PEMBUATAN SCM MIGAS
BAMBANG HARY P
(41616110027)
Teknik Industri
UNIVERSITAS MERCU BUANA
MERUYA - JAKARTA BARAT
PERAN STRATEGIS SUPPLY CHAIN
MANAGEMENT DALAM INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI
PERAN STRATEGIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DALAM INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI
Supply Chain Management secara harfiah dapat diartikan sebagai seperangkat pendekatan untuk mengefisienkan integrasi supplier,
manufaktur, gudang dan penyimpanan, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat, untuk meminimasi biaya dan memberikan kepuasan
layanan terhadap konsumen.
Pendekatan integrasi disini diartikan sebagai suatu sistem yang terhubung
sehingga suatu kegiatan produksi tidak terganggu. Pada saat ini banyak
perusahaan yang menerapkan Supply Chain Management untuk meningkatkan daya saing perusahaan dengan yang lainnya,
salah satunya adalah industri hulu minyak dan gas bumi (migas). Supply Chain Management
merupakan suatu alat bersaing strategik bagi perusahaan yang menjadikan masalah logistik
sebagai strategi bersainganya
untuk dapat memenangkan persaingan. Tujuan pembuatan
jurnal ini adalah untuk
mengetahui peran Supply Chain Management
dalam industri hulu migas khususnya
dalam sistem operasi dan produksi migas yang berguna untuk memberikan value kepada konsumen
dalam hal availability dan kecepatan
layanan,
sehingga konsumen akan merasakan suatu keunggulan dari
hasil akhir.
Kata Kunci: supply chain managemet, sistem
operasi dan produksi industri hulu migas
I.
PENDAHULUAN
Awal tahun 2015 ini, industri migas mengalami kelesuan
dimana harga minyak turun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Banyak
perusahaan migas yang terpaksa melakukan perencanaan ulang terhadap kegiatan
operasi dan produksinya agar tetap memperoleh keuntungan. Dalam jurnal ini,
penulis tidak melakukan analisa terhadap kegiatan operasi dan produksi industri
migas itu sendiri, namun lebih kepada peran strategis Supply Chain Management sebagai bagian dari strategi korporasi
dalam mendukung kegiatan operasi dan produksi industri migas.
Perlu dketahui juga bahwa saat ini produksi minyak
nasional masih dibawah dari konsumsi minyak nasional. Hal ini membuat Indonesia
menjadi nett importir untuk minyak. Pemerintah Indonesia
pun ikut campur tangan dalam kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi, baik
di darat (onshore) maupun di lepas
pantai (offshore) untuk
meningkatkan produksi migas nasional melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) dan SKK Migas.
Peraturan Pemerintah di sektor hulu maupun hilir dibuat untuk menata bisnis
menjadi optimal untuk mengimbangi tingkat
risiko bisnis yang tinggi terutama
di bidang eksplorasi. Saat ini 85%
lapangan produksi di Indonesia telah memasuki tahap kejenuhan, sementara
produksi minyak mengalami
penurunan rata-rata sebesar
15% per tahun sehingga dibutuhkan penemuan dan pengembangan baru untuk memenuhi permintaan
II.
METODE PENELITIAN
Jurnal ini disusun menggunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu metode penelitian yang mencari sumber dari beberapa buku dan artikel yang telah ada.
III. PEMBAHASAN
Supply chain atau dapat
diterjemahkan “rantai pasokan” adalah rangkaian hubungan antar perusahaan atau aktivitas yang melaksanakan
penyaluran pasokan barang atau jasa dari tempat asal sampai ke pembeli atau
pelanggan. Supply chain menyangkut hubungan yang terus-menerus mengenai barang, uang dan informasi. Barang umumnya mengalir dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir
baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Dilihat
secara horizontal,
ada lima komponen utama atau pelaku dalam supply
chain, yaitu supplier (pemasok), manufacturer
(pabrik pembuat barang), distributor (pedagang besar),
retailer (pengecer), dan customer (pelanggan).
Dengan demikian,
manajemen supply chain pada
hakikatnya adalah perluasan dan pengembangan konsep
dan arti dari manajemen logistik. Kalau manajemen logistik
mengurusi arus barang, termasuk pembelian, pengendalian tingkat persediaan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi dalam satu perusahaan,
maka manajemen supply chain mengurusi hal yang sama tetapi meliputi
dari bahan mentah sampai dengan barang jadi yang dibeli dan digunakan
oleh pelanggan.
Hakikatnya manajemen supply chain
adalah integrasi lebih
lanjut dari manajemen logistik antar perusahaan yang
terkait, dengan tujuan lebih meningkatkan kelancaran arus barang, meningkatkan efisiensi penggunaan ruangan,
kendaraan, dan fasilitas lainnya, mengurangi tingkat persediaan barang,
mengurangi biaya, dan lebih meningkatkan layanan lain yang diperlukan
oleh pelanggan akhir.
