.

Sabtu, 07 Oktober 2017

Penerapan Metode Rekayasa Nilai dalam Bidang Kontruksi

Gambar 1.1 MainMap

Rekayasa Nilai (Value Engineering) adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan terencana dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisienkan biaya–biaya yang tidak perlu. Rekayasa nilai (Value Engineering) digunakan untuk mencari alternatif-alternatif atau ide–ide yang bertujuan untuk menghasilkan biaya yang lebih baik/lebih rendah dari harga yang telah direncanakan sebelumnya dengan batasan fungsional dan mutu pekerjaan.(Rompas A,2013)

Menurut Ir. James Thoengsal Penggunaan metode Value Engineering dalam penerapannya pada proyek konstruksi khususnya pada awal kegiatan konstruksi.
Dalam melakukan suatu proses rekayasa nilai sebaiknya dilakukan pada tahap perencanaan (Planning) agar kita dapat mengatahui secara dini elemen-elemen biaya yang dapat kita optimalkan.
Hal ini dilakukan karena jika kita melakukan suatu analisis value engineering pada saat proses konstruksi berlangsung tentunya akan menyita waktu pekerjaan, biaya konsultasi tambahan, sehingga banyak kehilangan (Loss) yang terjadi jika dilakukan pada phase  pelaksanaan/ konstruksi.
Ada beberapa alasan mengapa konsep value engineering (VE) dirasa perlu dan penting untuk diterapkan dalam suatu proyek konstruksi antara lain:
1. Keterbatasan Anggaran Proyek, masalah keterbatasan anggaran dalam proyek menjadi unsur yang dapat berisiko terhadap kelangsungan pelaksanaan suatu proyek konstruksi dikarenakan biaya merupakan unsur yang penting untuk mengwujudkan suatu proyek. Dengan kendala keterbatasan biaya yang sering ditemukan dalam proyek maka konsep VE dapat menjadi salah satu solusi yang efektif dan efisien untuk diterapkan sehingga dapat berpotensi dalam mereduksi biaya yang tidak perlu (Safe Potential).
2. Harga Sumber Daya Proyek Yang Terus Meningkat, hal ini yang dimaksudkan yaitu sumber daya berupa material, peralatan/machine, gaji pekerja (man power) dan metode kerja yang realitanya cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Melihat permasalahan ini maka penerapan konsep VE dapat menjadi suatu pilihan dalam memecahkan permasalahan tersebut.
3. Tingkat Inflasi dan Suku Bunga Yang Terus Meningkat, hal ini juga dapat menjadi suatu hambatan dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi dikarenakan tingkat inflasi yang terus meningkat dapat berpotensi dalam meningkatkan anggaran suatu proyek dari tahun ke tahun baik untuk proyek swasta maupun pemerintah yang tentunya juga berbanding lurus terhadap peningkatan nilai suku bunga.
4. Teknologi Yang Mengalami Kemajuan, dengan perkembangan kemajuan teknologi baik dari aspek teknologi material, metode kerja, mesin, peralatan dsb, maka hal ini dapat menjadi sumber peluang munculnya inovasi dan kreatifitas bagi para VE team  dalam mengwujudkan penerapan suatu konsep value engineering (VE) pada proyek-proyek konstruksi.


Pemilihan Proyek untuk Studi Rekayasa Nilai
Terbatasnya waktu dan tenaga tidak memungkinkan untuk melakukan studi Rekayasa Nilai secara keseluruhan, kita harus terlatih agar dengan cepat dapat menentukan bagian-bagian mana yang mempunyai potensi besar untuk meningkatkan mutu dan penghematan biaya
guna mencapai hasil secara efisien. Dan sebaliknya usaha Rekayasa Nilai pada
proyek dirnulai dan tahapan awal konsep dan diteruskan dalam interval dalam
Rekayasa Nilai berupa gambar, data-data pendukung selengkap mungkin, dan
penentuan tahapan perencanaan pada saat studi dimulai. (Yetty, 2004)

Estimasi Nilai
Maksud dari estimasi nilai untuk membahas secara singkat metodologi biaya
yang tersedia bagi manajer proyek, perencana dan ahli rekayasa nilai. Rekayasa nilai memperoleh nilai terbaik dengan jalan mempelajari ketentuan-ketentuan yang diperlukan dalam perancangan (design requirement), menentukan fungsi utama, mengeliminasi bagian-bagian yang tidak diperlukan, mengembangkan alternatif penyelesaian, menentukan biaya siklus hidup untuk mempercepat suatu aktivitas per satuan waktu, yang disebut kemiringan biaya (cost slope).(Mandagi, 2010).

Estimasi Biaya
Seperti yang sudah dijelaskan oleh J.J.O’Brien "Harga adalah ukuran yang prinsip dalam analisa nilai" Tanpa harga untuk perbandingan analisa nilai akan menjadi subjektif dan konsekuensinya potensi sepenuhnya akan berkurang. Adalah perlu untuk menentukan setiap nilai alternatif menjadi suatu estimasi yang tertentu agar dapat dibandingkan
dengan perencanaan yang sebenarnya. Namun pada tahap perencanaan yang dini, dimana potensi penghematan adalah maksimum, banyak bagian yang akan diestimasi belum ditentukan dengan jelas. Hanya setelah perencanaan berjalan jauh dan semuanya telah ditentukan dengan mudah dan langsung. ( Mandagi, 2010).

Sistem Estimasi
Suatu standard sistem atau kerangka kerja untuk mengumpul biaya-biaya adalah
penting. Komunikasi diantara anggota perencana, supplier, pelaksana menjadi
lebih mudah dan kesalahan-kesalahan dapat dikurangi apabila sistem harga ada
standardnya. Kenyataan estimasi biaya dan komputer membutuhkan standar￾disasi. Terlepas dari kebutuhannya, walaupun di USA tidak terdapat standard maupun metode dan sistem estimasi.(Mandagi, 2010)


Metode Estimasi
Prosedur estimasi berbeda-beda dari industri yang satu ke industri yang lain.
Banyak pendekatan-pendekatan khusus yang telah dikembangkan antara lain sebagai berikut :
1. Unit Pemakai/Unit Fungsional
 Fasilitas yang direncanakan atau dibangun ditentukan berdasarkan kapasitasnya seperti misalnya jumlah kendaraan untuk setiap jenis proyek, memerlukan unit perhitungan yang
berbeda-beda dalam membuat estimasi biaya. Umpamanya untuk pembangunan
jaringan pipa jalan atau terowongan total biaya dapat dipecah menjadi biaya kilometer, jembatan dapat dibagi dalam individual span, pembangkit listrik dapat Ldipecahkan dalam barrel. Dalam beberapa hal, suatu agen pemakaian yang membangun struktur yang sama berulang-ulang mempunyai suatu data historis yang tersusun dengan baik mengenai harga dan kebutuhan pemakaiannya. Estimasi yang dibuat berdasarkan data semacam ini dapat
mendekati akurasi dan presisi.
2. Meter Persegi
 Harga-harga meter persegi diperoleh dengan mengalikan luas ruangan yang
diperlukan dengan faktor harga yang dibuat baik oleh perencana atau pemilik atau lebih umum dengan menggunakan suatu faktor meter persegi yang dikembangkan oleh organisasi seperti F. W. Dogwe Digest yang memberikan informasi lebih dan 2500 analisis harga untuk 57 jenis bangunan.

3. Meter Kubik
Pendekatan ini menyerupai pendekatan meter persegi kecuali ukurannya yang dipakai disini volumenya, sedangkan pada meter persegi adalah luasnya.
4. Estimasi Parameter/Estimasi faktor
Prosedur ini melibatkan penuntun lingkup dari 15-20 subsistem utama yang membuat bangunan itu kemudian menentukan harga-harga pada setiap sistem berdasarkan data historis atau contoh-contoh dan bangunan yang serupa.
5. Survei Kualitas
 Cara ini yang biasa dipakai oleh Inggris dan Eropa dimana volume dan semua material pada proyek dihitung secara lengkap. Harga-harga pada satuan setiap jenis material dikalikan dengan volumenya masing-masing untuk jumlah harga keseluruhan.(Greinhard, 2011)


Daftar Pustaka :

1. Rompas A.N.,2013 . Penerapan Value Enginering pada Pembangunan Ruko., Skripsi,Fakultas Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi
2. Ir. James Thoengsal, dalam Artikel (http://jamesthoengsal.blogspot.co.id/p/blog-page_22.html?m=1)
3. Greinhard M., 2011. Aplikasi Rekayasa Nilai pada Pembangunan Gedung Keuangan Tahap Dua Kantor SAR Manado., Skripsi, Fakultas Teknik Unsrat, Manado.
4. Husen Abrar, 2011. Manajemen Proyek, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
5. Mandagi R.J.M., 2010. Analisa Sistem, Sam Ratulangi University Press. Manado.
6. Sompie B., 1993. Penerapan Metode Rekayasa Nilai pada Industri Konstruksi,Fakultas Teknik Unsrat, Manado.
7. Yetty H., 2004. Aplikasi Rekayasa Nilai pada Proyek Konstruksi, Studi Kasus
 Proyek Pembangunan Gedung Keuangan Negara Manado, Skripsi, Fakultas Unsrat, Manado







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.