadi dasar pengambilan keputusan untuk membangun,
yaitu meliputi studi kelayakan, pendanaan dan perijinan usaha. Proses membangunan
dalam industri konstruksi ini terdiri atas beberapa tahap yang mana manajemen
konstruksi dapat berperan dalam tahapan tersebut, tahapan dan peranan manajemen
konstruksi adalah sebagai berikut :
1.
Tahap Perancangan
2.
Tahap Perencanaan
3.
Tahap Pelelangan
4.
Tahap Pelaksanaan
5.
Tahap Sesudah
Pelaksanaan.
Manfaat Manajemen Konstruksi
Sebagaimana telah diuraikan terdahulu berbagai peranan
dalam tahapan-tahapan dan bentuk bagan kerjaanya manajemen konstruksi dalam
proses pembangunana industri konstruksi, maka kami coba uraikan mengenai
beberapa manfaat manajemen konstruksi sebagai berikut :
1.
Tahap pelaksanaan
dapat dimulai lebih awal, tanpa menunggu selesainya perencanaan teknis
seluruhnya, sehinggan waktu pelaksanaan dapat dihemat/lebih pendek. Dalam
proyek komersial dimana faktor pasaran, besarnya modal, tingginya bunga
pinjaman dan nilai inflasi berarti penghematan biaya.
2.
Perencanaan dapat
lebih banyak waktu merencana secara optimal dengan memepertimbangkan semaksimal
aspek dan alternatif yang menguntungkan Pemilik.
3.
Dengan sistem
manajemen konstruksi keputusan-keputusan dalam tahap perancangan – perencanaan
– pelelangan serta pelaksanaan dapat diatur dan disesuaikan menurut skala
prioritas proyek yang bersangkutan, dan paketpaket pekerjaan dapat diatur dan
disesuaikan dengan kondisi dan spesialisasi masing-masing pihak
pemborong/kontraktor setempat,pengadaan material, peralatan dan sebagainya.
4.
Pemimpin proyek dan
pengawasannya dilakukan oleh manajemen konstruksi yang ahli dan berpengalaman,
sementara pada umumnya pemilik proyek tergolong awam mengingat pengetahuan
pemilik proyek pada bidang industri konstruksi agak terbatas (tidak selalu),
sehingga pemilik poryek tidak perlu banyak membuang waktunya yang berharga,
untuk mengurus hal yang bukan profesinya.
5.
Bagi Investor yang
membangun bukan merupakan hal rutin, penyelengaraan oleh Manajemen Konstruksi
sangat membantu, karena Manajemen Konstruksi mendampingi sampai mulai
pemanfaatan bangunan.
Daftar Pustaka
Donald S.Barrie, (1978), Profesional
Construction
Management, Mc.Graw
Hill, New York.
Iranie, Yuslan, (2011), Efektifits dan efisiensi
penerapan
system manajemen konstruksi
dalam
proses pembangunan industry konstruksi
Roy Pilcher, (1976), Principle
Of
Construction
Management, Mc.Graw
Hill, New York.
Siregar, Ali Baryah, Sanadli dkk,
(1988),
Manajemen, ITB,
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.