Menurut Wikipedia (2008), seperti
yang dikutip dari halaman http://id.wikipedia.org/ , definisi
dari supply chain management adalah sebagai berikut :
“Rantai suplai rantai pasokan,
jaringan logistik, atau jaringan suplai
adalah sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas
organisasi, sumber daya manusia, aktivitas,
informasi, dan sumber-sumber daya lainnya yang terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan suatu produk
atau jasa baik dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu
pemasok kepada pelanggan. Badan usaha yang melaksanakan fungsi suplai pada umumnya terdiri dari manufaktur,
penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran penjualan
(seperti: pedagang eceran, ecommerce,
dan pelanggan (pengguna akhir). Aktivitas rantasi suplai (rantai
nilai dan proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan bahan
pendukung menjadi sebuah barang jadi yang dapat dikirimkan kepada pelanggan pengguna
akhir. Rantai suplai
menghubungkan rantai nilai. Ada berbagai jenis model rantai suplai, yang
masing-masing menghubungkan mulai dari sisi hulu hingga hilir”.
Tujuan
utama supply chain management adalah
untuk memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya
yang pailng efisien, termasuk kapasitas distribusi,
persediaan, dan sumber daya manusia.
Beberapa
perusahaan memilih untuk
mengalihdayakan supply
chain management mereka
dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga.
Menurut Schroeder
(2003), Supply Chain Management
adalah perencanaan, desain, dan control akan aliran informasi dan
barang sepanjang supply chain yang
bertujuan untuk memenuhi persyaratan kebutuhan dari pelanggan secara
efisien untuk masa sekarang dan masa
yang akan datang.
Peran Supply Chain Dalam Industri
Migas
Kegiatan ekplorasi, pengeboran dan berbagai
proyek untuk meningkatkan produksi di sektor
hulu migas menuntut dukungan pengelolaan sumberdaya perusahaan secara
tepat guna. Tantangan
utama yang dihadapi
adalah untuk tetap beroperasi secara (lebih) efisien
ketika biaya rata-rata pencarian dan produksi
minyak semakin tinggi.
Harga minyak yang tinggi hanya bisa dinikmati
bilamana biaya modal dan operasional yang dikeluarkan masih menyumbangkan
marjin yang dikehendaki melalui pendapatan minyak dalam volume produksi yang
ekonomis. Ketika pendapatan dan kualitas produk minyak mentah
bergantung pada kemampuan produksi sumur yang dieksploitasi dan kondisi
reservoir di dalam bumi, maka strategi bisnis generik perusahaan minyak hulu
adalah dengan meminimalkan biaya. Tuntutan beroperasi secara efisien
ini memunculkan berbagai upaya terobosan dan kerjasama untuk menurunkan biaya bersama di beberapa
komunitas perminyakan dunia, seperti CRINE (Cost Reduction in New Era) di kalangan pelaku
operasi migas di North Sea, CORAL (Cost
Reduction Alliance) di Malaysia, ataupun
CRIS (Cost Reduction
Indonesian Style) di Indonesia. Kisah sukses penerapan inisiatif CRINE telah
kita dengar, namun tidak demikian halnya dengan upaya-upaya yang
dilakukan di Indonesia. Begitu banyaknya stakeholder yang terlibat dalam penentuan
kebijakan dan dalam operasi industri migas, yang seringkali tidak ’alligned’, merupakan salah satu sebab yang
menciptakan kompleksitas untuk mengadakan perbaikan. Sedang faktor lain yang
tak kalah pentingnya adalah kondisi rantai suplai yang terkait dengan
industri migas yang kurang terintegrasi, baik dalam kegiatan eksplorasi (seismic), pengeboran (drilling) maupun (eksploitasi).
Beberapa tahun
lalu, supply chain belum dianggap
sebagai strategic asset di sebagian
besar perusahaan dalam industri migas,
sehingga pengembangan strategi
supply chain belum banyak dilakukan
guna mendukung stretegi bisnis organisasi
secara keseluruhan. Fungsi
purchasing (lalu berkembang
sebagai procurement) lebih banyak dilakukan
secara tradisional. Pembelian atau pengadaan barang dan jasa lebih menekankan pada kriteria harga terendah dari hasil lelang di antara
supplier atau kontraktor. Fungsi procurement juga merupakan aktivitas yang terpisah
dari logistik (yang lebih dilihat sebagai pengganti fungsi distribusi
IV. Kesimpulan dan Saran
Secara umum dapat disimpulkan peran strategis Supply Chain Management
bagi industri migas adalah adalah :
1. Supply Chain Management secara fisik dapat
mengelola kebutuhan material yang dibutuhkan industri migas dari hulu hingga
hilir termasuk kegiatan inventorynya.
2. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi
pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut.
3. Supply Chain Management secara menyeluruh membantu industri migas untuk menciptakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
aliran material
baik di dalam maupun di luar perusa- haan.
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam jurnal ini
adalah :
1.
Pemerintah harus berperan aktif dalam membantu industri
migas khususnya terkait dengan regulasi yang dikeluarkan untuk meningkatkan
kinerja setiap tahap dalam supply chain management.
2.
Untuk dapat menerapkan Supply Chain Management secara efektif,
perusahaan harus mampu menyediakan dan mengelola database terkait yang memadai
(lengkap dan akurat)
serta membangun partnership dengan supplier maupun distributor yang terpilih.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
Gasperz, Vincent, Dr. (2001). Total Quality Management, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gunasekaran, A., Patel, C., Tirtiroglu, E., (2001), Performance Measurement and Metrics in a Supply Chain Environment, Inter- national Journal of Production and Operations Management, 21(2001),
Sumber internet: